“MENDENGARKAN” (SERI OPINI : IBG DHARMA PUTRA)

MENDENGARKAN

“Mendengar adalah fungsi yang amat penting serta menjadi prioritas pada hidup manusia, sesuai dengan takdirnya kelahirannya, dengan dua telingga serta hanya satu mulut, dan dengan penciptaan seperti itu, seolah Sang Causa Prima menginginkan dan sekaligus lebih senang kepada manusia yang lebih banyak mendengarkan daripada manusia yang terlalu banyak bicara”
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Tadi malam, sesaat sebelum terlelap, terlintas sebuah tanya tentang cara menjadi pintar bagi manusia dimasa datang. Sebuah perenungan yang dipicu oleh perilaku belajar anak sekolah yang terlihat sebelumnya.

Sebuah kegundahan, melihat para remaja, sangat mengandalkan keberadaan sebuah situs untuk membantu mereka mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Secara berseloroh, mereka mengistilahkannya, dengan bertanya ke mbah google.

Kenyataan itu, merangsang timbulnya sebuah pertanyaan hipotetis tentang, “ adalah manusia, yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan google “.

Berbagai jawab disertai monolog, berkecamuk dalam benak saya. Dan seperti bermain catur sendirian, akhirnya perdebatan itu tidak punya ujung dan berhasil remis.

Perdebatan silang sengketa itu terus terjadi, berkecamuk, seperti perbenturan tesis dengan antitesisnya untuk mendapatkan sintesis yang tak kunjung muncul dan baru berakhir setelah saya lelap tertidur.

Dan sampai subuh diesok hari, kesepakatan belum didapat, tetapi kenyataan memberi bukti, bahwa pada umumnya, dibandingkan dengan manusia, ternyata google sering lebih cepat dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

Sebuah bukti, yang sekaligus memberi tanda, bahwa dimasa depan, kepandaian menjawab tak selalu berarti pintar, karena jawaban cepat serta benar tersebut, bisa saja merupakan jawaban yang ditiru dari google.

Di masa depan, kepintaran manusia diukur dari kepandaiannya bertanya. Manusia pintar di masa depan adalah manusia yang selalu bertanya kepada alam, termasuk pada dirinya sendiri.

Pendapat itu diyakini karena kondisi hipotetis, penjawab lebih cepat dari google, hanya bisa dilakukan jika jawaban sudah dapat diberikan sebelum adanya lontaran pertanyaan.

Artinya, penjawab yang lebih cepat dari google adalah manusia yang tahu pertanyaan sebelum ditanya. Merupakan orang yang sangat paham dan sangat tanggap terhadap sekitarnya.

Membiasakan diri untuk bisa memberi jawab sebelum lontaran pertanyaan adalah sebuah latihan kepekaan, sebuah pelatihan untuk bisa dimilikinya mampu tanggap dan mampu rasa.

Mampu tanggap adalah sebuah kemampuan untuk bisa menanggapi secara baik, benar serta arif setiap kejadian yang menimpa dirinya dan setiap kejadian disekitarnya.

Sedangkan mampu rasa adalah kemampuan untuk bisa merasa dan atau ikut merasakan setiap peristiwa rasa dan persentuhan emosi yang terjadi disekitarnya.

Sebuah latihan nurani yang menjadi dasar dari timbulnya laku yang indepeden, imparsial, penuh empati dan toleransi. Sebuah laku yang berpihak pada kebenaran dan secara cerdas memisahkan kebenaran dengan kebisingan kepentingan yang menyertainya.

Sebuah laku yang tak akan berhasil dimiliki oleh seorang penjawab, tetapi hanya bisa dimiliki dengan kebiasaan bertanya. Sebuah budaya, melontarkan tanya secara tulus, jujur, dan sangat mesra.

Sebuah gaya bertanya yang pasti mendapat jawaban benar karena tidak mengintervensi, bahkan tak terasa menginvestigasi, dibisikkan dengan sentuhan mesra serta bersahabat bak hembusan semilir angin malam.

Bertanya dengan gaya seperti itu adalah hasil dari sebuah laku mendengarkan. Sebuah laku yang selayaknya tidak sulit untuk dikerjakan karena melekat pada kelahiran manusia dan seolah memang seharusnya begitu

Mendengar adalah fungsi yang amat penting serta menjadi prioritas pada hidup manusia, sesuai dengan takdirnya kelahirannya, dengan dua telingga serta hanya satu mulut. Dengan penciptaan seperti itu, seolah Sang Causa Prima menginginkan dan sekaligus lebih senang kepada manusia yang lebih banyak mendengarkan daripada manusia yang terlalu banyak bicara.

Pendengar yang baik merupakan hasil dari kemampuan manusia untuk berada ditempat keberadaannya. Kemampuan untuk ada jika memang ada dan tak ada jika memang absen.

Sebuah kemampuan mewarnai kehidupannya dan bukan sekedar mentimun bungkuk yang tidak dihitung, karena dijual tak laku tapi rugi jika diberikan secara gratis.

Pendengar yang baik, adalah manusia dengan keberadaan utuh, bukan setengah manusia, yang tak jelas antara ada dan tiada. Manusia yang masuk tak genap, keluar tak ganjil dan tidak pernah dihitung keberadaannya.

Pendengar yang baik merupakan ujung dari eksistensi manusia. Eksistensi pada pokoknya adalah keunikan yang berbeda. Karena tanpa keunikan, manusia akan menjadi seragam dengan lainnya. Sedangkan kesamaan itu pada dasarnya adalah masyarakat komunal.

Pada akhirnya perenungan itu, tiba pada sebuah ciri personal dan kepribadian yang akan menjadi dasar munculnya kepintaran, kecerdasan serta kesuksesan manusia dimasa datang.

Sebuah pribadi unik dengan pemikiran kritis, berdisiplin dan berintegritas, pendengar yang tekun hingga mampu bertanya dengan benar dan baik.

Dengan ciri seperti itu, pada ujungnya akan menjadikan manusia yang bersangkutan sebagai komunikator dan kolaborator yang handal serta inovator yang mumpuni.

Dan perenungan itu, ditutup dengan sebuah damba, ketika masuk kedalam sebuah grup belajar serta berkesempatan memberikan informasi, diakhir pertemuan terjadi kegairah angkat tangan bertanya pada seluruh audien.

Angkatlah tanganmu wahai pemuda serta bertanyalah, kecuali sedang stroke atau bisul di ketiakmu. Malu bertanya sesatlah hidupmu

Kota Kelahiranku
07062021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini