CRUISING DI SUNGAI SAVA DAN DANUBE, BELGRADE, SERBIA (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

CRUISING DI SUNGAI SAVA DAN DANUBE, BELGRADE, SERBIA

Hikmah apa yang dapat dipetik dari perjalanan ini? Pertama berkunjung ke negeri yang jarang disambangi pelancong, memiliki keistimewaan tersendiri, karena dapat membagikan cerita pengalaman yang langka. Tentu hal ini dapat memotivasi pembaca untuk membuktikan dan tertarik untuk berkunjung ke negeri ini. Kedua, masyarakat di negeri ini sudah memiliki kesadaran bersahabat dengan alam, terbukti dengan terbangunnya rasa cinta terhahadap lingkungan, seperti di Inggris yang mengoptimalkan sungai Thames, di Perancis yang memanfaatkan sungai Rhein, di Belanda yang menjadikan sungai Rur serta kanal-kanal yang menjadi bagian hidup keseharian, atau bahkan di Amerika Serikat, khususnya New York yang menjadikan sungai Hudson sebagai urat nadi pariwisatanya. Ketiga, sepertinya kita perlu memetik pelajaran berharga dari yang dilakukan oleh masyarakat Serbia dalam mengelola sungai agar menjadi urat nadi perekonomian dan destinasi wisata, serta bukan menjadikan “musuh” di musim hujan atau tempat pembuangan di musim kemarau. Saatnya mengubah mindset dan preilaku, bahwa alam diciptakan oleh Sang Khaliq, dengan rasa cinta dan kasih sayang, maka patut diyakini pula bahwa sungai merupakan anugrah alam untuk kesejahteraan umat manusia.

(Oleh Tjipto Sumadi*)

SCNEWS.ID-JAKARTA. Pembaca yang Budiman, nama Besar Presiden Soekarno, merupakan sebuah “jaminan” untuk mendapatkan layanan baik di sejumlah negara di dunia. Kisah yang dituliskan ini, bermula dari rigid-nya pola administrasi yang dilaksanakan di negari pecahan Yugoslavia ini. Dalam keriuhan (crowded) layanan adminitrasi di meja eligibility, penulis mengambil sebungkus kopi produk Indonesia dan menawarkannya kepada petugas tersebut. Seketika itu, petugas memberikan kesempatan dengan layanan berbunga dan langsung menanyakan, “Are you coming from Soekarno’s country?” Pertanyaan ini membuat kami terkejut sekaligus menjadi awal keakraban, seolah bertemu dengan sahabat lama. Tak perlu diceritakan lagi, maka semua urusan tentang eligibility segera beres.

Perjalanan ke kota Belgrade, Serbia ini, merupakan kali pertama, dan mungkin tak akan terulang lagi. Sejumlah alasan yang dapat dikemukakan, antara lain, karena negeri ini bukanlah salah satu destinasi wisata favorit bagi para pelancong dari Indonesia. Namun demikian, negeri ini memiliki sejarah panjang yang menarik, Belgrade dibelah dan menjadi pertemuan dua sungai besar, yaitu Sava dan Danube, serta di delta sungai ini berdiri kokoh benteng Kalemegdan peninggalan Kekaisaran Usmaniyah, kala menguasai sebagian besar benua Eropa. Baik kota tua maupun kota terbaru Belgrade merupakan tempat yang indah memesona yang penuh menyimpan sejarah. Boleh jadi, penulis akan menyajikan perjalanan di negeri ini, untuk beberapa episode tulisan ke depan, Insya Allah.

Kesempatan tulisan pertama ini, menyajikan pengalaman ringan dalam menikmati keindahan kota Belgrade. Diawali dari suatu senja, usai diterima oleh Duta Besar Indonesia untuk Serbia, Bapak M. Abduh Dalimunthe, lalu asisten menawarkan kami untuk menikmati sunset di atas sungai Sava dan Danube yang membelah kota ini. Tanpa diskusi panjang, kami bergegas menuju titik lokasi yang telah ditentukan. Biaya untuk sekitar 2 jam Sightseeing Boat Cruise with Welcome Drink, hanya berkisar Rp. 500.000 per orang, belum termasuk biaya makan malam (candle dinner).

Menikmati perjalanan di sepanjang sungan Sava dan Danube, merupakan pengalaman istimewa. Di negeri ini, sungai bukanlah “tempat buang sampah”, Di Belgrade, sungai merupakan “jalan raya” untuk melintaskan perekonomian. Dengan demikian, sungai ini  tidak berada “di belakang rumah”, melainkan berada di depan rumah-rumah mewah, bersih, dengan air yang lancar mengalir. Dalam konteks ini, baru penulis menyadari, mengapa Pak Dubes menyampaikan pesan, agar sepulang ke Indonesia, penulis dapat mendorong pengusaha perkapalan Indonesia dapat berkiprah di negeri Broz Tito ini. Dari fenomena ini, tampak masyarakat negeri ini telah memiliki kesadaran akan fungsi sungai. Sungai tidak difahami sebagai penyebab bencana banjir, tetapi sungai dipandang dan dikelola sebagai sarana transportasi, fasilitas untuk melancarkan distribusi barang dan jasa, serta menjadi destinasi para pelancong untuk menikmati matahari tenggelam, dan memanjakan diri dengan makan malam di bawah keremangan cahaya temaram.

Pembaca yang Budiman

Di dalam kapal Cruise ini, disediakan musik dengan pemain organ tunggal yang lengkap dengan penyayi yang membawakan lagu-lagu nostalgia dari mancanegara. Tak terasa, matahari telah pergi menuju peraduannya, dan bintang-bintang mulai menampakkan diri, sementara cahaya di tepian sepanjang sungai mulai gemerlap menarik perhatian. Tak ada pesta yang tak pernah usai, demikian pula perjalanan ini. Tapi, tentu tidak berhenti sampai disi, karena masih akan ada beberapa hari lagi di sini. Tentu waktu yang tersedia ini, akan dapat dioptimalkan untuk mengeksplor negeri yang menjadi pecahan Yugoslavia ini.

Hikmah apa yang dapat dipetik dari perjalanan ini? Pertama berkunjung ke negeri yang jarang disambangi pelancong, memiliki keistimewaan tersendiri, karena dapat membagikan cerita pengalaman yang langka. Tentu hal ini dapat memotivasi pembaca untuk membuktikan dan tertarik untuk berkunjung ke negeri ini. Kedua, masyarakat di negeri ini sudah memiliki kesadaran bersahabat dengan alam, terbukti dengan terbangunnya rasa cinta terhahadap lingkungan, seperti di Inggris yang mengoptimalkan sungai Thames, di Perancis yang memanfaatkan sungai Rhein, di Belanda yang menjadikan sungai Rur serta kanal-kanal yang menjadi bagian hidup keseharian, atau bahkan di Amerika Serikat, khususnya New York yang menjadikan sungai Hudson sebagai urat nadi pariwisatanya. Ketiga, sepertinya kita perlu memetik pelajaran berharga dari yang dilakukan oleh masyarakat Serbia dalam mengelola sungai agar menjadi urat nadi perekonomian dan destinasi wisata, serta bukan menjadikan “musuh” di musim hujan atau tempat pembuangan di musim kemarau. Saatnya mengubah mindset dan preilaku, bahwa alam diciptakan oleh Sang Khaliq, dengan rasa cinta dan kasih sayang, maka patut diyakini pula bahwa sungai merupakan anugrah alam untuk kesejahteraan umat manusia.

Semoga bermanfaat.

Salam Wisdom Indonesia

*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987

   Dosen Universitas Negeri Jakarta

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini