MMM
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Semua manusia punya salah karena manusia memang tempatnya salah ataupun khilaf. Mohammad Mahfud Mahmodin, selanjutnya disingkat MMM pun demikian, manusia biasa, yang punya salah serta khilaf apalagi kalau dicari cari salahnya. Manusia yang tidak saling mengenalpun jika saling mencari kesalahan, akan saling menemukan kesalahan itu.
Sebagai tempatnya salah khilaf, wajarlah jika terkadang MMM berbuat salah baik disengaja maupun tidak, tetapi bukan berarti MMM tidak pernah bicara benar, karena dalam kenyataan, omongannya di depan RDP Dewan Perwakilan Rakyat, amat jelas terlihat, terdengar, terasa mendapat empati dan dukungan masyarakat.
Sambutan baik terhadap angin keterbukaan terlihat jelas dari pembelaan masyarakat ke MMM sekaligus kegeraman pada beberapa oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terkesankan tidak bersetuju dengan keterbukaan informasi yang dilakukan MMM, apapun dalih formal yang dipakainya. Seolah masyarakat merasa terwakili oleh MMM.
Semua kegaduhan yang terjadi di masyarakat saat ini, sebenar benarnya sebuah pertanda baik bagi pemerintah. Tanda keberhasilan pembangunan manusia menjadi lebih pintar dan tahu haknya. Anggota masyarakat yang sudah berhasil dicerdaskan ini, memang pada awalnya cendrung sedikit ribut bahkan anarkis sebelum bisa diatur serta dikendalikan antara hak dan kewajibannya di alam demokrasi.
Optimisme akan sudah benarnya strategi pembangunan perlu dikedepankan sehingga pemerintah tidak bertindak mundur dengan aksi represif kembali. Maju terus, pemerintah sudah berada di jalan yang benar untuk mewujudkan kesejahteraan, menjadikan setiap anggota masyarakat semakin pandai, sehat dan punya uang.
Bukankah fenomena ini merupakan pertanda jelas, adanya ketidak puasan rakyat terhadap wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat. Para Wakil yang tidak menunjukkan prilaku sebagai wakil tetapi bersikap arogan, karena merasa lebih pintar, lebih terhormat, malah bertindak seolah sebagai majikan yang lebih buruk dari tindakan penjajah belanda terhadap inlander.
Fenomena ini juga menjadi tanda telah dipakai jurus pamungkas oleh Presiden Jokowi untuk melakukan bersih bersih dengan bantuan masyarakatnya. Jurus pamungkas dikeluarkan karena jurus biasa tak mempan berhadapan dengan perlawanan oligarki yang sangat kuat karena bisa menempatkan orangnya di jajaran birokrasi ataupun bisa mempengaruhi oknum birokrat bermental amat bobrok dan rakus. Sangat bobrok dan bukan hanya bobrok saja.
Bukan tidak mungkin, fenomena ini merupakan pertanda bahwa masyarakat tersadar karena melihat kebiasaan penanganan korupsi, kolusi dan nepotisme, cendrung bersifat reaktif dan sangat lamban, jika tidak disertai ribut ribut dan jeritan ketidak puasan di masyarakat. Masalah baru dituntaskan jika masyarakat bereaksi serta menunjukkan kegeramannya.
Bukanlah fenomena ini, bisa menjadi tanda bahwa kerakusan tindakan koruptif, kolusif dan nepotisme sudah terasakan keterlaluan oleh masyarakat. Mereka baru gaduh saat ini, padahal mereka tahu sejak dahulu, pegawai bank, pegawai pajak, pegawai bea cukai dan bahkan staff keuangan di institusi birokrasi, cendrung lebih kaya serta lebih hedonis dibandingkan dengan pegawai lain. Jabatan bendahara dan pimpinan proyek, sering lebih dikenal dan diidolakan masyarakat karena bisa membuat seseorang lebih kaya dari pemegang tugas manajerial bereselon. Dulu dianggap biasa dan tidak keterlaluan tetapi kini sudah sangat kebablasan.
Dari semua kemungkinan public alarm, sudah saatnya Indonesia berbenah memperbaiki diri, Keteladanan dibutuhkan tapi tak cukup hanya itu, masih diperlukan pemihakan jelas serta pola tindak tegas terhadap prilaku rakus para oknum politisi dan birokrasi disemua wilayah tanah air dan disemua jenjang pemerintahan. MMM sebagai pion, memberikan bukti bahwa aksinya didukung rakyat hingga dirasa cukup untuk memberi pertanda bahwa pemain catur sudah harus menggerakan semua potensinya untuk men skak mat kerakusan.
Banjarmasin
30032023