“MEONG ?” (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

“MEONG ?”

Saya kira, perubahan seperti itu, sudah disadari dan menjadi dambaan dari semua orang tua, tapi belum berani diungkapkan karena takut murtad dan menyalahi adat istiadat.Sehingga inspirasi dari vokalisasi meong, yang ditulis diatas, akan lebih mudah dibudayakan. Dengan harapan akan menuai sukses dengan berujung pada lahirnya generasi mendatang yang lebih berjaya. Miaonggg miaongg Para kucing hanya akan sama sama rusuh serta ribut jika sedang kawin. Artinya : mmmmmmmmmmm abaikan kerusuhan sensualitas itu dan ayo dimulai kaderisasi gaya baru dari sekarang dan dari diri kita sendiri.
Oleh: IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-Banjarmasin. Sejauh yang saya tahu, “ meong “ merupakan sebuah bunyi atau vokalisasi dari seekor kucing, yang paling lazim, sekaligus paling dikenal dunia. Sebuah vokalisasi yang sangat mungkin, dianut oleh semua orang tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan.

Meong, bernasib sangat berbeda dengan nasib suara ayam jantan di pagi hari, yang tidak pernah punya kata sepakat. Vokalisasi ayam jago begitu variatif, dan semakin variatif jika melibatkan semakin banyak telinga.

Meong, mungkin saja telah disepakati oleh telinga manusia, tetapi belum tercatat adanya kesepakatan makna terhadap bunyi meong, sampai saat sekarang ini.

Meong, adalah satu desah dengan berbagai makna. Bisa berarti ajakan bersahabat, pertanda keberanian, unjuk keramahan, pamer ketegasan, tunjukan kesedihan, meminta perhatian, sekedar mengeluh, atau bahkan mengajak bercinta.

Jika diperhatikan dalam keseharian, maka akan terlihat bahwa kucing muda, jauh lebih sering mengeong dan saling mengeong dengan sesamanya. Seolah berbunyi meong, bagi kucing muda adalah sebuah pernyataan eksistensi, untuk menunjukkan jati diri kekucingannya kepada dunia.

Sedangkan kucing dewasa akan lebih banyak diam dan sangat jarang mengeong. Kucing dewasa bahkan bisa mengeong tanpa suara yaitu hanya membuka mulutnya saja namun tidak bersuara, hingga tampak seperti menguap.

Meong, adalah bunyi yang tak begitu penting bagi kucing dewasa karena pada hakekatnya, bagi seekor kucing dewasa, tidak diperlukan pembuktian apapun untuk menunjukkan jati diri kekucingannya.

Bagi kucing dewasa, diam adalah sebuah pilihan cerdas karena pengalaman hidup memberinya pelajaran bahwa dengan diam, dia dapat memangsa tikus lebih banyak dibandingkan dengan kucing muda yang suka mengeong.

Keributan mengeong meong para kucing muda, adalah keributan tidak produktif karena menjadi penyebab berlarinya para tikus. Berlari masuk ke lubang tikus hingga tak tertangkap oleh para kucing muda.

Lain halnya dengan kucing dewasa yang diam serta terlihat jinak, sehingga melenakan tikus sampai merasa aman berteman. Tikus menjadi berani mendekat dan akhirnya lengah serta menjadi mangsa empuk para kucing dewasa.

Diam dilakukan oleh kucing dewasa, dengan konsisten disertai pembuktian nyata, sehingga bisa menjadi contoh bagi kucing muda untuk bersikap yang sama pada saat menjadi kucing dewasa nantinya.

Disinilah letak inspirasi meong dari seekor kucing bagi kehidupan manusia. Kucing telah menunjukkan secara jelas, upaya kaderisasi yang tidak hanya menyuruh tapi mengajak dan memberi contoh. Bukanlah anak kita, akan cepat lupa dengan nasehat yang diberikan, tetapi akan gampang menirukan tingkah kita.

Kaderisasi selayaknya dilakukan dengan peneladanan, pembiasaan dan pembelajaran.
Sebuah kaderisasi yang sistimatik, berjenjang dan terkontrol setiap saat. Peneladanan dilakukan dengan memberi contoh sikap dan tindakan yang baik dan benar, yang diharapkan akan menjadi sikap dan perilaku para kader dimasa depan.

Pembiasaan didukung dengan pemberian ruang berpikir, bersikap, bersuara dan bertindak leluasa. Dengan demikian para kader tidak takut salah dan tidak merasa disalahkan jika mengambil keputusan.

Kaderisasi juga harus didukung dengan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan dan bukan pembelajaran dengan jebakan masa lalu.

Jebakan masa lalu terhadap anak, dilakukan secara tak sadar oleh para orang tua, berupa nasehat sesuai pengalamannya di masa lalu dan melupakan kenyataan bahwa anak akan hidup dimasa depan yang tak pernah dialami orang tuanya.

Nasehat kedaluwarsa tersebut diperparah oleh adat istiadat balas jasa anak kepada orang tuanya. Anak diberikan kewajiban untuk membalas jasa orang tua lebih dari segalanya, dan dilain sisi, ditekankan pula, bahwa bertindak selain tindakan itu adalah murtad.

Selayaknya tidak ada pandangan seperti itu, para orang tua harus mulai sadar bahwa dirinya adalah masa lalu yang harus mengalah pada masa depan anak keturunannya. Para orang tua, tak boleh membelenggu kemajuan anak cucunya dengan keegoisan adat istiadat yang salah kaprah itu.

Orang tua harus sadar bahwa dirinya seperti mentari senja menjelang malam, akan tenggelam disambut gulitanya malam, sedangkan anak cucunya adalah matahari terbit di fajar kehidupan, menuju siang yang produktif.

Anak muda selalu akan lebih sibuk sekaligus lebih produktif dibandingkan dengan orang tuanya. Mereka selayaknya mempunyai lebih banyak ide serta lebih banyak waktu untuk bertanggung jawab seperti masa muda para orang tuanya.

Mereka selayaknya sudah, sedang dan selalu belajar serta berlatih, sehingga kesibukannya akan terisi kegiatan yang produktif, lebih dari generasi sebelumnya. Dan proses belajar dan berlatih itu sekaligus membuat mereka belajar lebih bertanggung jawab,

Sebagai anak muda dengan umur yang masih pendek, mereka juga belum berpengalaman sehingga ide besarnya, sering hanya menjadi sekedar mimpi belaka, sekedar sibuk, sekedar bertanggung jawab, tapi belum menunjukkan kemanfaatan yang optimal.

Dan kondisi seperti itulah yang membuat mereka dikaderkan melalui pendampingan, pemberdayaan dan bukan penjajahan dari ayah, ibu, paman, bibi dan kakek neneknya. Kaderisasi dengan pendekatan baru yang berorientasi ke masa depan.

Pendekatan baru tersebut berkonsekuensi sebuah pergeseran sangat prinsip dalam hubungan anak dan orang tua. Sebuah perubahan cara penyampaian rasa sayang anak ke orang tuanya

Selayaknya mulai disepakati penyampaian sayang anak, tidak lagi disampaikan secara langsung kepada orang tua, tapi disampaikan secara tidak langsung dengan memberikan sayang yang setara kepada anak anaknya, cucu si orang tua.

Perubahan cara menyatakan sayang gaya baru tersebut, memerlukan penyikapan mandiri dari para orang tua. Sikap yang tak lagi berharap dikunjungi sebagai sebuah keharusan tapi malah mengunjungi.

Dengan perubahan tersebut maka kehidupan orang tua akan menjadi lebih mandiri dan sehat. Dilain sisi, produktivitas para anak muda akan bertambah dan para bayi, balita dan remaja sekolahan akan lebih mendapat perhatian dari orang tuanya.

Saya kira, perubahan seperti itu, sudah disadari dan menjadi dambaan dari semua orang tua, tapi belum berani diungkapkan karena takut murtad dan menyalahi adat istiadat.Sehingga inspirasi dari vokalisasi meong, yang ditulis diatas, akan lebih mudah dibudayakan. Dengan harapan akan menuai sukses dengan berujung pada lahirnya generasi mendatang yang lebih berjaya. Miaonggg miaongg Para kucing hanya akan sama sama rusuh serta ribut jika sedang kawin. Artinya : mmmmmmmmmmm abaikan kerusuhan sensualitas itu dan ayo dimulai kaderisasi gaya baru dari sekarang dan dari diri kita sendiri.

Salam.

Diluar Kalsel
17052021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini