PERSONA , TOPENG ATAU NYATA ??

SCNEWS – “Buka dulu topengmu, dan biar kulihat wajahmu” – sebuah bagian dari lirik lagu yang sangat terkenal. Dalam ilmu komunikasi publik, dikenal istilah PERSONA YANG MEMBUAT PESONA ? Pastinya bukan sekedar permainan kata, tapi juga sarat makna.

PERSONA adalah interpretasi diri yang ideal untuk memenuhi ekspektasi sosial. Sebagai manusia yang hidup di dalam masyarakat, seringkali kita dihadapkan dengan berbagai norma dan aturan yang tidak jarang menimbulkan sebuah ekspektasi publik terhadap diri kita. Tekanan yang seakan dibebankan publik kepada kita, tidak jarang menuntut kita untuk cepat merespon dan menyesuaikan diri. Salah satu mekanisme yang kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menampilkan sebuah persona sebagai representasi diri kita. Persona merupakan bentuk dari adaptasi terhadap lingkungan di mana setiap manusia memiliki kecenderungan untuk memantau ataupun mengontrol perilaku dan citra mereka di mata publik. Secara harfiah dalam bahasa Indonesia, persona adalah diartikan sebagai topeng.

Topeng yang biasanya dikenakan akan berbeda mengikuti situasi dan kondisinya. Bahkan menurut filosofi Jepang, kita memiliki 3 wajah yang ditampilkan kepada khalayak.

  • Wajah pertama digunakan dalam menghadapi dunia, biasanya topeng wajah ini akan berusaha untuk mewujudkan sisi positif dalam diri.
  • Wajah kedua ditampakkan kepada orang-orang terdekat seperti keluarga dan sahabat. Biasanya ini jauh lebih apa adanya, meskipun tidak jarang masih ada yang ditutupi, karena tetap ingin terlihat baik.
  • Wajah ketiga ditunjukkan hanya kepada diri sendiri. Tidak ada orang lain yang mengetahui wajah kita yang ketiga ini selain diri kita sendiri. Ini adalah diri kita yang sesungguhnya, yang hanya Tuhan dan kita yang tahu.

Seberapa Penting Sebenarnya Persona Bagi Kita?

  1. Sebagai ‘Branding‘ diri

Untuk bisa ‘bersinar’ di satu posisi sosial, seringkali kita membutuhkan persona. Bukan hanya untuk memberikan kesan yang baik, tetapi persona juga untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ini terkait dengan proses interaksi personal atau interpersonal. Karena itu, beberapa dari kita berusaha untuk mengelola impresi diri yang baik agar bisa diterima di dalam kelompoknya.

  1. Sebagai Defense Mechanism atau Mekanisme Pertahanan

Seringkali kita harus dirisaukan dengan penilaian publik tentang diri kita. Hal ini mungkin membuat beberapa dari kita menjadi takut untuk menampilkan diri kita yang sebenarnya – pada dunia. Ketakutan ini bernama imposter syndrome atau sindrom penipu, dan persona menjadi penting untuk orang-orang dengan gangguan ini sebagai mekanisme pertahanan diri mereka di mata orang lain.

  1. Sebagai Wujud Ideal

Persona merupakan perwujudan diri yang ideal, baik menurut kacamata kita maupun menurut kacamata orang lain. Ada beberapa pro dan kontra terkait apakah persona bisa dikatakan sebagai manifestasi diri yang utuh. Persona ini bisa diinterpretasikan sebagai gambaran sosok ideal yang kita inginkan atau juga orang lain inginkan dari diri kita, dengan berbagai faktor yang dilihat, diantaranya kemampuan, kapasitas dan posisi sosial. Tetapi bisa jadi gambaran ideal yang ditampilkan ini, tidak sepenuhnya mewakili apa yang ada di dalam diri, karena sekali lahi, wajah paling nyata tentang diri kita, hanya kita dan tuhan yang tahu.

Persona atau topeng memang sering dipersepsikan sebagai sebuah kebohongan yang disajikan demi mendapatkan penerimaan publik. Akan tetapi, mekanisme persona yang dimiliki oleh semua orang ini juga bisa diintepretasikan sebagai bentuk kesadaran diri atau self-awareness akan potensi diri dan lingkungan sekitar. Mengelola impresi diri untuk dipresentasikan kepada publik tidak selalu buruk. Menampilkan diri yang sebenarnya pada dunia juga bukan berarti masalah yang besar. Oleh karena itu, penerimaan diri tetap penting untuk dilakukan meskipun kita merepresentasikan diri melalui persona. Bahkan jika persona ini terus menerus kita tampilan, dan menjadi kebiasaan maka akhirnya kita bisa mewujudkan ideal self ini, menjadi diri kita sesungguhnya atau true self kita.

Pada akhirnya, persona yang mempesona dan tidak menyiksa diri adalah saat kita bisa menyandingkan apa yang menjadi gambaran ideal dengan yang ada dalam diri kita. Tapi untuk bisa memenuhi kondisi ini, pastikan kita mengenali diri kita dengan baik, memahami kekurangan dan kelebihan diri, sehingga apa yang ditampilkan adalah apa yang bisa kita pertanggungjawabkan. Persona yang merupakan diri yang ideal yang telah melekat menjadi diri kita yang sebenarnya, tak akan pernah bisa copot meski dalam tekanan. Tetapi sebaliknya, saat persona itu betul-betul hanya menjadi topeng untuk menampilkan sisi baik, tanpa diikuti pembiasaan dan kebiasaan, maka pada keadaan penuh tekanan, akan muncul sifat asli kita yang mungkin saja akan sangat bertolak belakang dengan yang ditampilkan.

Mari kita tentukan PERSONA yang MEMPESONA setelah kita memahami dan mengenali diri kita dengan baik, mencintai kelebihan dan kekurangan yang kita punya, dan bahagia sebagai bentuk syukur. Setelah semua pengenalan itu, maka de ngan mudah kita bisa tentukan persona yang terbaik untuk kita, yang tidak terlalu jauh dari diri kita yang sebenrnya, atau bahkan kita berani untuk tetap menjadi diri sendiri sebagai persona kita.

DhyRozz🌹❤
#catatandhyrozz
#dhyrozzlyfe
#dhyrozzspirit

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini