“NASIONALISME KAMPUNG TENGAH”
(Oleh : FA. Abby)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Terminologi “kampung tengah” bukan merujuk kepada nama kampung atau letak kampung yang posisinya berada di tengah, melainkan suatu istilah yang merujuk kepada “perut”. Oleh karena itu kampung tengah ini adalah “urusan perut” atau biasa juga disebut “logistik”.
Begitulah Bagi sahabat yg suka melakukan traveling ke negara lain, tentu juga mempunyai pengalaman urusan “perut” ini, yaitu saat kondisi sudah lapar kita akan mencari tempat makan. Ada tempat makan yang sudah di tentukan oleh biro perjalanan, kalau kita travelingnya ikut biro perjalanan, dan lebih seru lagi kalau kita travelingnya secara mandiri, maka pilihan sesuai selera akan menjadi tempat tujuan kita.
Uniknya saat berada di luar negeri kitapun, kita juga akan mencari masakan Indonesia, ya ini soal “lidah” atau “selera” sehingga membentuk value nasionalisme sendiri… he he…. Apapun alasannya nasionalisme kampung tengah ini menjadi panggilan lidah kita, sehingga kaki kita menuju kesana.
Disamping itu tentunya kita juga ikut mencicipi masakan atau tempat makan yang secara internasional ada dan atau makanan khas negara setempat, namun nasionalisme kampung tengah ini selalu memanggil kita, sehingga pengalaman saya, saat sulit mencari masakan Indonesia, maka saya membewa bekal “khusus” selalu membawa bekal lauk sesuai selera atau yg dapat membangkitkan selera makan, seperti ikan kering tenggiri asam manis atau orek2 ikan teri+kacang tanah. Bekal ini ditempatkan ditempat khusus dan selalu dibawa dalam ransel (day pack)ketika mengunjungi tempat2 wisata. Bekal akan dibuka ketika jam makan tiba sepanjang tempat makan tersedia nasi. Dan begitu pula ketika ketemu rumah makan Indonesia atau rumah makan lainnya yg ada menyediakan nasi, maka setelah makan selalu membawa pulang nasi untuk makan di hotel/penginapan.
Akh ! barangkali saya termasuk golongan “nasionalisme kampung tengah sejati”. Berikut beberapa dokumentasi “kampung tengah’ yang saya abadikan. Salam…