ANTARA RASIO DAN RASA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

ANTARA RASIO DAN RASA

“Pertemuan dan saling bercerita, berbagi suka dan mengurangi derita akan menambah daya hidup dan sangat dianjurkan. Anjuran yang dilakukan dengan sengaja karena ngobrol dan bercakap seperti itulah yang mulai langka dan dengan perlahan berpotensi hilang dari bumi persada nusantara. Percakapan tanpa tujuan dan hanya sekedar omong omong dengan tujuan relaksasi itu memudar hilang diwaktu bersamaan dengan semakin memudarnya keakraban antar anak bangsa dan berbangsa”.

Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Manusia hanyalah salah satu dari sekian banyak penghuni semesta dan terlalu kecil untuk bisa tahu keseluruhan alam yang maha luas. Semakin mustahil untuk bisa mengetahui secara sempurna dan paripurna pencipta alam semesta, sebagai sebuah kebenaran mutlak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengetahui kebenaran semesta dan dalam proses pencarian tersebut, akhirnya diperoleh pengalaman inspiratif, sekaligus menimbulkan kesadaran, bahwa puncak ilmu pengetahuan adalah ketidak tahuan. Semakin banyak tahu membuat orang semakin bodoh. Dan adanya kenyataan tersebut, seharusnya tak membuat takut untuk belajar karena kebodohan oleh semakin tingginya ilmu pengetahuan, berupa kebodohan tentram, damai serta membuat bahagia.

Belajar hendaknya berlangsung disepanjang hayat manusia dan prosesnya untuk meniru serta membiasakan diri dalam hidup bersama dengan mencari tahu, mencoba bertindak sesuai keinginan dan jati diri masing masing, wajib selalu mewarnai kehidupan. Belajar dan berubah sesuai kondisi adalah hakekat dari kehidupan. Hidup bersama didalam proses belajar bukanlah hidup bersama dalam arti sempit tetapi hidup bersama dalam arti luas, bukan sekedar bersama sama tetapi bekerja sama. Bersama sama sesungguhnya sendiri sendiri ditempat dan diwaktu yang bersamaan sedangkan bekerja sama adalah melakukan upaya saling mendukung menciptakan sinergi.

Proses belajar mematangkan cara berpikir dan cara berlogika sehingga tidak terjebak dalam ketidak mampuan belajar disertai berbagai kelemahan logika. Sebuah proses mengolah pikiran sampai terbentuk rasio dan mengolah hati nurani sampai terbentuk rasa. Selanjutnya menjalani hidup semestinya dengan mengatur keseimbangan rasio dan rasa. Keseimbangan perlu diatur karena rasio dan rasa tidak luput dari hukum ketidak sempurnaan alamiah. Sifat alamlah yang membuat rasio selalu berisikan rasa dan sebaliknya rasa selalu mengandung rasio. Tidak tercapainya keseimbangan rasio dan rasa akan menimbulkan konflik, secara internal pada benak personal atau secara eksternal dalam perdebatan komunal. Rasio bertugas mengantarkan rasa menuju kepada sang pencipta kehidupan, sumber kebenaran tiada banding, maha besar dan sekaligus merupakan causa prima yang maha pencipta.

Rasio dan rasa adalah dua kekuatan dasar dalam pencarian kebenaran. Kebenaran yang bersifat ilmiah maupun alamiah. Rasio lebih berguna pada pencarian kebenaran ilmiah, mengubah opini yang muncul sesaat dari persentuhan panca indra semata, diubah oleh rasio menjadikan kebenaran melalui metode tertentu. Rasio juga digunakan untuk mencari kebenaran sintesis dari perbenturan dialogis antara tesis dengan antitesisnya. Pada saat kebenaran ilmiah sudah ditemukan maka disaat yang bersamaan, seharusnya terjadi serah terima penugasan dari rasio kepada rasa. Sesaat setelahnya, rasa memulai kerja pencariannya, untuk menggapai kebenaran alamiah. Proses pencarian kebenaran oleh rasio banyak diwarnai kebanggaan diri sedangkan pencarian kebenaran oleh rasa, memberi kesadaran tentang kebodohan manusia.

Ketidak sempurnaan alamiah merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan, karenanya muncul pendapat bahwa menjalani kehidupan dengan lebih baik, akan bisa dilakukan jika dapat dijaga harmoni rasio dan rasa. Kedua aspek tersebut harus diseimbangkan sesuai kebutuhan, tidak boleh dibiarkan mendominasi yang lain. Keduanya wajib saling dukung serta saling tahu, saatnya harus tampil kedepan dan saatnya beristirahat di belakang panggung tonil kehidupan. Harmonisasi itu, dapat dijaga dengan sengaja dan penuh kesadaran melalui pengalaman bergaul dan bersilaturahmi. Silaturahmi akan dapat mengasah jiwa dan otak kita untuk menciptakan harmoni rasio dengan rasa dan harmoni itulah yang membuat pencarian kebenaran bisa lebih menyenangkan dan hasilnya lebih cepat ternikmati.

Dalam bergaul, hendaknya dilakukan secara sangat terbuka dan penuh keakraban. Tidak semua pergaulan harus berjalan dan memberi hasil finansial secara berhasil guna ataupun berdaya guna. Persentuhan kemanusian dapat juga berupa interaksi non transaksional, sebab sesungguhnya ruang dan waktu tidak melulu untuk uang, tetapi untuk kebenaran dan wajib mengutamakan terjadinya kehidupan semakin baik dan benar. Kehidupan sempurna, tidak selalu formal dan hanya mengedepankan rasio semata tapi juga informal dengan sentuhan rasa. Peran otak kiri diberi imbangan dengan berperannya otak kanan dan kesungguhan yang amat kaku dikombinasi dengan guyonan yang lentur. Kesombongan rasio wajib imbang dengan kearifan rasa, sehingga pencarian kebenaran sebagai hakekat kehidupan akan berjalan dengan sangat menyenangkan dan apapun hasilnya, memuaskan semua pihak.

Dengan dasar pemikiran seperti itu, maka bertemu untuk bercakap tanpa agenda, tanpa topik, bahkan tanpa tujuan khusus, selain untuk mempererat tali persahabatan maupun kekerabatan, tidaklah tabu untuk dilakukan. Pertemuan dan saling bercerita, berbagi suka dan mengurangi derita akan menambah daya hidup dan sangat dianjurkan. Anjuran yang dilakukan dengan sengaja karena ngobrol dan bercakap seperti itulah yang mulai langka dan dengan perlahan berpotensi hilang dari bumi persada nusantara. Percakapan tanpa tujuan dan hanya sekedar omong omong dengan tujuan relaksasi itu memudar hilang diwaktu bersamaan dengan semakin memudarnya keakraban antar anak bangsa dan berbangsa.

Percakapan tersebut hilang karena hilangnya kesempatan saling mengunjungi serta saling menginap diantara kerabat karena kesibukan formal dan rasa tidak ingin saling menganggu. Berkunjung yang dulunya untuk menunjukkan sebuah hormat, telah bergeser rasa menjadi seperti menganggu. Sebuah pertanda bahwa rasa kekerabatan telah dibebani oleh dominasi rasio tentang kesibukan keseharian. Rasio dan rasa wajib dikembalikan kepada tugas pokok dan fungsi mereka masing masing.

Mari kembali menyeimbangkan rasa dengan rasio, dengan sebuah harapan, kembali pula pola hidup kekerabatan dan keakraban para anak bangsa. Rasa kekerabatan disertai rasa bangga sebagai anak bangsa, merupakan karakter dasar dari bangsa indonesia tercinta. Sebuah karakter yang akan membawa bangsa ke era kejayaannya.

Salam gotong royong untuk kejayaan bangsa

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini