CRUISING DI CANAL AMSTERDAM
“Hikmah apa yang dapat dipetik dari cerita ini? Pertama, imajinasi yang berkembang dalam diri setiap anak, kiranya perlu diberi ruang, agar dapat berkembang dan berpeluang untuk mewujudkannya, dengan caranya sendiri. Kedua, membangun sebuah wilayah memerlukan kecerdasan dan kepiawaian, serta bersahabat dengan alam, karena sesungguhnya manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardh, yang bermakna bahwa manusia berpeluang untuk memimpin alam, bukan merusak alam yang dapat mendatangkan bencana “ketika alam menyerang balik manusia” (when nature back attacks). Ketiga, pengelolaan lingkungan dan alam yang terencana, bukan saja akan mendatangkan keuntungan, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi warga di sekitarnya, dan pada akhirnya dapat menambah devisa negara”.
Oleh Tjipto Sumadi*
SCNEWS.ID-JAKARTA. Pembaca yang Budiman, Sejak anak Indonesia belajar di bangku sekolah dasar, setidaknya kelas lima, sudah diperkenalkan dengan kehidupan bangsa lain, apakah sekedar guru yang bercerita atau memang ada materi pembahasan khusus. Suatu hari penulis kedatangan tamu dari Deakin University yang ingin melihat proses pembelajaran di sekolah dasar. Kebetulan yang dipilih adalah sekolah di sekitar Ciwidey, Bandung Selatan. Setiba di sebuah sekolah dasar negeri, dan melihat-lihat buku pelajarannya, betapa bangga sahabat dari negeri kanguru ini. Dia melihat peta benua Australia lengkap di buku pelajaran kelas 5 SD. Seraya dia bergumam, di negeri kami, anak-anak SD belajar Bahasa Indonesia hanya karena supaya saat berlibur ke Bali dapat berkomunikasi langsung dengan penduduk lokal. Lalu untuk apa anak Indonesia sejak SD sudah belajar peta Australia dan dunia lainnya secara lengkap? Sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban seketika, namun memerlukan perenungan bersama.
Terlepas dari pengalaman sahabat tamu dari Australia itu, belajar tentang indahnya atau bahkan fakta kehidupan di negeri orang lain, tentu menjadi sebuah imajinasi bagi anak usia sekolah dasar. Apalagi kalau yang diceritakan oleh guru kisah negeri Kincir Angin yang pernah menjajah negeri “Harga Mati” ini. Semua murid akan antusias mendengarkan. Betapa tidak, negeri kecil yang dipenuhi kanal dan berada di bawah permukaan laut itu, koq ya bisa menjajah begitu lama negeri nan permai ini?
Sebetulnya tulisan ini hanya ingin berkisah, bahwa apa yang diceritakan guru SD kala itu, memang terus menginspirasi dan membangun kuriositas untuk menjelajah ke berbagai negeri. Termasuk kanal-kanal di Amsterdam yang juga patut dikunjungi dengan atau tanpa dalih apapapun.
Berkeliling dengan perahu yang dirancang sedemikian rupa untuk para pelancong, membuat nyaman setiap wisatawan yang datang ke Amsterdam, untuk menikmati kanal yang seolah tiada ujung dan pangkalnya itu. Semakin jauh perahu berlayar semakin banyak kanal-kanal dan sungai besar yang dilihat dan dilewati. Biaya tiket per orang untuk canal cruising di Amsterdam berkisar antara €15 – 18, bergantung pada besar kecilnya boat yang digunakan dan rute yang ditempuh. Melalui kanal-kanal ini, pelancong dapat melihat kota Amsterdam dalam perspektif yang berbeda. Betapa jalur air yang dibangun terencana, bukan hanya dapat melancarkan transportasi dan distribusi barang, jasa, dan manusia, tetapi juga mengurangi kemacetan di jalan raya. Sungai dan kanal di negeri ini, bukan menjadi “musuh” di musim banjir, tetapi tetap menjadi sahabat yang dapat mendatangkan keuntungan. Bukan saja para pelancong yang hatinya terhibur, tetapi para “nakhoda” juga mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lumayan. Tentu ini sebuah ilustrasi kehidupan dalam menata alam untuk kemanusiaan dan kesejahteraan manusia. Bahkan di beberapa sudut, banyak “manusia perahu” yang tinggal dan hidup bersama “perahu rumahnya” di tepian kanal yang ada, tanpa harus berurusan dengan satpol PP.
Pembaca yang Budiman
Hikmah apa yang dapat dipetik dari cerita ini? Pertama, imajinasi yang berkembang dalam diri setiap anak, kiranya perlu diberi ruang, agar dapat berkembang dan berpeluang untuk mewujudkannya, dengan caranya sendiri. Kedua, membangun sebuah wilayah memerlukan kecerdasan dan kepiawaian, serta bersahabat dengan alam, karena sesungguhnya manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardh, yang bermakna bahwa manusia berpeluang untuk memimpin alam, bukan merusak alam yang dapat mendatangkan bencana “ketika alam menyerang balik manusia” (when nature back attacks). Ketiga, pengelolaan lingkungan dan alam yang terencana, bukan saja akan mendatangkan keuntungan, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi warga di sekitarnya, dan pada akhirnya dapat menambah devisa negara.
Semoga bermanfaat.
Salam Wisdom Indonesia
*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987
Dosen Universitas Negeri Jakarta