APA JADINYA KALAU LEBAH DAN LALAT DILEPAS DITEMPAT SAMPAH DAN DILEPAS DI TAMAN BUNGA ?

Kabar baiknya manusia berbeda dengan lebah dan lalat, karena kalau  lalat tetaplah lalat, sedangkan lebah tetaplah lebah, sedangkan manusia punya ke-duanya dalam diri dan fikirannya, yaitu “potensi lebah” dalam hal kebaikan dan “potensi lalat” dalam hal kejahatan yang terefleksi pada sebuah pertarungan antara “malaikat” dengan “iblis”.  Lantas tinggal kitalah yang akan memutuskan apakah kita akan menjadi seorang lalat atau menjadi seorang lebah.

Oleh : Syaifudin*

SCNEWS.ID-Banjarmasin. Judul diatas seperti sebuah uji coba perlaku kedua  makhluk yang bernama lebah dan lalat, dan bayangkan kalua uji coba ini anda sendiri yang melakukannya, lantas bisakah anda menyampaikan kepada saya bagaimana perilaku kedua makhluk ini saat dilepas di tempat sampah dan taman bunga tersebut?

Barangkali bisa saja terdapat beberapa kemungkinan, seperti lebah dan lalat sama sama menghampiri tempah sampah saat berada ditempat sampah tersebut, atau sama-sama mencari madu saat berada di taman bunga. Namun kemungkinan besar berdasarkan kebiasaan dan naluri kedua makhluk ini, maka  saat berada ditempat sampah lalatlah yang menghampiri dan mencari makan ditempat sampah tersebut, sedangkan lebah tidak akan menghampiri tempat sampah dan bahkan berusaha mencari tanaman bunga yang tumbuh di daerah yang ada sampah itu untuk mencari madu.

Begitu juga saat lalat dan lebah  berada di taman bunga, lalat bukan menghampiri atau hinggap dibunga itu yang indah dan mencari makan dengan mengisap madunya, akan tetapi malah mencari cari dengan mencium-cium sampah di areal taman bunga itu untuk mencari makan.  Sedangkan lebah terlihat begitu bergembiranya ia berada di taman bunga dan langsung ia hinggap pada satu bunga ke bunga lainnya untuk mencari madu.

Dampak dari naluri dan sikap serta perilaku yang berbeda antara lalat dan lebah inilah yang menjadikan lalat, kalua ia hinggap dimana tempat ia hinggap  akan membawa bibit penyakit dan keburukan, sedangkan lebah dimana ia hinggap akan membawa manfaat dan kebaikan.

Perilaku lalat dan lebah ini sempat menjadi diskusi kami saat silaturahmi dengan Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Rikwanto yang didampingi oleh Kabid Humas Kombes Pol Mochamad Rifa’i

Dari kedua makhluk yang bernama lalat dan lebah inilah kita bisa melihat pada fikiran dan perilaku kita, apakah fikiran dan perilaku kita seperti lalat yang selalu memikirkan dan mengungkapkan hal-hal yang buruk atau jelek saja ?  sehingga saat melihat kejadian apapun dalam kehidupan yang kita lihat cuma kejelekannya saja. Bila ini yang terjadi pada diri kita, maka ini gambaran bahwa memang fikiran dan perilaku kita adalah fikiran dan perilaku lalat.

Bandingkan dengan fikiran perilaku lebah yang selalu berfikiran baik (positive) dan berperilaku baik didasarkan pada kebaikan dirinya  dan baik sangka yang dikembangkannya. Oleh karena itu kalau kita suka yang baik-baik, membawa  kebaikan pada kehidupan sekitar, dan bahkan saat melihat adanya keburukanpun akan kita ungkapkan dengan cara yang baik, karena jiwa dan fikiran terdapat madu yang akan menyehatkan.

Secara ilmiah “sang lalat” ini dapat dipadankan saat Cesare Lambroso (Kriminolog) menyelidiki orang jahat yang sampelnya diambil di tempat berkumpulnya orang-orang jahat (Penjara), ia berkesimpulan bahwa orang jahat itu adalah bawaan sejak lahir (born criminal) dan tidak bisa dirubah (atavisme), karena sifatnya memang jahat.  (Walaupun teori Lambroso (aliran biology criminal) ini ditentang keras oleh aliran “Meliu” yang mengatakan kejahatan itu justeru karena pengaruh atau hasil interaksi dengan lingkungan kehidupan).

Kabar baiknya manusia berbeda dengan lebah dan lalat, karena kalau  lalat tetaplah lalat, sedangkan lebah tetaplah lebah, sedangkan manusia punya dua-duanya dalam diri dan fikirannya, yaitu potensi lebah dan potensi lalat yang terefleksi dalam sebuah pertarungan antara “malaikat” dengan “iblis”.  Lantas tinggal kitalah yang akan memutuskan apakah kita akan menjadi seorang lalat atau menjadi seorang lebah.

Sekarang periksalah di pergaulan kita sehari-hari dan termasuk yang ada di media social, bisakah kita melihat dan membedakan keberadaan sosok  lalat dan lebah di group WA (WhatsApp) dan FB (face book). Kalau sudah bisa membedakannya, maka bijak untuk menghalau lalat yang akan meracuni fikiran kita pada hal-hal ujaran kebencian, caci maki, hoax dan fitnah. Dan tentu sebaliknya sangat bijak kita memelihara lebah yang selalu membawa kebaikan, kedamaian dan kebahagian pada kehidupan kita.

Salam Wisdom Spritual

*Alumni Mawadan87, Founder Juris Solution, Dewan Redaksi Dutatv dutatv.com, Dewan Redaksi scnews.id, Pendiri Yayasan Banua Media Utama, Pengajar Luar Biasa di Pascasarjana UIN Antasari.

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini