MELIHAT DENGAN HATI, MERASA DENGAN LOGIKA

SCNews —”Dalam mendengar ada perubahan sifat, dalam melihat ada perubahan hakikat” – Rumi

Aku menatap nanar, pada gelombang suara yang tak terdengar, tapi begitu nyaring memekakan telinga. Ada sebuah dunia yang tak tersentuh, tapi begitu melekat dalam keseharian, dunia maya. Sebuah ruang yang begitu riuh rendah, setiap orang seakan begitu berhak berteriak nyaring menyuarakan kebenaran yang diyakininya. Dunia tempat menampakkan diri, sekaligus bersembunyi dalam waktu bersamaan. Tersimpan fakta, tapi tak jarang kepalsuan untuk menyembunyikan diri yang berbeda.

Meski dunia itu terlihat kecil, dan hanya sebesar genggaman, tetapi luasnya seantero jagad. Setiap kejadian atau apapun yang ditabuh, maka akan berdengung ke jagad raya dalam waktu sekejap. Keriuhan itu bisa dari hal sepele, remeh temeh sampai hal yang begitu penting, siap bergemuruh mendunia asal pandai memoles dan menggorengnya.

Aku terduduk memandang kau yang tak bergeming, begitu kuat tegak di tempatmu. Begitu keras kau dengan argumenmu, mencaci, menghakimi dan meyakini kebenaran versimu. Aku pun tak tahan, dengan gelombang kata dan tulisanmu yang begitu membakar dan terbakar, sampai menepiskan sisi lain dari apa yang kau sampaikan.

Perlahan kutuliskan sebuah tanya, yang menyentuh sisi logikamu, dan kau pun terdiam kehabisan kata. Kau begitu meyakini apa yang kau baca dari dunia yang sangat maya, sampai kau menafikan logika dan rasa. Kau begitu bersemangat, membagikan kebenaran versimu dengan cepat, sehingga semua yang mendapat pesanmu ikut meyakini kebenaranmu. Semua yang membaca apa yang kau tampilkan dan kau sebar begitu mendewakan semua narasimu. Kebenaran, atas penglihatan dan rasamu yang kau sebar, berdengung bak gelombang suara. Terdengar riuh, begitu dahsyatnya di tengah dera air bah yang menggores luka pada banyak hati. Panggung-panggung pun digelar untuk meluapkan kata, mengeluarkan setiap rasa. Terus bergulir membesar bak bola salju.

Logikaku perlahan mengurai keriuhan, kuajak kau membaca fakta. Satu demi satu dibaca dengan rasa. Satu fakta dengan fakta lain tak sepadan, dan pada saat yang bersamaan berselimutkan kesangsian. Saat kesangsian hadir dalam sebuah peristiwa yang kau yakini, maka jalan terbaik adalah melihatnya dengan hati dan merasakannya dengan logika.

Aku tahu, kau sulit untuk mundur dari yang kau yakini, meski hati kecilmu membunyikan lonceng kebenaran yang harus kau toleh. Aku tahu, kau tak ingin merendahkan diri, mengakui selarik alpa dari narasi yang kau tabuh. Tapi di sini, dihadapanku, aku hanya ingin menyentuhmu dan mengingatkanmu, agar kau adil dalam memahami semua peristiwa.

Wahai kau, kita sepakat dalam kehidupan ini, tak ada kebenaran yang mutlak. Semua menjadi relatif, dan tergantung dari sisi mana memandang. Maka jangan serba terlalu dalam melihat sesuatu. Pahami dan dalami apa yang sebenarnya terjadi. Meski pada akhirnya ada norma yang akan menjadi garis kebenaran itu sendiri.

Saat kita sangsi pada sebuah peristiwa, maka mengurai satu persatu fakta adalah hal utama. Selalu ada alasan dibalik alasan yang terjadi. Maka, agar kau tak dirundung malu di kemudian hari, lihatlah dengan hati, dan rasakan dengan logika. Hentikan jarimu untuk menabuh gendangmu, jika ada kesangsian dalam hatimu.

Wahai kau, duduklah disini bersamaku, mari kita seduh secangkir kopi dan merenungi akhir perjalanan kehidupan. Saat tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak, berhentilah membakar mereka dengan bara yang kau sendiri tak yakin bisa memadamkannya.

Wahai kau, lihatlah pada langit yang sama. Mendung itu terus menggelayut, tanda sang hujan akan terus datang. Pandanglah mereka yang masih menangisi atap-atap yang hanyut, menahan pedih dengan selimut basah melilit tubuhnya. Tegakah kau sulut dengan kecemasan yang kau narasikan, yang bahkan kau pun tak yakin dengan kebenarannya.

Wahai kau, tengoklah mereka yang masih tertatih, mengejar asupan untuk sanak saudara, mengayuh perahu mencari penghangat raga. Jangan biarkan mereka kembali terluka, dengan hasratmu untuk berjaya.

Banjarmasin, 25 Januari 2021

Catatan Dhy Rozz

#catatandhyrozz  #perempuansetengahabad #perempuanindonesia #monolog #podcast #satir #refleksi #kontemplasi #ceritahariiniuntuknanti

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini