EXPECTATION (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

EXPECTATION : Pengharapan

“Jadi expectation, tidak hanya bersifat duniawi semata, tetapi juga ukhrowi. Sebab seseorang yang berpendidikan baik dan tinggi, maka ia akan memiliki tempat terbaik di mata masyarakat, bahkan jika keilmuannya dilengkapi dengan keimanan, maka posisi kebaikan derajatnya bukan hanya di mata masyarakat, tetapi juga di hadapan Tuhan azza wa jalla”.

Tjipto Sumadi*

SCNEWS.ID-JAKARTA. Dalam kehidupan manusia, sering didengar ucapan “biarkan apa yang terjadi hari ini, toch esok Mentari kan bersinar lagi…”. Pernyataan ini adalah sebuah ungkapan optimisme yang penuh pengharapan. Selama nafas dikandung badan, selama itu pula akan ada harapan yang terpampang luas di hadapan.

Expectation atau pengharapan merupakan sikap dasar yang dimiliki oleh setiap manusia secara alamiah atau qudrati. Namun demikian, kadar expectation setiap individu beragam, sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas individu tersebut. Expectation memiliki relasi dengan adversity atau ketahanmalangan dan resilience atau ketangguhan, yang terbangun dalam diri seseorang saat dihadapkan pada permasalahan dan perjalanan hidupnya.

Jhon Davies dalam bukunya Toward a Theory of Revolution, melukiskan bahwa pengharapan manusia akan selalu menuju ke atas, ke tempat yang lebih tinggi dan lebih baik. Namun demikian, pengharapan itu tidak dapat berdiri sendiri. Sebab, pengharapan memerlukan banyak dukungan. Terdapat dua dimensi yang penting dalam memenuhi pengharapan, yang pertama adalah values, dan kedua adalah times.  Values adalah nilai yang bermakna dalam kehidupan seseorang. Semakin tinggi bekal, modal, dan investasi seseorang, maka values-nya akan semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah values seseorang, maka derajat kemanusiaannya pun akan terpuruk jua. Sedangkan times, digambarkan oleh Davies sebagai waktu yang diperlukan untuk membangun values yang dimiliki oleh seseorang.

Ilustrasi values yang membuat diri seseorang menjadi lebih dihargai, salah satunya adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula penghargaan yang akan didapatkan dari masyarakat di sekitarnya. Namun, untuk memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, tentu memerlukan times yang tidak sedikit. Untuk mencapai strata pendidikan Doktor, seseorang memerlukan waktu tempuh sekurang-kurangnya 21 tahun melalui pendidikan formal. SD ditempuh 6 tahun, sekolah menengah pertama dan atas selama 6 tahun, kuliah jenjang sarjana 4 tahun, kuliah jenjang magister 2 tahun, dan kuliah jenjang doktoral selama 3 tahun. Values yang diberikan oleh masyarakat terhadap lulusan SD tentu sangat berbeda dengan yang diberikan kepada lulusan program doktoral.

Dalam perspektif religi, seseorang yang beriman dan berilmu akan memiliki derajat yang lebih tinggi di mata masyarakat, bahkan di hadapan Tuhan, Referensi ini, dinyatakan dalam surat Al Mujadalah (11): Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Jadi expectation, tidak hanya bersifat duniawi semata, tetapi juga ukhrowi. Sebab seseorang yang berpendidikan baik dan tinggi, maka ia akan memiliki tempat terbaik di mata masyarakat, bahkan jika keilmuannya dilengkapi dengan keimanan, maka posisi kebaikan derajatnya bukan hanya di mata masyarakat, tetapi juga di hadapan Tuhan azza wa jalla. Semoga bermanfaat.

* Mahasiswa Teladan Nasional 1987

* Dosen Universitas Negeri Jakarta

3 KOMENTAR

  1. Setuju sekali pak cip..
    Semoga kita semua selalu dlm rahmat & perlindungan Allah SWT di setiap langkah serta memperoleh kebahagiaan yg hakiki di dunia wal akhirat..
    Aamiin YRA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini