PISANG GORENG DAN BERAMAL (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

PISANG GORENG DAN BERAMAL
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pisang Goreng merupakan jajanan terpopuler di banyak kelompok masyarakat, kaya miskin, tua muda. Bisa dihidangkan setiap saat, sejak pagi, sore atau malam, sambil ngopi bareng keluarga. Pisang Goreng adalah menu pilihan pada guyonan di gubuk kumuh ataupun bicara serius di pertemuan resmi di hotel mewah.

Pisang Goreng dibuat dengan cara yang tidak sama dengan pembuatan tempe goreng, tahu goreng atau jajanan goreng lain tetapi dibuat dengan cara serupa dengan pembuatan tahu goreng tepung, tempe goreng tepung ataupun jajanan goreng tepung lain, karena digoreng dengan dibaluri tepung atau dicelupkan dalam tepung terlebih dahulu. Berarti, nama pisang goreng adalah nama salah kaprah dan nama sebenarnya, adalah Pisang Goreng Tepung.

Saya tersadar oleh salah kaprah itu, sewaktu, diundang seorang sahabat lama, minum kopi pagi, disebuah warung kopi di pinggiran jalan Ahmad Yani, Banjarmasin. Seperti biasa, saya memesan pisang goreng, ternyata tersajikan dalam model berbeda, pisang goreng tanpa balutan tepung, telanjang kata pedagangnya.

Ternyata ada dua model pisang goreng, yaitu berbalut tepung dan yang telanjang dan kata telanjang dihindarkan mungkin karena terasa vulgar. Keseharian manusia juga menghindari penggunaan kata tersebut serta mengantinya dengan kata tak berpakaian. Telanjang adalah kata yang ditolak, terbukti dari masih adanya budaya mandi tetap berpakaian dikalangan masyarakat serta tetap begitu walaupun mandi di kamar mandi pribadi yang tertutup.

Yang ditolak bukan hanya ketelanjangan fisik tapi juga ketelanjangan narasi, sehingga gila diganti ODGJ, harga naik diganti penyesuaian harga. Penolakan ketelanjangan membawa pikiran saya pada berbagai pesan WA yang masuk ke ponsel saya, mengajak beramal dengan mengirimkan nomor rekening untuk diisi, bagi saya terasakan telanjang, sangat porno dan punya potensi penipuan.

Beramal dengan cara diatas tidak jelek, begitu juga aksi beramal dengan pengumpulan kaum miskin dan mengabadikan raut kuyunya dalam foto atau video, dengan maksud mengundang empati dan ditiru oleh orang berpunya lain adalah sebuah kebaikan.

Gaya beramal lain yang ingin saya lakukan adalah beramal tidak telanjang, sebutlah sebagai beramal bergaya pisang goreng, sebuah kegiatan beramal yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap martabat kemanusiaan dan diupayakan agar tidak terasakan oleh penerimanya sebagai belas kasihan semata.

Beramal dilakukan dengan tulus tanpa pamer, apalagi dengan menulis pesan WA berpotensi menipu dan memusingkan dunia. Ditempatkan pada niat kepedulian dan tak hendak membeli surga dengan uang receh. Beramal bermodel membeli tanpa menawar, membeli tidak minta uang kembalian.

Akan lebih baik, jika dilakukan melalui badan amal dibentuk pemerintah dan selanjutnya ikut berperan menjaga keterbukaan prosesnya, keseimbangan partisipasi dan aspirasinya dan memastikan akuntabilitas badan amal buatan pemerintah tersebut.

Banjarmasin
07012023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini