KALA SARINAH BERJUMPA MARHAEN (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

KALA SARINAH BERJUMPA MARHAEN

“Pesona yang polos dipenuhi oleh kepedulian, secara spontan akan menjadi sebab munculnya ketulusan dan kesejatian cinta Marhaen”.
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Jika dilihat dari berbagai tulisan tentang Bung Karno, mendengarkan pidato pidatonya, maka akan diketahui bahwa Bung Karno merupakan pemimpin yang unik, bahkan cendrung sangat asimetris dalam memilih role model. Jika para pemimpin pada umumnya, menjadikan kaisar, raja dari kerajaan besar, para pahlawan dunia sebagai role model, ternyata tidaklah demikian dengan Bung Karno. Sangat terasakan bahwa Bung Karno, mempunyai kekaguman terhadap semua pimpinan besar dunia, tetapi memilih role model berasal dari masyarakat biasa saja. Sosok role model Bung Karno, seorang petani desa, bernama Marhaen serta pengasuhnya sendiri, bernama Sarinah.

Marhaen, seorang petani muda sederhana di sebuah desa di Bandung Selatan, beristri satu beranak empat. Petani itu, disebutnya sebagai contoh profil sebagian besar masyarakatnya. Anggota masyarakat yang harus membanting tulang agar bisa memberi nafkah kepada anak dan istrinya, bukan buruh dan bukan majikan, karena sebenar benarnya merupakan pekerja mandiri, yang bekerja untuk dirinya sendiri, dilahannya sendiri, dengan alat alat miliknya sendiri dan hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Petani Marhaen, seperti halnya para penjual sate, tukang bakso, penarik becak dan pedagang kaki lima yang lain, di Indonesia, adalah penderita minimum ( dalam istilah Bung Karno ) yang tetap bisa mandiri dalam menghadapi semua derita yang terjadi dalam kesehariannya.

Marhaen, seperti halnya para kusir dokar dan pedagang asongan yang sering dijumpai di tempat wisata, di nusantara tercinta, adalah hasil ikutan dari mengakarnya feodalisme. Mereka sudah miskin sejak dilahirkan, sebuah kemiskinan mendarah daging dan diwariskan secara turun temurun, sehingga sering sering tak terasakan sebagai derita, apalagi jika semua masyarakat setempat, juga mengalami kemiskinan yang sama. Kemiskinan dinikmati sebagai keseharian yang biasa karena setiap orang, mengalami kesulitan hidup serupa.

Marhaen merupakan gambaran masyarakat yang sangat memahami arti kemiskinan serta mampu hidup nyaman dalam kemiskinannya.
Masyarakat yang hidupnya serba terbatas dan terbiasa menghadapi keprihatinan, dijaminkan akan mudah lolos dari godaan kesialan serta keterpurukan hidup. Duka dan derita membuat mereka tak berani bercita cita karena cita cita seolah mimpi yang tak mungkin tercapai serta hanya menghasilkan kecewa. Itulah salah satu profil dari Marhaen, masyarakat sangat statis sekaligus stagnan, tak pernah mempersiapkan kesuksesan sehingga takkan pernah mampu menghadapi godaan gemilangnya kehidupan.

Role model lain dari Soekarno adalah Sarinah.
Dari tulisan Bung Karno tentang Sarinah, saya simpulkan bahwa Sarinah bukan perempuan biasa, karena dia polos, sederhana, jujur, tulus, cerdas serta dipenuhi niat baik bagi setiap orang yang ada dekat dengannya. Sarinah adalah perempuan desa yang punya kearifan dan mampu menularkan kearifannya pada Soekarno kecil. Sarinah tinggal seatap dengan Soekarno, sejak si bung masih berusia 6 tahun, di sebuah rumah sederhana milik orang tua Soekarno di Mojokerto. Perempuan desa yang masih lajang ini, tinggal serumah, membantu keluarga Bung Karno, terutama untuk momong Soekarno. Dia membantu, tanpa digaji tetapi sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Bung Karno. Sarinahlah yang mengajarkan cinta kasih kemanusiaan kepada Bung Karno.

Saya melihat Sarinah sebagai sosok dengan karakter hebat sehingga bisa menjadi sumber inspiratif bagi semua orang didekatnya. Sosok kuat yang jujur serta tidak terlalu banyak menutupi dirinya dengan kepalsuan serta sandiwara kehidupan. Sebuah karakter yang bisa membuatnya tak terlupakan, selalu hidup dalam benak setiap orang yang pernah bersua dengannya. Sebuah sosok yang sangat wajar jika menjadi perempuan yang sangat dikagumi oleh pahlawan proklamator. Sarinah adalah perempuan satu wajah beribu mimpi, artinya mampu menyatukan semua kepentingan orang didalam dirinya, ibarat kafetaria yang mensajikan semua jenis makanan atau mall dengan berisikan semua pelayanan yang ada. Sarinah adalah wanita “ one stop service “, karena dari sarinah, bisa didapat semua kebutuhan kita.

Saat sekarang, Sarinah mulai langka karena perempuan semakin suka menyembunyikan kisah nyata kehidupan. Para perempuan yang menolak kenyataan kehidupan, menghindar ketakutan pada kerut ketuaannya. Perempuan dengan berbagai hiasan, berbentuk implan, suntikan, jahitan, operasi dan barang palsu lainnya. Sarinah bukan perempuan seperti itu, dia perempuan yang berani tampil seperti apa adanya. Itulah yang membuat Sarinah beraura positif dan dapat menginspirasi kesekitarnya. Karena aura dan kemampuan menginspirasi itulah maka Sarinah abadi dan tidak pernah mati.

Sosok Sarinah tersebut membuat saya ingin, meminta Marhaen untuk bertemu dengan Sarinah. Saya ingin keduanya bertukar cerita, berbagi suka maupun derita, sehingga bisa berkerja sama, saling dukung untuk bersinergi. Marhaen yang mandiri dengan semangat kerja tak kenal menyerah, bertemu dengan Sarinah yang lembut hati, berskap apa adanya serta penuh inspirasi. Keduanya akan terpadu dan terkombinasi untuk saling menguatkan bagi kemajuan masing masing dirinya. Kemajuan Marhaen akan memberi daya ungkit besar bagi kemajuan bangsa, karena sosok marhaen adalah mayoritas.

Kala Sarinah berjumpa Marhaen, maka lewat keluguan, kejujuran dan keberanian, Sarinah akan membuat Marhaen takluk dalam pesona indah Sarinah. Pesona yang polos dipenuhi oleh kepedulian, secara spontan akan menjadi sebab munculnya ketulusan dan kesejatian cinta Marhaen. Sarinah akan memjelmakan Marhaen menjadi pecinta sejati dan cinta itu, akan merangsang timbulnya semangat untuk berubah, keluar dari jebakan rutinitas serta bangkit merebut dunia untuk dipersembahkan kepada kasih dan kemanusiaan sebagaimana telah diajarkan oleh Sarinah. Kemandirian dan semangat Marhaen terpoles indah ketulusan kasih sayang Sarinah, menjadikan keduanya, sosok manusia sukses dan bahagia, berlomba berbuat baik dan benar.

Saya tahu, Marhaen akan marah karena saya duga mandiri tetapi statis dan tak akan pernah berani keluar dari zona nyamannya. Marhaen marah karena yakin bahwa dia,’tidak stagnan tapi akan selalu berubah semakin baik, oleh berubahnya zaman. Sarinahpun akan marah disebut polos dan sederhana, karena baginya kriteria polos disematkan untuknya karena kepentingan pria semata. Pujian polos bagi Sarinah hanyalah ungkapan pria yang tidak ingin mengeluarkan biaya perawatan tubuh bagi perempuannya, padahal perawatan diri adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan para perempuan.

Biarlah Marhaen dan Sarinah marah, sampai akhirnya keduanya sadar, bahwa tulisan ini, secara abstrak simbolis, sebenar benarnya dan sekaligus semata mata, menulis tentang kehebatan mereka berdua. Marah mereka hanyalah salah paham saja karena pertemuan mereka akan memberi hasil mengejutkan.
Kala Sarinah berjumpa Marhaen, kombinasi kehebatan kedua insan, membuat keadilan dan kemakmuran mewarnai Indonesia.

Merdeka !!!

Banjarmasin
14082022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini