SANG KARNA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

SANG KARNA

“Begitulah Sang Karna, telah menjalani lakunya didalam Baratayudha, serta memberi hikmah bagi dunia, bahwa kemenangan diraih jika ada upaya untuk menghindari terjadinya kesalahan serta keburukan pada diri. Menghindari salah dan berupaya benar, serta melakukan dengan baik, sesedikit mungkin buruknya adalah cara untuk mendapatkan rahmat serta nikmat”
(Oleh : IBG Dharma Putra)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Baratayudha, perang keluarga Barata, dalam epos Mahabarata, dipenuhi para pahlawan, mulai dari Sri Krisna dan Sengkuni, dua orang sutradara perang, juga Arjuna dengan kelima saudaranya dan Duryodana pemimpin seratus Kurawa.

Begitu banyaknya tokoh, tapi takkan membuat lupa, akan keberadaan satu pahlawan unggul bernama Sang Karna. Dan ingatan padanya, membawa pada khayalan, bahwa kekalahan Kurawa yang sebenarnya, diakibatkan karena keterlambatan mereka untuk menampilkannya di arena perang.

Seandainya Sang Karna, ditampilkan menjadi panglima sejak awal perang, disaat dia masih berbekal baju perang bawaan lahirnya,niscaya kemenangan akan berpihak kepada keluarga Kurawa. Tetapi alur cerita tidak berkata begitu karena Kurawa kalah oleh Pandawa dan Sang Karna tewas diujung panah Arjuna. Didalam keterlambatan itu, zaman mempunyai banyak kesempatan untuk menambahkan berbagai kejadian agar Sang Karna tetap berada pada takdirnya.

Begitulah masa depan, memang dipenuhi oleh misteri,sangat berliku serta tidak terduga. Dan hal seperti itulah, yang terjadi di padang kuru setra (tempat pemakaman wangsa kuru) pada alur kehidupan Sang Karna. Keberadaan Rsi Bhisma serta Guru Drona, yang punya hirarki sosial lebih tinggi,membuat Sang Karna tampil setelahnya. Dan Sang Karna tercatat sebagai panglima terakhir tentara Kurawa.

Sang Karna, menjadi diam tak kunjung datang ke kancah peperangan karena tidak berminat ikut dalam perang jika cuma dibawah perintah, sekaligus hanya berkeinginan perang sebagai panglima, supaya mudah bertempur melawan Arjuna. Dan diluar arena, semua keunggulan yang pernah dimilikinya, perlahan hilang oleh ulah sahabat atau tingkah polahnya sendiri

Dia bersahabat dengan para penjahat serta pengkhianat. Dia mengetahui lingkungannya yang seperti itu,tetapi tidak peduli,karena ingin punya kesempatan menunjukkan kedidayaan. Dia membiarkan tipuan Dewa Indra, berhasil merampas baju perang bawaan lahirnya, juga membiarkan kedzoliman yang dilakukan oleh Duryodana dan seolah tidak menahu, khianat Raja Salya ( kusir keretanya ) yang dilakukan untuk kekalahannya.

Dia berbohong kepada Pendeta Parasurama, untuk bisa diterima belajar sebagai murid dan kebohongannya itu, memberinya kutukan dari sang guru, akan kehilangan segala ilmu serta ketrampilan, yang diajarkan kepadanya, pada saat yang paling dibutuhkan.

Sang Karna, sebenarnya sulung dari pandawa, terlahir dari dan karena mantra puja Ibu Kunti kepada Dewa Surya,dewa penguasa matahari, begitulah Epos Mahabarata, menuliskan Sang Karna. Seorang lelaki tangguh dan pemberani, yang terlahir sebagai pemenang.

Sang Karna dilatih takdir kehidupan sejak lahir. Mulai dari kelahiran tak lazim, melalui lubang telinga serta wujud bayi dengan kulit bersinar, berbekal anting dan baju perang tidak tembus senjata. Sampai latihan keras karena terbuang sesaat setelah kelahiran demi citra ibunda.

Pokoknya, Sang Karna adalah sosok petarung tanpa tanding, yang telah disiapkan sempurna oleh kehidupannya,menjadi unggul serta selalu menang. Begitukah tafsir hidup Sang Karna dan sekaligus bisa dibandingkan dengan fakta nyata dalam epos besar Mahabarata.

Kehidupan tidak berjalan sekehendaknya serta tidak pula ditafsirkan sesukanya,seolah kitalah penguasa semesta. Benar yang masih berupa tafsir, sebenarnya belum dapat digolongkan sebuah kebenaran, begitu juga kebaikan yang dilakukan hanya karena sebuah anjuran serta sekedar mentaati perintah, belumlah kebaikan.

Karena kebenaran dan kebaikan, yang hakiki, besifat genuin dan spontan tanpa perhitungan dan hanya bergantung dipenilaian dan rahmat yang maha kuasa.Dengan demikian,menyikapi hidup secara tulus ikhlas,berbekal kepasrahan disertai kepatuhan mutlak kepada yang maha kuasa, disertai sikap mendengarkan tapi tidak merasa terlalu terganggu oleh bisingnya tafsir berbeda, merupakan tanda kemenangan.

Sang Karna telah kalah karena dendam pada kehidupannya. Sebuah kondisi yang terasakan papa dan dianggapnya tersisihkan. Sehingga kesumat itu, menimbulkan niat pembuktian diri sebagai pemenang yang terunggul. Tentunya menjadi jelas tak ikhlas, jelas tak pasrah serta dipenuhi kesombongan tanpa ketertundukan.

Sang Karna, manusia sangat berbakat, cerdas dan terampil,telah kehilangan kearifannya oleh segala coba di pengalaman hidupnya. Terlupa bahwa manusia istimewa akan mendapat ujian maha istimewa dan kelulusannya, akan dapat ternikmati,jika tak berkehendak diistimewakan.

Sang Karna memberi pesan, keunggulan lahir perlu dianyam dalam jalinan pengalaman agar tercipta renda indah kemenangan. Keduanya wajib saling melengkapi karena bekal dari lahir membawa kecerdasan serta intuisi sedangan asuhan pengalaman memberi pandai, trampil sekaligus kearifan. Kesemuanya akan menyatu dalam sorak kemenangan hidup manusia.

Kemenangan akan selalu berada diseberang dendam, dengki, sirik serta iri hati. Berjauhan jaraknya dengan kesombongan, harga diri dan malu dihati. Prinsip kemenangan, bukan pada akhir kejadian, menjadi pemenang atau kalah, tapi pada proses penerimaan terhadap semua kondisi, baik menang atau kalah, yang menjadi takdir diri. Hakekat dari kemenangan adalah kebahagiaan.

Begitulah Sang Karna, telah menjalani lakunya didalam Baratayudha, serta memberi hikmah bagi dunia, bahwa kemenangan diraih jika ada upaya untuk menghindari terjadinya kesalahan serta keburukan pada diri. Menghindari salah dan berupaya benar, serta melakukan dengan baik, sesedikit mungkin buruknya adalah cara untuk mendapatkan rahmat serta nikmat.

Pembiasaan pola pergaulan keseharian tanpa pengkhianatan, selayaknya mulai dibudayakan dalam kehidupan. Setidaknya bisa diupayakan agar selalu yakin bahwa diri kita, tak lebih dulu berbuat kesalahan dan keburukan terhadap sahabat.

Begitulah Sang Karna, akan tetap dikenang walaupun bukan sebagai pemenang.

Banjarmasin
29072021

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini