MENJEMPUT KEMATIAN
“Hakekat dari hidup hanya untuk menjemput kematian semata, adalah mematuhi harmoni tanpa terpaksa, hingga bisa menjadi landasan dasar bagi terbinanya hubungan tanpa pamrih dengan sesama makhluk penghuni semesta, bahkan dengan Sang Pencipta. Tetap berbuat baik berlandasakan kebenaran, walaupun tak dijanjikan sorga”
(Oleh : IBG Dharma Putra)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pengalaman saya bercerita bahwa hidup akan dipenuhi oleh kecewa, jika selalu menghendaki kesempurnaan, karena hakekatnya, kehidupan dipenuhi oleh salah serta khilaf dan kehidupan lebih potensial menjadi sumber kerusakan dan kekacauan dibandingkan berakibat baik bagi dunia.
Kondisi kehidupan yang menghakiki seperti itu, berakibat kesempurnaan secara difinitif tidak gampang tercapai serta hanya mampu nyaris tergapai atau didekatkan pada kehidupan, jika tujuan hidup dipatok, hanya untuk menjemput kematiannya semata.
Pemikiran diatas merupakan pemikiran kodrati yang wajib dialami tetapi dalam kesehariannya hidup tetaplah disertai kewajiban menentukan pilihan, sebaiknya disertai dengan kesadaran, bahwa apapun pilihannya, maka hasilnya akan sesuai dan kembali kepada takdirnya juga.Dan dengan demikian, kesiapan dalam penerimaan hasil secara tulus ikhlas perlu dikedepankan.
Pada prinsipnya, apapun yang menjadi pilihan maka hasilnya sudah ditetapkan sebelumnya dan ketaqwaan ditentukan oleh proses dalam berdoa, berupaya serta penerimaan hasilnya saja.Dengan dasar berpikir seperti itu, menjadi masuk akal, sekaligus cerdas,jika pilihan hidup diisi hanya untuk berdoa serta berupaya tanpa terlalu berharap hasilnya.
Jika sudah begitu, semua doa dan upaya akan menjadi milik bersama, penuh toleransi serta tenggang rasa dan selalu dihindarkan dari iri, dengki, dendam serta ketidak adilan. Doa dan upaya adalah perpanjangan sikap penerimaan terhadap harmoni kehidupan. Lintasan pikiran, yang memanjangkan kisah dalam harmoni doa dan upaya ditengah perkembangan teknologi.
Selalu berdoa dan berupaya menjaga harmoni dunia karena doa selalu menjadi prioritas dan perhatian dari sang pencipta. Kalau masih ada doa yang terasa tidak mendapat jawab, belum terkabulkan bahkan hanya terjeda, berarti ada perasaan yang belum tepat, kerena doa selalu terjawab, bahkan telah dikabulkan sebelum mulai dipanjatkan.
Ubahlah rasa, jika ingin bisa melihat kekuatan sebuah doa dan upaya. Perubahan itu, dapat dilakukan melalui mengubah prilaku menjadi prilaku patuh, tunduk dan pasrah pada sang pencipta. Sebuah prilaku yang berpihak pada keaneka ragaman hayati dengan menunjukan hormat kepada semua mereka, dan dibarengi dengan menempatkan semua makhluk dalam peran sesuai tujuan penciptaannya ke dunia.
Sebuah kepatuhan kepada Stable equilibrium, yang dapat diberi arti sebagai, keseimbangan takdiriah, akan selalu kembali keposisi semula, disetiap perubahan yang dialaminya. Artinya, perubahan pada satu faktor akan timbulkan perubahan pada faktor lainnya.
Stable equilibrium merupakan keseimbangan dinamis, dengan daya paksa terhadap semua faktornya sehingga semua aspeknya itu, wajib menyesuaikan satu dengan lainnya,karena jika tidak begitu, semuanya akan terjebak dalam jalan buntu kekecewaan dan kehancuran.
Mengikuti stable equilibrium, tak berbeda dan bahkan serupa dengan beradaptasi mengikuti dinamika perubahan untuk menjelma menjadi lebih tangguh dari sebelumnya dan tidak statis serta melawan setiap perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Stable equilibrium diibaratkan sajian kuliner, walaupun selalu berubah mengikuti perubahan zaman, tetapi tetap akan bisa ternikmati jika dipenuhi syarat harmoni antara histori nikmat masakan ibu dengan kelezatan baru yang unik dan kreatif. Ketidak nyamanan menghantui kehidupan jika terpaku pada selera masa dulu, persis sama dengan ketidak nyamanan kuliner sama sekali baru karena tidak pernah dikecap sebelumnya.
Stable equilibrium merupakan gaya kehidupan saling memahami, memahami perbedaan dan menghimpun persamaan, berangkulan dengan semua anggota masyarakat tanpa membeda bedakan dalam mencapai kemajuan bersama. Sebuah upaya dipenuhi oleh aspirasi sekaligus partisipasi. Mengambil aspirasi dari yang lebih menderita, melembagakan parisipasi terutama dari masyarakat kaya yang hidupnya tertata.
Stable equilibrium memaksa, seperti postulat kekekalan energi, bahwa energi itu abadi,tidak akan hilang dan hanya berubah semata.Energi listrik bisa menjadi energi gerak, energi gerak bisa menjadi energi listrik, energi panas bisa menjadi energi gerak, dan perubahan lainnya.
Yang sangat mengejutkan, ternyata kekekalan energi, telah banyak menyelamatkan nyawa anak berusia dibawah lima tahun. Anak balita belum bisa merasakan demam, diberi anugrah kodrati, mengubah demamnya menjadi kejang sehingga demamnya, tak mencapai suhu yang bisa melelehkan otaknya.
Kemampuan balita, mengubah energi panas menjadi energi gerak, dengan sendirinya akan hilang dengan bertambahnya usia, pada saat si anak sudah mampu merasakan dan dapat mengeluhkan demam.
Hakekat dari hidup hanya untuk menjemput kematian semata, adalah mematuhi harmoni tanpa terpaksa, hingga bisa menjadi landasan dasar bagi terbinanya hubungan tanpa pamrih dengan sesama makhluk penghuni semesta, bahkan dengan Sang Pencipta. Tetap berbuat baik berlandasakan kebenaran, walaupun tak dijanjikan sorga.
Memaknai hidup untuk menjemput kematian dilakukan bukan dengan sengaja mencari mati karena takut berbuat salah selama hidup tapi dengan membiarkan kematian datang sesuai kodrat disertai dengan pemaham untuk berani menerima hidup seperti kenyataannya.
Tetaplah berdoa dan berupaya tetapi sadarlah bahwa Tuhanlah yang menentukan. Karena berdoa bukan hanya permohonan kuat tetapi juga sebuah penyerahan total kepada hukum
kehidupan, agar bisa benar dan terhindar dari kesalahan. Berdoa bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, menggunakan teknologi ataupun tidak. Tetapi jika berdoa dengan alat canggih berteknologi, selayaknya tetap diingat bahwa keberadaan teknologi dimasa awalnya, adalah untuk kerja sederhana tak berotak maupun tak bernurani, agar manusia bisa mengerjakan hal yang lebih berharga.
Dan sampai disini, saya harus berhenti, karena mulai terasa perlunya kajian ahli agama, lebih khusus, para ulama, tentang potitioning iptek, khususnya doa bersama secara online, yang nyatanya telah menggejala di masyarakat.
Pertanyaan hipotetis yang akan muncul pada kondisi itu adalah, apakah jika konsep berdoa bersama sudah bisa diterima serta dilakukan, apakah berarti menyusul sembahyang secara online dengan teknologi dan berarti akan ada redifinisi jarak dalam sembahyang berjamaah.
Atau mungkin berdoa bersama secara online, cuma aksi modis sesaat belaka, karena lebih banyak gayanya dibandingkan kandungan isi doanya. Sebuah gaya pamer beragama tetapi tetap tidak sia sia.
Apapun jawaban yang akan diterima tehadap pertanyaan hipotetis diatas, takkan mengubah pandangan tentang kematian, doa, upaya dan stable equilibrium dibenak saya. Bahwa cara hidup hanya untuk menjemput kematiannya semata, adalah sorga
Banjarmasin
01092021 ( bisa ditulis 192021 )