TEORI PERTUKARAN (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

TEORI PERTUKARAN 

“Sungguh menakjubkan kalau kita melihat pada akhlak Rasulullah yang telah mencapai derajat tertinggi dengan akhlaknya tersebut, atau sebagai puncak akhlak yang dicontohkannya kepada kita yaitu  “berbuat baik pada orang menjahatinya, bersilaturahmi pada orang yang membencinya, memberi kepada orang yang tak pernah memberinya, memaafkan pada orang menyakitinya”.

(Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, para ahli diberbagai bidang ilmu sering menggunakan teori pertukaran (Exchange Theorie) dalam menganalisa suatu gejala sosial, walapun sesungguhnya teori pertukaran ini semula dikembangkan dalam psikologi untuk mengungkapkan perilaku manusia secara psikologis yang menyebutkan “dlam suatu hubungan dengan orang lain, kita menerima imbalan dalam hubungan tersebut”.

Di bidang hukum, teori pertukaran ini termasuk dalam kelompok teori hukum empiris yang  berguna untuk menjelaskan mengapa manusia melakukan hubungan hukum seperti pada bidang hukum kontrak, karena suatu hubungan hukum yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing dalam suatu kerjasama bisnis atau transaksi bisnis, maka rumusannya terdapat pertukaran  hak dan kewajiban tersebut. Setiap pemenuhan prestasi oleh pihak yang satu, maka menjadi kewajiban melakukan prestasi juga bagi pihak lainnya, bahkan seseorang akan berhenti memenuhi prestasinya kalau pihak lain tidak melakukan hal yang sama.

Secara umum teori pertukaran banyak menjadi pijakan kita dalam bertindak atau berbuat pada orang lain yang dalam bahasa umunya segala tindakan kita itu ada “pamrih” nya, sehingga pada saat kita berbuat apapun, maka sadar atau tidak sadar kita mengharapkan orang lain juga berbuat yang minimal sama dengan apa yang telah kita buat. Dari sinilah idiom “tidak ada makan siang yang gratis”.

Menjalankan prinsip “pamrih” secara normatif ketat akan menjadikan motivasi dan sikap ada bayarannya baru melakukan sesuatu, artinya pertibangannya menjadi “transaksional” dan segalanya dikukur dengan untung rugi pada saat membina hubungan dengan orang lain. Prinsip pamrih ini sangat terasa pada saat kita melakukan pekerjaan, berbisnis atau aktivitas apapun yang selalu diukur “ada atau tidak” “bayaran untuk saya atau apa untungnya saya kalau melakukan hal tersebut.

Jadilah seseorang hanya berbuat atau mengerjakan sesuatu sesuai dengan kepentingannya, kurang suka melakukan pekerjaan yang diluar apa yang sudah menjadi tugasnya sehingga ia kurang berkenan membantu sesama rekan kerjanya. Payahnya lagi saat ia menjadi atasan atau mempunyai kewenangan untuk mengangkat dan menentukan pada posisi jabatan atau lowongan, iapun hanya mementingkan keuntungan terhadap dirinya atau kelompoknya, tak mau peduli apakah berkompeten atau tidak.

Dengan prinsip pamrih ini, kehidupan kita sering bertutur  seseorang dianggap bukan termasuk kelompoknya atau bahkan pihak yang berseberangan dalam memperjuangkan jabatan atau posisinya pada suatu lembaga itu kemudian dijadikan “teman” atau “bawahannya”, malah seseorang tersebut disingkirkannya.  Inilah yang kita sebut “teori pertukaran” itu berbalik pula pada konsep “baik dibalas dengan baik” dan “jahat dibalas dengan jahat”. 

Sahabat ! saya tidak bermaksud menilai “tidak baik” terhadap prinsip hidup yang didasarkan pada “teori pertukaran” ini, karena hal tersebut dianggap “manusiawi” dan mesti kita sadari dalam suatu kehidupan sosial, dan bahkan bisa merambat pada kehidupan spritual saat pamrih dengan Yang Maha Kuasa saat beribadah, dan pada saat pamrihnya tidak terkabul, iapun meninggalkan ibadah atau paling tidak tidak ikhklas dalam beribadah tersebut.

Sungguh menakjubkan kalau kita melihat pada akhlak Rasulullah yang telah mencapai derajat tertinggi dengan akhlaknya tersebut, atau sebagai puncak akhlak yang dicontohkannya kepada kita yaitu  “berbuat baik pada orang menjahatinya, bersilaturahmi pada orang yang membencinya, memberi kepada orang yang tak pernah memberinya, memaafkan pada orang menyakitinya”.

Semoga kita tidak terjebak pada fikiran dan penerapan “teori pertukaran” dan bisa sedikit demi sedikit menteladani akhlak rasulullah tersebut.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini