A A
“Saya sendiri, lebih senang mendengar maupun membaca kisah kisah lucunya serta sampai pada kesimpulan bahwa kesialan manusia merupakan kelucuan bagi manusia lainnya. Bahwa manusia sering menunjukkan empati terhadap nasib sial dengan mentertawakan. Dan inilah yang merupakan tragedi yang sebenar benarnya tragis”.
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Banyak kisah lucu yang bisa didengar maupun dibaca disekitar kejadian AA, sebuah kejadian pemukulan ramai ramai yang dilakukan oleh pendemo terhadap AA, seorang dosen sebuah fakultas hebat di perguruan tinggi terkenal. Ada yang berpendapat bahwa andaikan saja AA datang ke kerumunan mahasiswa yang sedang demo tersebut dengan membawa pentol bakso dan es, kemungkinan besar, AA akan tidak mendapat perlakuan kasar sampai dipukuli berramai ramai oleh para pendemo, walaupun dagangannya mungkin tidak terselamatkan. Kesimpulannya AA salah karena tak membawa bakso, pemukulnya juga jelas jelas salah. Dan peristiwanya menjadi tragis komedis mungkin sinis.
Ada juga yang masih merasa amat bingung sampai detik detik terakhir, ketika sedang menuliskan perasaannya. Bingung tentang posisi AA yang sebenar benarnya. AA berada bersama pendemo, ditempat tersebut, sedang bertindak sebagai apa ? Sebagai orang bodoh yang masuk ke kandang macan atau sebagai macan yang masuk ke kumpulan orang bodoh. Sebuah komedi tragis yang sarkastis melebihi sinis.
Saya sendiri, lebih senang mendengar maupun membaca kisah kisah lucunya serta sampai pada kesimpulan bahwa kesialan manusia merupakan kelucuan bagi manusia lainnya. Bahwa manusia sering menunjukkan empati terhadap nasib sial dengan mentertawakan. Dan inilah yang merupakan tragedi yang sebenar benarnya tragis.
Terbaca juga berbagai kisah serius dalam dua versi berbeda, bersifat paradoksal, saling meniadakan, bertentangan sampai cendrung besifat negatif. Dan kondisi tersebut benar benar tragis yang tak berkomedis serta sangat mencemaskan sebagai anak bangsa. Ceritanya sangat serius beraroma perpecahan opini dengan paradigma pikir yang aneh dan salah hitung. Seolah pelajaran matematika yang diajarkan sejak sekolah dasar telah gagal dipahami. Tragedi salah hitung dan salah ajar matematika, karena ada anak bangsa yang berhitung satu ditambah satu bukan dua, tetapi satu ditambah satu sama dengan nol.
Bahwa satu peristiwa menetralkan peristiwa lain yang terjadi sebelumnya. Bahwa pemukulan terhadap AA membuat peristiwa tragis sebelumnya terhadap sahabat mereka yang dilakukan oleh sahabat AA menjadi lunas. Sebuah hitungan yang didasari oleh dengki, iri hati, sirik dan dendam. Sebuah perhitungan salah yang harus segera dihentikan karena berpotensi memecah belah bangsa yang sangat kita cintai ini.
Secara kebetulan diwaktu yang bersamaan dengan peristiwa pemukulan terhadap AA, disebuah buku lawas, saya terbaca manifesto politik, yaitu empat prinsip pokok anjuran Bung Hatta, untuk dijadikan prinsip pengelolaan Indonesia. Keempatnya terdiri dari kesatuan, solidaritas, non koperasi dan berdiri sendiri. Empat prinsip tersebut bak mutu manikam tersembunyi sangat dalam di tanah air, mirip nasibnya seperti tokoh pencetusnya, yang menjalani hidup spartan sederhana dan tidak suka menonjolkan diri.
Keempat prinsip tersebut sangat jauh kalah tenar dibandingkan dengan Sumpah Pemuda, padahal oleh para ahli, terutama ahli sejarah, Sumpah Pemuda digolongkan hanya sebagai amplifier Manifesto Politiknya Bung Hatta itu. Sumpah Pemuda merupakan penguat signal suara saja. Dengan pendapat yang lebih dalam lagi, para ahli menempatkan Manifesto Politik Bung Hatta, sebagai prinsip pelaksanaan dasar negara Panca Sila. Semua sila dari Panca Sila dalam pelaksanaannya mengandung solidaritas, kesatuan, non koperasi dan berdiri sendiri.
Peristiwa AA, baik secara komedis maupun tragis, ternyata dapat dikaitkan dengan isi Manifesto Politik yang selama ini tersembunyi. Empat prinsip yang tertutupi dibalik hinggar binggarnya sejarah dan pencitraan para tokoh sejarah. Empat prinsip yang tenggelam dalam gelora semangat penguat signal suaranya, Sumpah Pemuda dan tidak bergema karena kalah ketenaran dengan flamboyannya si Bung Besar, Soekarno, Penyambung Lidah Bangsa Indonesia.
Bahwa peristiwa AA dan peristiwa yang mirip serta serupa, sekaligus ancaman disintegrasi bangsa, potensial akan selalu terjadi secara berulang ulang karena kealfaan bangsa dalam pembinaan solidaritas dan kesatuan bangsa. Bangsa yang majemuk dengan berbagai persatuan didalamnya, sebenar benarnya, sangat memerlukan kesatuan untuk mencapai kejayaan bangsanya. Dan itu seharusnya komitment serta kesepakatan kesatuan dalam berbangsa, wajib selalu diingat karena negar ini dinamakan NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Solidaritas dan kesatuan potensial berkembang jika ada rasa keadilan yang melengkapi rasa kasih sayang kita pada sesama. Kasih sayang tanpa disertai keadilan akan cendrung memenangkan kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi. Sebuah jebakan kepentingan pada harta, jabatan dan kehormatan pribadi ( derajat diri ). Tidaklah salah punya banyak harta tapi ingatlah untuk berbagi. Tak salah berjabatan tinggi tapi lakukan dengan amanah. Tak harap punya kehormatan diri tapi jangan lupa menghormati sesama. Bahwa sejahtera dikatakan terwujud secara prinsip jika masyarakat yang derajatnya terendah telah mendapatkan kehormatannya sebagai manusia.
Disintegrasi juga bisa dicegah jika godaan perpecahan untuk melemahkan bangsa selalu dihindari sehingga prinsip tidak bekerja sama dengan penjajah maupun penjajahan model baru tetap berlaku sampai saat ini. Kita selayaknya tak bekerja sama dengan semua kekuatan politik serta kekuatan bisnis yang bertentangan dengan kemerdekaan, keadilan sosial dan perdamaian abadi. Selayaknyalah diberlakukan tata niaga bagi segala upaya bangsa, sehingga semua kekayaan bangsa ini , yang terdapat didalam tanah, air dan udaranya, bisa dimanfaatkan untuk sebesar besarnya bagi kepentingan masyarakatnya. Untuk itulah diperlukan sebuah self help, kemandirian, berdiri sendiri, yang sebenarnya terlihat telah mulai dikerjakan oleh pemerintah.
Posisi seperti itu, seharusnya menyadarkan peran serta sebagai anggota masyarakat, untuk berfungsi secara baik, setidaknya pada tiga hal yang sangat penting yaitu memberi bantuan terhadap semua upaya yang menuju kearah solidaritas, kesatuan, kemandirian dan keadilan sosial. Disamping itu diperlukan peran untuk melakukan pengawasan ketat dan terus menerus, agar semua kegiatan tidak melenceng dan dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab bagi kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. Dan akhirnya diperlukan sebuah advokasi dan sosialisasi untuk menjaga kegiatan yang baik dan benar secara bersama untuk kepentingan bersama. Bersatu kita teguh, bercerai akan runtuh.
Banjarmasin
12042022