KONFLIK (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

KONFLIK

“…konflikpun akan selalu mewarnai kehidupan”.

Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Perbedaan akan selalu menyertai apapun, siapapun, dimanapun, bagaimanapun hidup dan kehidupan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan adalah takdir kehidupan. Perbedaan terjadi karena hakekat kehidupan tidak berpola, artinya berbeda dan tidak sama bagi setiap manusia, dengan demikian, hidup wajib dinikmati dan dipahami dengan toleransi terhadap semua jenis polarisasi yang selalu berada bersama dengan kehidupan itu sendiri. Karena perbedaanlah, harus ada tenggang rasa serta kepedulian terhadap sesama agar hidup berjalan dalam harmoni yang gembira. Menyikapi perbedaan secara tidak semestinya dapat timbulkan konflik dan karena kehidupan pada hakekatnya tidak sempurna, maka konflikpun akan selalu mewarnai kehidupan.

Mengingat latar ketidak sempurnaan itulah maka dapat dikatakan bahwa konflik akan selalu ada, seolah bukan masalah lagi tetapi sudah terkatagorikan sebagai konstrain, masalah yang tidak pernah terpecahkan. Jangan pernah berharap, semua orang akan sama dan semuanya bisa saling memahami, tabah dan tetaplah pada niat, sikap, kata kata dan tindakan terbaik, bahkan dengan penuh tulus serta ikhlas. Ketulusan membuat bisa berdamai dengan kehidupan dan perdamaian akan membawa pada kehangatan manusiawi.

Konsesi dari ketulusan yang sebenar benarnya adalah spontanitas kebahagiaan yang tercipta karena kasih sayang dan cinta, yang tentunya akan terjadi dalam kehidupan secara spontan, begitu saja tanpa terasakan prosesnya. Tidak ada garansi yang bisa diharapkan terhadap terjadinya spontantitas itu, kecuali hanya oleh tulisan di kitab suci semua agama, sehingga akan sulit dilaksanakan dan akan sangat sulit menemukan ketulusan tersebut.

Karena itu, penyikapan paling tepat terhadap perbedaan bukan menganjurkan ketulusan yang cendrung utopis tetapi sebuah anjuran melakukan mitigasi, agar bisa hidup bersama dengan perbedaan serta konflik itu. Hidup berdampingan dengan konflik akan bisa dirasakan sebagai kenyamanan jika ada kesiapan berkorban dan saling berkorban. Konflik tak terasa bahkan hilang dalam saling pengorbanan, sebuah tindakan yang dipoles halus dalam kata indah, win win solution. Win win solution memerlukan taktik jitu agar konflik terantisipasi bahkan termanfaatkan tetapi tujuan hidup tetap tercapai secara lebih tepat, lebih berdaya, lebih berhasil. Sebuah taktik, selayaknya bahkan wajib disesuaikan dengan karakter manusia dan kondisi ataupun model perbedaannya. Ada kalanya, diperlukan taktik dengan pendekatan kebudayaan, pendekatan akal sehat, pendekatan kekuasaan ataupun pendekatan lingkungan adaptatif untuk bisa bertahan hidup. Tidak jarang diperlukan kombinasi dari satu pendekatan dengan salah satu diantaranya atau dengan semua gaya pendekatan tersebut.

Seharusnya, dijadikan sebuah kesadaran bahwa sebenar benarnya, membuat taktik adalah keterpaksaan, karena belum dapat ditemukannya sebuah ketulusan. Pengalaman panjang dan kenyataan hidup telah memberi bukti, bahwa sangat sulit bertemu dengan pengorbanan tulus, yang sering ditemukan adalah pengorbanan dengan perhitungan amat cermat ( wakaupun dilakukan diam diam, malu malu dan dalam kemunafikan ) . Sebuah pengorbanan yang meminta konsesi. Konsensinya wajib bisa terasakan dan tidak sekedar garansi dari spontanitas kehidupan. Diharapkan adanya garansi bernilai lebih dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan.

Dengan begitu, pendekatan budaya menjadi masuk akal, dan akan menjadi lebih mantap jika pendekatan budaya tersebut, dapat diterima oleh logika dan akal sehat. Dalam keseharian, adalah sebuah kenyataan tidak terbantahkan bahwa keberhasilan taktis akan tercapai semakin cepat jika kombinasi kedua pendekatan diatas disertai dengan todongan senjata kekuasaan, yang siap meledak dan menghancurkan benak, jika terasakan adanya keraguan. Semua akan memilih cepat cepat berkorban daripada mati, saking cepatnya sampai tidak diperlukan lagi, penjelasan serta pemahaman lingkungan adaptatif untuk mempertahankan kehidupan.

Pengorbanan dapat diinisiasi oleh sebuah kepedulian yang pada hakekatnya adalah bertahan untuk tetap berkomunikasi dalam kondisi yang terjelek. Dan secara lebih paripurna sebuah kepedulian berisikan beberapa aspek sikap dan tindakan penting yaitu antara lain, mempehatikan hal kecil yang berdampak besar, menjaga komunikasi dalam situasi apapun, melakukan tindakan segera,
memaafkan untuk yang paling menyakitkan sekalipun, memahami situasinya, memberi dukungan dan kenyamanan, ingin berbagi secara adil dan tidak diwarnai kepentingan pribadi

Pada prinsipnya, pilihan utama dalam tata kelola pengorbanan adalah penyiapan jiwa dan raga manusianya. Sebuah penyiapan dapat dikatakan berhasil jika telah banyak terciptakan manusia dengan kriteria sebagai berikut,
1. Bisa berada dimanapun berada, artinya memang ada jika ada dan akan dicari jika tidak ada. Sebuah jiwa dan raga yang punya keterlibatan dengan kehidupan disekitarnya dan hidup yang amat berarti serta berperan dalam kehidupan.
2. Mempunyai semangat belajar dan selalu mampu untuk belajar. Semangat belajar adalah ujung dari keingin tahuan sedangkan kemampuan belajar adalah akhir dari kerendahan hati. Semakin mampu jika semakin rendah, sampai rata dengan tanah.
3. Mempunyai kemauan, kemampuan untuk berubah menyesuaikan dengan eranya. Awal dari daya adaptasi adalah kecerdasan antisipasi disertai keinginan untuk menguatkan diri, mengalihkan lemah dan membuat terobosan berarti.
4. Mampu mengendalikan emosinya, dalam pengertian sadar rasa dengan ekspresi tak berlebihan dan emphati dalam. Pengendalian rasa adalah pembiasaan dan akan berhasil jika meyakini adanya the power of repetition

Terciptanya manusia dengan jiwa dan raga siap berkorban membuat hidup dipenuhi oleh kedamaian dan jika sudah damai, sebaiknya tulisan ini segera diakhiri dan semua aktivitas difokuskan untuk menikmati kedamaian.

Banjarmasin
02102022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini