HUJAN DI FEBRUARI

SCNEWS – Hujan bagiku adalah tentang kenangan, ada banyak kisah tertulis tentangnya. Semua kisah tersusun rapi di sudut-sudut memori, dan tergambar kembali saat hujan tercurah. Ada banyak tawa terkenang saat memburu hujan semasa belia. Tak berlindung payung, berlari tertawa membiarkan sejuknya mengairi seluruh tubuh dan hati terdalam. Gelak tawa dan canda bersama kalian, tak peduli dengan putih biru yang terciprat lumpur dan harus segera dibasuh. Yang ada hanya kegembiraan dan tertulis kisah dalam sejarah diri. Di langit yang sama, saat ini, dengan hamparan putih pertanda hujannya akan awet, aku mengenang dan menyapa, dimanakah wahai kalian ??

Hujan adalah tentang rasa dan pengingat, kisahnya kadang menimbulkan ‘deja vu’. Apa yang pernah terlintas dalam mimpi atau sekedar detak hati, tiba-tiba muncul menjadi nyata. Dan hujan membuat kenyataannya menjadi begitu fantastis, bahkan kadang tak percaya ini terjadi. ‘Deja vu” adalah sebuah perjalanan spiritual, yang tak bisa dijabarkan dengan kata, tapi terjadi. Tak perlu dituturkan, cukup dirasakan dan diresapi apa makna yang tersirat. Biarlah yang tersurat dan terucap adalah apa yang secara permukaan kita rasakan, dan pengalaman spiritualnya biar menjadi rahasia hati, antara seorang hamba dengan Tuhannya.

Hujan adalah tentang rindu, kadang tentang kehilangan. Semua berbaur dalam kisah suka dan duka. Tak dipungkiri, kerinduan itu menyakitkan, tetapi menjadi pelembut hati agar tak mengeras dengan kerutinan. Kerinduan akan hal bahagia, atau sesuatu yang indah, yang ditabuh oleh derasnya hujan, akan mencairkan kebekuan, dan menambah rasa pada hati. Bahkan jika yang dirindukan adalah sebuah kehilangan, akan mengantarkan kita pada kenangan kebahagiaan yang menyebabkan rasa kehilangan itu ada. Kehilangan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, tetapi akan membuat diri menjadi memahami bagaimana melakukan yang terbaik, mempertahankan dan berjuang agar tak ada memori kehilangan yang lainnya terjadi.

Maka, wahai kau, tak perlu mengutuki hujan, karena diturunkan untuk memberi rasa. Padaku, padamu dan pada kita. Mari kita nikmati saja setiap apa yang menjadi ketentuanNya. Mungkin saja hujan berubah menjadi bah, yang akan membuat tangisan berubah menjadi jerit kepedihan. Tetapi itu adalah sebuah peringatan dari Tuhan agar kita belajar. Semua kembali kepada rasa, bagaimana menimbang, bagaimana memperbaiki.

Tak perlu mengutuki hujan, karena dia tak pernah salah. Tolehlah ke diri paling dalam, apa yang telah dilakukan sehingga hujan berubah menjadi duka bahkan petaka. Ketika setiap kita memahami berkah sang hujan, maka tak ada celah bagi sebuah langkah menjadi salah.

Aku tahu, kita harus bicara. Aku paham, kita harus bertindak. Mari hamparkan tikar, dan kita duduk bersama. Memilah apa yang harus kita lakukan, bermula dari aku, kamu dan kita. Sebuah tindakan nyata, berasal dari semua yang kita urai, akan berujung pada solusi terbaik.

Hujan di pagi hari, jangan lagi kau takuti.
Mari nikmati secangkir kopi, mengurai rasa dan kenangannya. Dan tengoklah, sudahkah kau alirkan hujan dengan baik, agar dia mencapai muara yang dia inginkan. Pastikan hujan tidak tersesat, berkumpul di jalanan, halaman, dan berubah menjadi bah yang membawa bencana.

Hujan di Februari. Kita tengok halaman, kita pantau hutan, mari kita tanam. Karena hujan tak pernah salah, dia hanya ingin bertasbih, dan bershalawat menuju bumiNya, melalui akar hijau yang kita tanam kembali.

Hujan di Februari
Ini bulanmu, bulanku, bulan kita, penuh doa, penuh berkah
Nikmatilah

Banjarmasin, 7 Februari 2021

#catatandhyrozz #hujanfebruari  #tentangrasa #dejavu #hikmah #berkah #masyaallahtabarakallah #senyumsabarsyukur #dhyrozzlyfe #dhyrozzactivity #perempuansetengahabad #perempuanindonesia #monolog #satir #podcast

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini