MENGETUK PINTU RUMAH (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

MENGETUK PINTU RUMAH

“Ketuklah pintu body, mind and soul anda…”

(Oleh : Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, mendengar istilah “mengetuk pintu” ini akan terbayang saat kita mau memasuki rumah atau ruangan yang mau kita kunjungi untuk bersilaturahmi atau suatu urusan tertentu, walapun sekarang ada bell yang menjadi penggantinya, namun istilah “pencel bell” tentu di generasi seperti saya tidak begitu populer dibandingkan dengan istilah mengetuk pintu. Kali ini yang menjadi renungan saya adalah “mengapa kita mesti mengetuk pintu” saat mau masuk rumah atau ruangan ? dan apa “makna mengetuk pintu” tersebut ?

Mengetuk pintu berarti kita memberi tahu kepada pemilik rumah atau mereka yang ada dalam ruangan itu bahwa kita memberitahu atau sekaligus meminja ijin untuk masuk ke rumah atau ruangan itu, sehingga kemudian kita bisa dibukakan pintu atau disuruh membuka sendiri pintu itu dan dipersilahkan masuk.  Oleh karena itu “mengetuk pintu berfungsi sebagai “pemberitahuan” tentang adanya kita yang berada diluar pintu dan sekaligus “permisi” untuk bisa masuk, oleh karena itu ia bisa menjadi simbol “penghormatan atau penghargaan” kepada pemilik rumah dan penguasa ruangan tersebut, akan penguasaan yang dimilikinya atas rumah dan bangunan tersebut.

Sahabat tentu bisa membayangkan bagaimana perasaan kita kalau orang tanpa mengetuk pintu dan langsung menyelonong ke rumah atau ruangan kita ? Disamping sebagai rasa hormat dan pengharagaan atas hak eklusif dari pemilik rumah dan ruangan, mengetuk pintu juga bermakna sebagai langkah “awal” untuk kita memasuki suatu ruangan, sehingga tidak mungkin kita bisa memasuki sebuah ruangan kalau kita mengetuknya terlebih dahulu, terlebih pintu umumnya dalam keadaan terkunci.

Dari sinilah kemudian saya membayangkan dalam diri kita ini ada beberapa ruangan, ruang fisik yang terlihat pada tubuh kita, ruang fikiran yang terletak pada otak kita, ruang hati yang ada pada qalbu kita, yang saya pinjam dari istilah populernya disebut “body, mind dan soul”, lantas apakah kita perlu untuk memasuki bagian-bagian dari diri kita dengan “mengetuk pintunya”, yang berarti “mengetuk pintu body, mengetuk pintu mind dan mengetuk pintu soul”.

Memaknai mengetuk pintu sebagai langkah awal, maka menegetuk pintu body berarti kita melakukan peregangan otot sebelum memasuki “ruangan otot” yang biasa kita sebut sebagai “pemanasan”, oleh karena itulah menjadi “tata krama” sebelum kita mempergunakan gerak otot ini, kita memberikan tengang waktu untuk memberikan kesiapan otot menerima gerak yang kita inginkan. Sahabat bisa membayangkan, bagaimana dari duduk langsung berlari, bagaimana kalau dari bangun tidur langsung jalan, bagaimana kalau mengangkat beban langsung 50 kg dan seterusnya, yang tentu kita akan dianggap oleh otot sebagai orang yang tidak sopan dan tidak punya tata krama, akibatnya akan sudah bisa kita bayangkan.

Bagaimana mengetuk pintu “mind” atau fikiran kita ? sangat berbeda dengan mengetuk pintu fisik, karena fikiran kita sering terkunci oleh suatu keyakinan dari pemahaman hasil proses berfikir yang kita lakukan, sehingga pada saat ada fikiran baru yang datang untuk masuk mengetuk fikiran kita, maka kita bisa seperti tidak menaggapinya, sama seperti kita mengetuk pintu rumah yang orang rumahnya ada dan tidak mau membukakan pintu.  Jadilah istilah “terketuk pintu orang yang ada didalamnya”, maka fikiran kita resisten terhadap fikiran baru ini, oleh karena itu mengetuk pintu fikiran mesti dimulai dengan kesediaan kita menerima aau membuka fikiran baru atau fikiran lain, walaupun kita merasa tidak memerlukannya, namun sesungguhnya kita perlu dulu dengarkannya.

Sahabat ! anehnya lagi terkadang saat fikiran baru ini berusaha membenarkan tatanan ruang fikiran kita yang salah, maka kita akan marah, padahal saat kita tersesat pada jalan untuk menuju suatu tempat tertentu, tentu kita akan berterimakasih akalau ada orang yang mau menunjukan jalan, namun saat tersesat fikiran, kita justeru akan marah kalau ada orang yang “membenarkannya”.

Bagaimana dengan mengetuk “pintu hati” yang berada di qalbu kita ? mengetuk pintunya dilakukan  dengan membangunkan “kesadaran” bahwa dihati kita ada penyakit yang setiap saat mesti kita kendalikan yang kita ketuk dengan “zikir” kepada Yang Maha Kuasa, karena pintu hati ini terbuka dan tertutupnya adalah anugerah dan hidayah dari Allah, maka dengan zikir kepada Nya, kita bisa membukanya yang kemudian kita dipersilahkan masuk dalam “alam” jiwa yang damai, dengan ikhlas menerima takdir kehidupan, bersyukur atas apapun yang terjadi dalam kehidupan, menyalahkan diri sendiri atas kelemahan terjadinya dosa dan noda dalam hati, sebagaimana Tobatnya Nabi Adam saat terusir dari Surga dan Nabi Yunus saat berada dalam kegelapan di perut ikan… “Ya Allah kamilah yang telah menzalimi diri kami sendiri…”.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

 

 

 

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini