KETERBATASAN YANG MEMBAHAGIAKAN
Keterbatasan ini membuat kita tidak sombong, karena di atas “langit ada langit dan ada langit lagi” dan bahkan di “bawah langit ada bumi dan dibawah bumi ada bumi lagi” yang mejadikan kita “menengadah sekaligus menunduk”, yang pada akhirnya kita MENERIMA DENGAN IKHLAS SEGALA KETERBATASAN YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DITETAPKAN ALLAH, sehingga kitapun bahagia telah menjadi KEKASIHNYA.
(Syaifudin)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, kata-kata “unlimited” sering menjadi padanan pada suatu kondisi yang berlimpah ruang tanpa batas, sehingga kalau itu dipadankan dengan materi (uang) menjadilah ia sebagai kondisi yang sangat kaya dan dikatagorekan sebagai “sultan” yang dengan kondisi itu apa saja bisa dibelinya dan begitu mudahnya ia mendapatkan apa yang diinginkannya atau kondisi kemuliaan hidup pun bisa dibelinya dengan uangnya tersebut.
“Drama unlimited” ini menggoga manusia nyaris melingkupi seluruh aspek kehidupan, ingin panda sepandai-pandainya, ingin cantik secantik-cantiknya, ingin ganteng seganteng-gantengnya, ingin berkuasa sekuasa-kuasanya, ingin panjang umur sepanjang-panjangnya, ingin sehat sesehat-sehatnya, ingin muda semuda-mudanya pada sepanjang kehidupannya, ingin dicinta secinta-cintanya, dan seterusnya yang intinya kondisi “se” dan “ter” sebagai simbol hidup yang dianggap sempurna yang membawa kepada kebahagiaan dengan tingkat tertinggi.
“Drama tanpa batas” ini merasuki pula pada “doa” dan “khayalan” yang menghanyutkan imajinasi kita, ingin diberi rejeki yang banyak, ingin diberi pasangan yang patuh dan setia selamanya, ingin diberi kemudahan dalam setiap urusan apapun, ingin terkenal dan dihormati, dan segala keinginan yang membawa pada kenikmatan yang mudah diraih, ibarat duduk duduk santai semua keinginan didatangkan.
Begitu juga khayalan segala fungsi yang ada di dalam tubuhnya ingin yang lebih dan terpelihara, kulit yang selalu mulus dan putih bersih laksana kulit bayi, hidung yang mancung, mata yang bersih menawan, pipi yang kencang, alis yang tebal dan rambut yang indah, tubuhnya yang tinggi langsng. Bahkan ingin penglihatannya tanpa batas dan bisa menembus dinding, penciumannya tajam sehingga dapat mencium apapun yang beraroma, pendengarannya dapat mendengar bisikan orang bahkan dari tempat yang jauh, dan seterusnya.
Sekilas segala yang unlimited atau kondisi tanpa batas tersebut bisa terlintas difikiran dan perasaan kita dengan memberinya penilaian itulah kondisi ideal yang akan membuat hidup bahagia secara sempurna bak layaknya di surga.
Sahabat ! saat kita renungkan secara sadar dan mendalam, kondisi unlimited itu sesungguhnya tidak akan membawa kita pada kebahagiaan dan ketenangan hidup, karena yang namanya “hukum dunia” ini diciptakan dengan batasan-batasan, namun batasan-batasan inilah yang sesungguhnya yang akan membuat kita menemukan kebahagiaan dan ketenangan tersebut.
Bayangkan saja bagaimana repotnya mengurus dan menyimpan harta yang banyak, betapa repotnya kita selalu dipuja dan dikerumuni oleh banyaknya pengagum, betapa hiruk pikuknya melayani sanjungan dan permintaan, begitu vulgarnya dalam bertindak menuruti keinginan di luar kebutuhan, begitu susahnya memejamkan mata karena semuanya tembus pandang, begitu susahnya tidur karena semua suara dan kegemuruhan selalu terdengar, begitu susahnya menolak tawaran percintaan dan seterusnya.
Hidup tanpa keterbatasan yang semula digambarkan sebagai surga telah berubah menjadi bumerang ketidakberdayaan dan kesengsaraan menghadapinyanya, karena ketidakterbatasan telah bertentangan dengan sifat dunia yang berbatas pada waktu, jumlah dan tempat. Lantas apa gunanya keterbatasan itu ?
Keterbatasan membentuk jenjang dan strata kehidupan, sehingga terjadi sirkulasi ketergantungan yang saling mengisi dan berbagi dalam memperkuat segenap mahkluk menjadi satu kesatuan yang utuh. Tanpa ketergantungan, maka akan menciptakan “peperangan” mengadu kemampuan untuk menunjukan kekuatan kekuatan yang dihasilkan oleh kondisi tanpa batas tersebut.
Keterbatasan membuat kita melakukan perencanaan dan keteraturan dalam mengelola kehidupan secara finansial, pendidikan dan keluarga.
Keterbatasan membuat kita bisa istirahat dan bisa menikmati kehidupan itu sendiri, bayangkan kalau mata kita mampu melihat benda mikroba yang sangat kecil pada air digelas yang ingin kita minum dan mikroba pada makanan, lantas apakah kita bisa menikmati minuman dan makanan tersebut.
Keterbatasan membuat kita selalu melakukan “ihktiar” untuk memperoleh kemajuan secara materi, mental dan spritual, menambah ilmu ilmiah dan ilmu amaliah.
Keterbatasan membuat kita menyadari posisi sebagai seorang “hamba” dari suatu kekuasaan dari yang Maha Kuasa, karena kekuasaan tanpa batas itu hanya ada pada “ZAT YANG MAHA KUASA TANPA BATAS”. Dan segala yang kita peroleh dari yang melekat sampai yang diikhtiarkan dalam hidup ini hanya semata-mata PEMBERIANNYA.
Keterbatasan ini membuat kita tidak sombong, karena di atas “langit ada langit dan ada langit lagi” dan bahkan di “bawah langit ada bumi dan dibawah bumi ada bumi lagi” yang mejadikan kita “menengadah sekaligus menunduk”, yang pada akhirnya kita MENERIMA DENGAN IKHLAS SEGALA KETERBATASAN YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DITETAPKAN ALLAH, sehingga kitapun bahagia telah menjadi KEKASIHNYA.
Salam secangkir kopi seribu inspirasi.