MATEMATIKA REZEKI

SCNEWS – “Rezeki itu ibarat aliran air, jika dia dibiarkan mengalir dengan baik, maka kualitas airnya akan jernih dan bermanfaat. Sebaliknya jika air didiamkan tak mengalir, akan menurunkan kualitasnya bahkan membahayakan” – D’ArtComm

Pelajaran berhitung paling dasar adalah tentang penambahan dan pengurangan, termasuk dalam menghitung rezeki. Ini adalah pelajaran agar manusia terbebas dari kerugian. Sayangnya, kecenderungan dalam persoalan rezeki, yang banyak muncul pada manusia adalah semangat menambah terus tanpa mau mengurangi. Sehingga jika ini tidak terkontrol akan membuat seseorang cenderung rakus dengan ciri melekatnya adalah pelit atau bahkan bakhil.

Pelajaran matematika rezeki berikutnya adalah perkalian dan pembagian, agar manusia paham penghitungan dengan semangat pelipatgandaan. Sayangnya, semangat seperti ini seringkali memunculkan karakter mengeksploitasi orang lain dan menguras habis segala yang bisa dikuras tanpa mempertimbangkan etika. Kecenderungan untuk melipatgandakan yang didapat, dan ketakutan membagi, membuat seseorang selalu merasa merugi jika kehilangan bahkan dalam ukuran yang sepele. Termasuk di masa pandemi ini, dimana berbagai bisnis dan dunia usaha harus terkena dampaknya. Padahal kadang yang terkurangi dari mereka yang terbiasa mendapat besar, hanyalah berkurangnya keuntungan, bukan tabungan yang sudah begitu menumpuk tak terhitung.

Orang-orang seperti ini, akan cenderung merasa dirinya merugi besar untuk hal yang kecil. Yang dibicarakan selalu saja berfokus pada penambahan dan perkalian. Banyak yang tidak sadar bahwa Allah mempunyai perhitungan matematika rezeki yang berbeda dengan manusia. Mereka yang terlalu sering berpikir dan berorientasi tentang  penambahan akan memaksa munculnya proses pengurangan yang datang tiba-tiba dan mengejutkan. Akhirnya rezekinya tak jadi bertambah, tapi berkurang dengan sangat drastis dan luar biasa, dengan cara tak biasa yang mungkin bisa sangat menyakitkan. Banyak juga yang tidak sadar bahwa terlalu banyak bicara perkalian dalam mengejar rezeki, akan memaksa hadirnya pembagian yang menuntut pengeluaran rezeki tanpa disangka.

Matematika rezeki itu adalah bahwa siapa yang mengurangi hartanya secara sadar dengan niat kebaikan maka penambahan jumlah dan keberkahan akan tiba dengan sendirinya. Dan siapa selalu membagi hartanya dengan niat kemaslahatan maka Allah akan meng-kalikannya dengan sesuka Allah sehingga jumlah hartanya pun berkali lipat. Ibarat rezeki adalah aliran air dalam pipa. Jika pipa kran sering dibuka untuk mengalirkan airnya, maka pipa dan air tersebut akan menjadi bersih dan bermanfaat. Air yang dikeluarkan melalui pipa kran tersebut akan selalu terganti dengan air yang baru, dan pipa akan terus terus teraliri dengan air yang bersih. Dibukanya kran saat mengalirkan air, sekaligus juga kotoran-kotoran yang ada pada pipa akan teralirkan. Sementara itu, jika kran tidak pernah terbuka, maka airnya akan menjadi seperti genangan, membuat kotoran pun ikut menyumbat, membentuk karat dan membuat air tersebut menjadi berbau, tidak steril dan mengurangi manfaat dari air itu.

Itulah perumpamaan sederhana mengapa kita harus mengalirkan rejeki sehingga bermanfaat untuk banyak orang. Kebermanfaatan yang dinikmati orang banyak tidak akan merugikan kita, karena sesungguhnya dalam setiap tetes rezeki kita ada hak orang lain. Jangan biarkan Allah yang akhirnya membersihkan rezeki kita dengan cara yang tidak kita duga, seperti misalnya dengan membuat rusak pipa bahkan sumber airnya.

Rezeki jangan hanya diukur dari hitungan-hitungan materi, atau apa yang disandang juga properti yang dimiliki. Keberkahan kadang muncul dari prasangka baik orang terhadap kita, sehingga kita mendapat sebuah kehormatan dalam pandangan orang. Yang penting kita harus menjaga niat agar tidak menjadi riya dan hanya berharap pujian dari orang lain. Karena sesungguhnya jika kita ikhlas, maka Allah akan tinggikan marwah kita, sehingga penghormatan orang lain pun akan muncul dengan sendirinya secara alamiah, tanpa diskenariokan.

Ingatlah bahwa energi itu tidak pernah hilang, termasuk juga energi kebaikan. Dia hanya berubah menjadi energi bentuk lain yang jika disyukuri akan melengkapi apa yang kita butuhkan. Karena sesungguhnya Allah itu Maha Tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Ketika kita selalu merasa cukup, terus bersyukur, maka kenikmatan saat mendapat rejeki, kecil artinya dibandingkan dengan rasa nikmat saat kita mengurangi apa yang kita punya dan membagikannya kepada mereka yang membutuhkan.

Dhy Rozz

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini