PERNIKAHAN, CINTA DAN BUAH CINTA (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

PERNIKAHAN, CINTA DAN BUAH CINTA
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sering ditemukan, ada yang bertanya tentang perbedaan antara kawin dengan nikah, yang serius maupun bermaksud guyonan, sehingga sering pula jawabannya adalah menyeringai ( nyengir ) karena serba salah. Banyak jawab yang bisa dikumpulkan tetapi tulisan ini, mencoba melihatnya, dari sudut pandang keberadaan cinta didalamnya.

Tanpa dimaknai dengan cinta, jika perkawinan disetarakan dengan persetubuhan maka nikah adalah persetubuhan yang dilegalisasi. Artinya pernikahan tanpa cinta, tidak mendapat ridho Tuhan dan bukan berarti persetubuhan cinta tanpa terikat pernikahan diridhoiNya. Dengan demikian, mengisi pernikahan dengan cinta dan mengabadikan cinta dalam pernikahan, sangat diperlukan agar mencapai kebahagian dunia akherat.

Cinta membuat pernikahan secara spontan menjadi harmoni komplementer lelaki dengan perempuannya dan tanpa cinta, keharmonisan pernikahan adalah tonil belaka. Kondisi itu berarti, tanpa cinta, harmonisnya perkawinan tergantung kepandaian bersandiwara, artinya semakin tampak harmonis jika semakin pandai bersandiwara.

Pemain sandiwara biasanya dibayar mahal, karena bersandiwara memerlukan bakat dan tentu saja sangat melelahkan, artinya cinta membuat pernikahan ringan tanpa beban dan tidak melelahkan. Kehilangan cinta, membuat pernikahan dipenuhi keruwetan hidup dan jika tak berbakat sandiwara, akan membosankan bahkan menganggu sekitarnya. Tanpa cinta tidak akan ada bahagia dan hanya akan ada kelelahan tiada tara.

Anak hasil pernikahan disebut sebagai buah cinta atau buah hati dan bukan buah tubuh, sehingga dalam sebuah pernikahan, suami istri dianjurkan untuk bercinta, memadu kasih dan mendekatkan hati, serta bukan sekedar bersetubuh belaka. Mudahan disuatu saat kelak, ada yang menulis tentang perbedaan hakiki persetubuhan dengan percintaan, yang berbeda bak perbedaan cinta dengan demam asmara, karena taik kucing pastilah berbeda dibandingkan coklat.

Buah cinta hanyalah hasil dari bercinta dan bukan yang utama dalam pernikahan. Yang terutama dalam pernikahan adalah cinta dan bercinta. Memupuk cinta dan membuat cinta bertumbuh abadi didalam sebuah pernikahan adalah kewajiban pokok. Dengan begitu, buah cinta tidak boleh menjadi penghalang cinta, baik secara langsung maupun tidak.

Para pecinta, yang menikah serta mendapat karunia buah cinta, sering lupa mengabadikan cintanya karena terlalu fokus mengurus buah cintanya itu. Mereka menghabiskan waktunya bagi buah cintanya, tidak ada waktu tersisa buat merawat, memelihara, menumbuhkan dan mengabadikan cinta sehingga memudar bersamaan dengan bertambah tuanya usia pernikahan. Seolah keberadaan buah cinta memudarkan cinta, padahal selayaknya tidak demikian, buah cinta wajib membuat semakin saling mencinta.

Menggeser paradigma pernikahan, menjadi mementingkan cinta dibandingkan buah cinta, tentunya akan melawan pandangan main stream, hasil salah kaprah berkepanjangan yang dianut mayoritas masyarakat. Tindakan mendahulukan cinta dibanding buah cinta akan dinilai aneh bahkan nyeleneh, walaupun sebenar benarnya adalah tindakan yang benar. Pergi berdua menikmati malam minggu mesra serta menitipkan anak pada adik, kakak atau orang tua dirumah, apalagi hanya pada asisten rumah tangga, cendrung dianggap egois dan mau enaknya saja, padahal “sebenar benarnya merupakan tindakan benar”.

Ayo bercinta dan agungkanlah cinta karena cinta adalah karuniaNya.

Banjarmasin
09122022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini