SCNEWS – “Jangan pernah menilai orang lain dari penampilan, karena hidup dan kehidupan siapapun, akan memberi pelajaran berharga sebagai hikmah” – DARTCOMM
Dalam kehidupan setiap insan, jangan mudah menghakimi terhadap apa yang dilakukan orang lain. Karena setiap orang punya alasan atas perilakunya hari ini, yang biasanya adalah berasal dari sebuah sebab akibat. Mungkin saja sikapnya tidak membuat pihak lain nyaman, termasuk kita. Tetapi jika kita bisa memahami dengan empati, maka perlahan akan meruntuhkan tembok penghalang silaturahmi. Karena tembok penghalang terbesar dari silaturahmi adalah prasangka, terutama sangka buru, yang membuat pandangan dan sikap kita pun cenderung negatif.
Yang harus digarisbawahi, memahami dengan empati bukan berarti harus setuju dengan setiap perbuatan orang lain. Sesuatu yang jelas-jelas melanggar norma dan aturan, pastinya kita harus menilai dengan obyektif. Tetapi pada perbuatannya kita boleh tegas dengan penilaiannya, tetapi pada orangnya, mari kita pahami mengapa dia melakukan hal tersebut. Sehingga kita bisa lebih jernih membedakan antara perbuatan dan orangnya.
Sesungguhnya memahami dengan empati sebetulnya adalah kunci ketentraman diri kita sendiri, agar tidak mengambil peran sebagai hakim, jaksa atas orang lain. Memahami dengan empati artinya kita sedang belajar menghormati ragam kehidupan agar kita belajar mengambil hikmah. Jika dalam pandangan kita perbuatan orang lain itu salah, maka kita tidak perlu melakukan hal yang sama, meski terkadang kita terbawa oleh arus kehidupan berada pada kondisi yang sama dengan yang dialami oleh orang lain. Maka ketika kita menghakimi orang lain, dan ternyata arus kehidupan membawa kita pada kondisi yang sama, orang sering memberikan label sebagai ‘karma’ atau penghakiman kita. Makna dari ini semua kita sebaiknya secara bijak melihat sejarah masing-masing insan sebagai sebuah warna dalam dirinya yang harus dijalani saat menjemput takdirnya.
Ragam kehidupan dengan beragam orang di sekitar kita, akan menjadi warna indah yang membentuk sebuah keseimbangan. Keseimbangan kehidupan dibentuk bukan hanya karena adanya persamaan, tetapi setiap hal yang berbeda akan menempati sudut berbeda. Seperti ‘puzzle’, potongannya boleh tidak sama, ukurannya pun mungkin berbeda tetapi saling melengkapi untuk menjadi sebuah gambaran kehidupan yang lengkap. Saat kita memahami seperti itu, maka setiap potongan kehidupan yang merupakan milik orang lain, kita hormati untuk menempati wilayahnya dan dia berkembang membentuk potongan yang paling pas. Jadi tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain, karena setiap potongan itu unik.
Jika kita sudah memahami semua ini dengan empati yang tinggi, maka hidup menjadi tenang dan permakluman atau toleransi kita akan terasah dengan baik. Kita tidak mudah patah, tidak gampang getas jika menemukan hal yang tidak sesuai dengan gambaran ideal kita. Karena idealisme sesungguhnya adalah tentang gambaran yang ada dalam pola pikir kita. Idealisme adalah tentang ilmu yang kita serap sebagai cermin dan petunjuk dalam hidup kita. Memahami dengan empati adalah ilmu, kemampuan agar bisa mengerti ataupun memahami apa yang orang lain rasakan, dilihat dari segi emosional. Empati ini akan membuat diri kita dapat merasa berada di posisi orang lain.
Perlu diketahui bahwa empati pada seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Tidak semua manusia mempunyai tingkat empati yang sama. Terdapat orang yang mampu menempatkan dirinya pada posisi orang lain, namun ada pula orang yang kesulitan dalam menaruh empati kepada sesama. Sebenarnya empati adalah sesuatu hal yang tidak dimiliki oleh manusia dan dapat dilatih agar bisa dikembangkan serta ditingkatkan.
Damaikan hati dengan terus menumbuhkan empati, agar hidup damai berdampingan dengan siapapun.
Dhy Rozz