DARAH INDONESIA
“…Darah kita berisi berbagai budaya asli, Nusantara, India, Cina, Arab dan Eropa. Dan itulah Indonesia.”
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Disebuah WAG seorang sahabat yang sangat saya hormati, membuat pernyataan tentang identitas Indonesia. Pernyataan yang dibuat untuk menanggapi postingan video saya yang berisi hasil penelitian genetik melalui pemeriksaan DNA terhadap beberapa contoh darah Warga Negara Indonesia,
Pernyataan itu, mengingatkan saya kepada sebuah ruangan yang saya anggap sebagai ruangan yang sangat bersejarah bagi Indonesia, disertai juga oleh ingatan tentang semua rangkuman cerita yang pernah saya simpulkan dari berbagai bacaan, yang pernah saya baca tentang negeri yang sangat sata cintai ini. Sebuah kesimpulan dangkal, bukan hendak mengubah sejarah tetapi hanya untuk mengisi kolom dialog disebuah WAG saja.
Ruangan sangat bersejarah itu adalah ruang anatomi STOVIA Jakarta. Saya anggap bersejarah karena ruangan itu, pernah menjadi saksi kemauan merdeka dari Bangsa Indonesia. Ruangan itu pernah dijadikan tempat berkumpulnya para pemuda terdidik, calon dokter jawa, yang sadar akan pentingnya kemerdekaan. Mereka berkumpul diruangan itu untuk melakukan kesepakatan berserikat dan mendirikan Budi Utomo.
Disaat yang sama, di surabaya terdapat sekolah dokter hindia belanda atau NIAS, nederlandse indische arten school merupakan cikal bakal FK Unair. Sedangkan STOVIA menjadi FK UI. Konon lulusan STOVIA hanya untuk orang jawa sedangkan lulusan NIAS boleh mengobati orang belanda.
Karena memeriksa orang jawa, pribumi, maka Gelora merdeka, lebih mungkin muncul di STOVIA, kemungkinan itu terjadi karena para calon dokter STOVIA lebih potensial untuk sering bertemu pribumi dibandingkan dengan calon dokter yang mengambil kuliahnya di NIAS. Dalam perjumpaan itu, mereka tentunya akan mendengarkan keluhan bahkan melihat denyut kesengsaraan masyarakatnya. Mereka sangat mungkin beremphaty bahkan bersimpati untuk membantunya.
Emphaty sebagai sebuah kepedulian pada sesama, sangat potensial tumbuh pada para calon dokter, yang setiap harinya dijejali rasa peduli sebagai karakter prinsip yang ada pada bahan ajar bagi seorang tabib. Kepedulian sebagai cara untuk melakukan penghormatan terhadap kehidupan dan kemanusiaan. Karena kepedulian itulah yang membuat manusia, sehat atau sakit, bahkan mati berbeda dengan binatang yang dibiarkan keleleran dipingir jalan.
Bantuan besar yang ingin dipersembahkan adalah bantuan dalam bentuk kemerdekaan yang diawali dengan pendirian Budi Utomo. Dalam perjalanannya beberapa aktivis Budi Utomo, tak bisa melanjutkan kuliah di STOVIA dan memutuskan keluar dan berdagang. Sebagai aktivis, dengan gelora kesadaran berserikat dan merdeka, pada akhirnya mereka juga mendirikan Sarikat Dagang Islam.
Dalam perjalanannya, selanjutnya SDI pecah dua menjadi SDI merah yang merupakan cikal bakal PKI dan SDI hijau yang dinamakan Sarikat Islam. Saat orde baru SI difusi dengan berbagai partai islam menjadi PPP.
Pada analisa selanjutnya, diketahui ternyata ada kesamaan geopolitik diantara anggota BU yang merupakan orang pedalaman dengan budaya campuran indonesia asli, cina serta india. Begitu juga para pendiri dan pengikut sempalannya yaitu SDI. Orang SDI merupakan orang pesisir yang berlatar budaya indonesia pesisir, arab dan eropa.
Keduanya mempunyai kader kader yang alhirnya menjadi politisii yang ada di semua partai politik dan masih sering ngobrol di ruang tamu HOS Cokro Aminoto. Kebetulan disaat yang sama di kamar yang terdekat dengan ruang tamu itu, sedang indekost seorang pemuda bernama Soekarno, Dia sering mengintip pembicaraan yang tengah berlangsung, menganalisanya tapi saat itu belum masuk ke politik praktik, The man of analysis.
Disaat mengintif berbagai pembicaraan tersebut, tanpa disadari Bung Karno telah melakukan kegiatan mandiri untuk mendengar, mempertimbangkan dan memberi penjelasan terhadap pendapat yang disetujui maupun tak disetujinya. Sebuah kerja demokrasi terhadap semua pendapat yang dikemukan di ruang tamu guru bangsa, HOS Cokro Aminoto. Kegiatan seperti itu, saat ini, sedang populer dengan istilah partisipasi ( peran serta ) bermakna.
Kondisi Soekarno sebagai the man of analysis tersebut merupakan dukungan tehadap pendapat bahwa sebaiknya mahasiswa dan pelajar jangan masuk ke politik praktik tapi cukup berpolitik teoritis dan sistimatik saja sampai saat yang tepat untuk terjun ke masyarakat. Pemilihan saat yang tak tepat akan membuat mahasiswa dan pelajar hanya menjadi pion yang dimainkan oleh para dalang dan sering sering akan dikorbankan.
Seperti Soekarno, yang pada akhirnya , pada saat yang paling tepat, Juga terjun ke politik dan merangkum pendapat berasal dari berbagai budaya, nusantara, islam, eropa, india kedalam tuntutan indonesia merdeka. Pendapat tersebut tentu saja mendapat dukungan serta persetujuan untuk diikuti bersama karena berasal dari dalam darah bangsa indonesia. Darah kita berisi berbagai budaya asli, nusantara, india, cina, arab dan eropa. Itulah Indonesia
Banjarmasin
5 Maret 2022