PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOFT SKILLS SISWA SEJAK DINI

Saya sependapat dengan pernyataan Franklin D. Rosevelt : “We cannot always build the future of our youth, but we can build our youth for the future”.

Lista Damayanti Djani, S.E.*

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Terasa miris apabila membaca dan memperhatikan serta merenungkan adanya kekerasan dan atau kejahatan yang terkait dengan anak, karena dalam hal ini posisi anak bisa dilihat dari dua hal, yaitu anak yang menjadi korban kekerasan atau kejahatan, dan anak juga ternyata  bisa menjadi pelaku kekerasan atau kejahatan itu sendiri.

Fenomena anak menjadi korban sudah lama kita mendengarnya, namun akhir-akhir ini banyak muncul dimedia anak justeru terlibat sebagai pelaku kekerasan terhadap anak itu senidri, yang bungkus umumnya disebutkan oleh Komisi Perlindungan Anak sebagai katagori anak yang bermasalah hukum. Ironisnya lagi kekerasan oleh anak terhadap anak ini bahkan  terjadi dilingkungan sekolah. Hal inilah yang menjadi pertanyaan dan sekalgus keprihatinan kita.

Lantas ada apa dengan anak-anak kita ini ? Mengapa bisa terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat siswa menimba ilmu dan tempat yang memberikan rasa aman dan rasa nyaman?  Apakah para pelaku kekerasan tidak memiliki hati nurani?  Apakah mereka tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah?

Berbagai analisa dan komentar telah disampaikan oleh para psikolog anak maupun pakar di bidang pendidikan mengenai keadaan yang sungguh memprihatinkan tersebut.  Selain menuding tayangan kekerasan di televisi maupun game online sebagai salah satu faktor pemicu tindak kriminalitas di kalangan siswa, mereka juga menyoroti kurangnya peran orang tua dan guru dalam pembentukan karakter siswa.

Berbicara mengenai pembentukan karakter siswa, saya pikir kita harus berbicara tentang soft skills yang sepatutnya dimiliki siswa. Sebagai orang yang peduli dengan pendidikan generasi penerus bangsa, saya ingin berbagi  catatan singkat saya tentang pentingnya pengembangan soft skils siswa, khususnya bagi siswa Sekolah Dasar.  Sebuah catatan yang merangkum pengalaman dan pengamatan saat menyekolahkan anak semata wayang di beberapa “Elementary School” di Amerika Serikat dan Eropa selama kurun waktu 1993 -2001.

Soft Skills

Definisi Soft Skills menurut wikipedia (en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills) adalah:

soft skills is a term often associated with a person EQ (Emotional Intelligence Quotient), the cluster of personality traits, social graces, communication, language, personal habits, friendliness, and optimism that characterized relationship with other people.

atau diterjemahkan secara bebas sebagai: sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan tingkat kecerdasan emosional seseorang, yaitu rangkuman dari ciri kepribadian, ketrampilan sosial, kecakapan komunikasi, penguasaan bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan dan sikap positif/optimisme, yang menjadi ciri hubungan orang tersebut dengan orang lain.

Prof Dr. I Wayan Simri Wicaksana S.Si, M.Eng lebih lanjut membedakan soft skills dari hard skills yang menekankan kepada IQ (Intelligence Quotient) yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmu.

Dalam kaitannya dengan pengembangan karakter siswa di Indonesia, maka pengembangan soft skills harus seimbang dengan pengembangan hard skills, sebagaimana dijelaskan dalam Bab II Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dari dokumen Kompetensi Dasar  untuk Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidayah (MI) yang merupakan salah satu perangkat kelengkapan Dokumen Kurikulum 2013.  Secara jelas diuraikan bahwa kompetensi inti yang berkenaan dengan sikap sosial bertujuan agar peserta didik memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya, serta cinta tanah air.

Penjelasan serupa dimuat dalam artikel berjudul “Soft Skills are Important Social Skills” yang diterbitkan Michigan State University Extension.  Artikel ini  memaparkan pentingnya pengembangan soft skills, jadwal waktu pengembangan soft skills yang memberikan hasil paling signifikan dan sikap sosial yang akan tumbuh bila anak-anak diberikan kesempatan untuk mengembangan soft skills tersebut.

  • Bila anak-anak diberikan kesempatan untuk bermain bersama, maka akan menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dan membangun kerjasama tim.
  • Bila anak-anak diberikan kesempatan untuk menciptakan permainan dan aturannya maka akan mengasah kemampuan negosiasi dan kompromi.
  • Bila anak-anak diberikan kesempatan untuk eksplorasi atau berpetualang maka akan memicu kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Demikian pula dalam artikel dari The Urban Child Institute berjudul “Soft Skills and Success Go Hand-inHand”.  Pentingnya pengembangan soft skills sejak usia dini disampaikan dalam pernyataan berikut ini; “ It is childhood development in the first three years of life, the time when the best foundation for these soft skills is laid.” Lebih lanjut dijelaskan: “… when young children are healthy and feel safe, loved and nurtured, it leads to the optimal brain development of their social, emotional, and cognitive skills.  In other words, children lay the foundation for their soft skills during the first years of their lives.

Jelas sudah, bahwa pegembangan soft skills seseorang harus dimulai sejak dini dan  dimulai dari lingkungan terdekat.  Kedua orang tua tentu memiliki peran terbesar dalam pegembangan soft skill anak-anaknya sejak mereka lahir hingga mereka dewasa diikuti oleh para  guru yang menggantikan peran orangtua siswa selama mereka berada di sekolah.

Metode dan Pendekatan Belajar Mengajar Untuk Mengembangkan Soft Skills Siswa Sekolah Dasar

Berpedoman pada dokumen Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidayah (MI) dan berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar di beberapa Sekolah Dasar di luar negeri,  saya melihat ada  5 metode belajar mengajar yang dapat diterapkan di Indonesia dalam upaya pengembangan soft skills siswa Sekolah Dasar.

  1. “Show & Tell”: metode presentasi singkat dengan alat peraga sederhana di depan kelas dapat sesekali diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk mengasah kemampuan siswa berkomunikasi dengan baik sekaligus kemampuan menjadi pendengar yang baik. Metode ini juga menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan melatih mereka untuk kreatif dalam mempersiapkan bahan presentasi.  Sekolah-sekolah Dasar  Internasional dan swasta telah menerapkan metode ini namun belum banyak Sekolah Dasar Negeri yang melaksanakannya.
  2. Group Problem Solving: metode pemecahan masalah berkelompok untuk mata pelajaran Matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan memupuk rasa saling menghargai pendapat, mengutamakan musyawarah dan melatih kesabaran siswa. Memang ada kendalal berupa keterbatasan jam pelajaran untuk pembahasan kelompok dan penyampaian hasil kelompok, namun dapat diatasi dengan cara pemberian studi kasus atau soal yang sederhana.
  3. “Mind Mapping”: metode pemetaan pemikiran bisa diterapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karena dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif, mampu memecahkan masalah, mudah memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan baik, serta belajar lebih cepat dan efisien. (kajianpustaka.com/pengertian-manfaat-dan-membuat-mind.html ). Metode yang dipopulerkan oleh Tony Buzan dari Inggris berbeda dengan mencatat secara linear atau mencatat materi runut ke bawah menggunakan urutan nomor dan angka yang selama ini diajarkan di Sekolah Dasar.  Metode mindmapping dimulai dengan mencatat kalimat utama (tema besar) di tengah kertas dan dilanjutkan dengan cabang-cabang untuk  judul dan selanjutnya cabang cabang untuk sub judul.  Penggunaan bentuk lingkaran, kotak dan lainnya serta pemanfaatan pensil berwarna/spidol menjadikan catatan menarik untuk dibaca.  Metode ini menjadikan materi lebih mudah diingat oleh siswa, waktu belajar lebih menyenangkan dan siswa berpikir sistimatis dan kreatif.
  4. Learning by Playing: metode belajar sambil bermain dapat diterapkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.  Permainan tebak gambar dan permainan tradisional Indonesia  seperti permainan congklak, bola bekel, benteng maupun ular naga dapat melatih kejujuran serta mendorong motivasi untuk menjadi pemenang. Permainan Tradisional dapat dilakukan saat jam istirahat ataupun dijadikan salah satu kegiatan ektra kurikuler seusai jam sekolah.  Permainan tradisional identik dengan kegembiraan dan kebersamaan.  Kegembiraan yang diperoleh di sekolah memberikan kenyamanan kepada para siswa.  Biarkan bermain menjadi bagian dari pembelajaran siswa.  Biarkan kebahagiaan dan keceriaan menjadi bagian dari kehidupan masa kanak-kanak mereka.
  5. Caring & Sharing : metode ini dapat sesekali diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Menyelenggarakan kegiatan sosial  setiap tahunnya seperti pengumpulan barang barang layak pakai untuk disumbangkan kepada yayasan yatim piatu diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian sosial siswa, menanamkan kebiasaan untuk berbagi  dan menyebarkan kasih sayang terhadap sesama sejak dini.

Selain kelima  metode di atas, pendekatan yang dapat mendorong pengembangan soft skills siswa Sekolah Dasar  sebagaimana yang juga sudah dijelaskan dalam dokumen dokumen Kompetensi Dasar  untuk Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidayah (MI) adalah:

  1. Religion&Believe Approach” : pendekatan yang mendorong siswa untuk selalu mengingat Sang Pencipta dan ajaran-ajaran Agama yang dianutnya diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kegiatan doa bersama di pagi hari dan saat pulang sekolah bisa menumbuhkan rasa berserah pada Yang Maha Kuasa.
  2. Ethics & Norms Shaping”: pendekatan yang menanamkan kesadaran siswa akan hal-hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Siswa sejak kelas 1 sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pertanyaan/Quiz tentang etika dan norma dapat diberikan di akhir setiap mata pelajaran.
  3. Role Model Approach”: pendekatan dengan menciptakan tokoh panutan diharapkan dapat mengasah sifat kepemimpinan, inisiatif maupun integritas. Pemilihan siswa sebagai role model yang memiliki prestasi akademis yang baik dan sifat sifat yang dapat diteladani oleh adik adik kelasnya dapat dilakukan setiap akhir semester.
  4. Confidence Building Approach”: pendekatan yang memupuk rasa percaya diri siswa dengan mengasah kemampuan bahasa asing, kemampuan komunikasi lisan dan motivasi dalam berkreasi. Kegiatan pameran hasil karya siswa mapun pertunjukan seni tari/ musik/drama dapat dilakukan setiap akhir tahun ajaran.
  5. Behaviour Assesment Approach”: pendekatan yang memberikan penilaian secara qualitative atas tingkah laku dan pengembangan soft skills dimiliki masing-masing  Kepedulian sosial, tenggang rasa, dan emosi siswa menjadi bagian dari penilaian tingkah laku siswa.

Penutup

Demikianlah catatan singkat saya.  Mudah-mudahan dapat menjadi bahan masukan untuk para pendidik  agar dapat memberikan perhatian lebih besar bagi pegembangan soft skills para peserta didik.

Saya sependapat dengan pernyataan Franklin D. Rosevelt : “We cannot always build the future of our youth, but we can build our youth for the future”.

Semoga generasi penerus bangsa Indonesia tidak saja pintar dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi, tetapi juga berbudi luhur, jujur dan memiliki interpersonal skills yang baik karena mereka pernah  memiliki  masa kecil yang bahagia. Aamiin.

*Mawadan87, tinggal di New York

Rujukan

  1. “Materi Kelas SoftSkills : http://iwayan.info/Lecture/Softskills/MateriKelasSoftskill_ver100214_IWS.pdf
  2. “ Budaya Kekerasan Antar Anak di Sekolah Dasar” ,
  3. http://berkas.dpr.go.id/pengkajianfiles/info_singkat-VI-9-I-P3DI-Mei-2014-63.pdf
  4. “Soft skills are important social skills”: http://msue.anr.msu.edu/news/soft_skills_are_important_social_skills
  5. “Soft Skills and Success Go Hand-in-Hand”: http://www.urbanchildinstitute.org/articles/perception/soft-skills-and-success-go-hand-in-hand
  6. “People Skills Training: Are You Geting A Return on Your Investment?”. http://www.2020insight.net/PeopleSkills.htm
  7. “ Welcome to mindmapping.com ” http://www.mindmapping.com
  8. ‘Tips Mudah Membuat Mind Map” march 12, 2014

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini