MENJALANI TUA #1 KESADARAN KOSMOS (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU SATU INSPIRASI)

MENJALANI TUA #1 KESADARAN KOSMOS
Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat, sore itu saat kakek Dino santai menunggu di warung kopinya terlihat seorang anak muda berjalan menuju warung dengan senyum ramah ia menyapa kakek, assalamualaikum kek, alaikum salam warahmatullah jawab kakek. Setelah menyapa salam anak muda ini terdiam sejenak memandang penuh perhatian pada kakek. Kemudian ia bertanya, maaf ya kek, boleh saya tahu berapa umur kakek? mendengar pertanyaan ini kakek inipun tersenyum dan menjawab, nak kakek sudah berusia 70 an tahun. kalau anak kakek atau cucu kakek ini menunjuk kepada yang menanya berapa usianya sekarang, kalau saya 20 tahun kek.

Anak muda ini kemudian memesan kopi original tanpa gula dan duduk sendiri sambil memandang ke arah jalan yang sesekali dilewati kemdaraan dan orang yang melintasi warung kakek di sudut gang komplek perumahan. Ia merenung dan memikirkan jawaban kakek yang katanya sudah berusia 70 tahun itu namun masih terlihat masih kuat, energik, muka bersih seolah mencerminkan kedamaian hidupnya, dan saat matanya tertuju pada kakek yang asyik meracik kopi, terlihat begitu lincah dengan mulut komat kamit yang sayup sayup terdengar lantunan sholawat pada rasulullah, yang berarti kakek ini meracik kopi sambil bersholawat.

Ok juga ini kakek, gumamnya dalam hati, meracik kopi sambil bersholawat dengan lincah tangannya menakar kopi menyiapkan filter dan menuangkan air hanyatnya. Ini berbeda jauh dibandingkan dengan seorang kakek yang tinggal disebelah rumahnya yang sering ia temui dan bertegur sapa pada saat membersihkan halaman rumah, kondisinya sakit-sakitan, jarang bersosialisasi dan cenderung menutup diri, pandangannya kosong. Suatu saat ia pernah ngobrol dengan kakek tetangganya ini, ucapan yang keluar dari mulutnya adalah mengeluh kondisi penyakitnya, mengeluh pada kekuasaan politik yang ia lihat di telivisi dan media sosial, mengeluh pada kondisi ekonomi dan seterusnya, pokoknya kakek itu melihat seolah-olah hidup dijalani dengan melihat sisi jeleknya kehidupan dan kebijakan yang diambil penguasa serta menyesali kondissi hidupnya.

Ini nak kopinya, kata kakek yang mengejutkan lamunan anak muda ini, oh ya kek bolehkah aku menananyakan sesuatu pada kakek, oh, mau nanya apa lagi nak, kakekkan hanya tukang kopi tua atau bahasa kerennya barista tua, jawab kakek sambil bergurau yang menjadikan mereka tertawa, kok sepertinya kita sahabat lama yang sudah akrab ya kek, kata anak muda ini, hayoo mau nanya apa lagi kata kakek, kan tadi sudah nanya tentang usia kakek. Cerita dong kek, resep kehidupan kakek ? tanya anak muda itu, akh! biasa aja tidak ada yang istemewa, jawab kakek.

Anak muda ini terus bertanya, sehingga kakek itupun menceritakan kehidupannya, yang ia bilang hanya berbagi pengalaman hidup, sebagai orang tua, dan merasa bersyukur juga sebagai kakek karena diposisikan sebagai “orang” yang masih bermanfaat bagi sesama, lewat berbagai pengetahuan dan pengalamannya. akhirnya mulailah sang kakek ini bercerita.

Hidup ini memang kompleks, sehingga perlu dibangun kesadaran yang holistik akan eksistensi kita sebagai manusia, pada tataran makrokosmos kita hanyalah bagian yang sangat kecil dan tidak terpisahkan dari semesta alam yang maha luas, sehingga semua yang ada di semesta ini langsung atu tidak langsung mempengaruhi kehidupan kita. begitu juga dalam konteks kehidupan, kita banyak mengalami dan menyaksikan berbagai peristewa yang terjadi dan setiap peristewa itu selalu terkait dengan peristewa lainnya. Oleh karena itu dalam perspektif ini kehidupan ini saling pengaruh mempengaruhi saling berkorelasi dan berintelarisasi antara sosok dan faktor yang satu dengan yang lainnya, ia terpisah-pisah, namun satu kesatuan, sehingga walaupun terlihat terpisah atau parsial bila dilihat satu persatu, namun kemudiaan ia justeru terbingkai menjadi satu bangunan sistem kehidupan.

Kakek hidup dalam dimensi ruang, waktu, energi dan informasi yang begitu komplek, namun secara sunatullah tunduk pada hukum-hukum kehidupan, oleh karena itu dalam bahasa yang sederhana hidup selaras dengan alam adalah kunci utama kedamaian hidup, selaras berarti kita turut pada hukum hukum kehidupan tersebut. Semua peristewa sudah terprogram dalam kitab kehidupan, kita mengolahnya lewat hukum kehidupan tersebut, seperti hukum kausalitas, yang mewajibkan ikhtiar untuk mencapai apa yang kita cita citakan, hukum tarik menarik yang meminta kita untuk berfikir dan bertindak posiitif atau berbuat baik agar mencapai titik keseimbangan hidup, hukum tolak menolak yang menyadarkan kita untuk melakukan reaksi positif atas segala permasalahan hidup dan seterusnya.

Menyalaraskan hidup dengan alam ini menjdikan kita memandang orang, hewan, tumbuhan dan makhluk-makhluk lain yang nampak dan tidak nampak mata kita sebagai “subjek” untuk bersama-sama saling membutuhkan membangun kebahagiaan dan kedamaian hiudup, oleh karena itu jangan jadikan ia objek dari kita yang sifatnya hanya untuk kepentingan dan kesenangan kita yang berarti ia tak lebih dari objek untuk memuaskan kehidupan kita yang penuh dengan ambisi pemenuhan pemuasan hidup.
Inilah prinsip membangunan kesadaran yang pertama dalam memandang dan menjalani kehidupan, baru kemudian nanti kakek akan cerita implementasinya dalam berbagai segmen kehidupan. silahkan nak diseruput dulu kopinya agar rilek mendengarkan cerita kakek. celutuk kakek melihat anak muda ini tertegun hening mendengarkan kakek bercerita … (bersambung).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini