MENERIMA SETARA MEMBERI
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Nasehat lazim yang sering terdengar adalah memberi lebih baik dibandingkan menerima, bahwa memberi adalah sebuah keberhasilan, kearifan, sekaligus eskalator menuju puncak bahagia. Kalimat indah, agar menempatkan tangan diatas dan tidak dibawah, selalu dibisikkan ditelingga seolah lupa tidak akan ada memberi tanpa ada yang menerima. Memberi berisikan aspek menerima dan memberi hanya berujung bahagia jika pemberi mampu menerima apapun reaksi si penerima, atas pemberiannya.

Kemampuan menerima semua reaksi, baik yang bersifat positif ataupun negatif wajib ada karena tak semua penerima bisa menerima dan ada kemungkinan, pemberiannya ditolak karena kesalah pahaman. Perhatian, kebaikan hati, curahan kasih ataupun persembahan terbaik, ternyata membuat penerima merasa dilukai dan menanggis sedih.

Berbagai kesenjangan budaya dan kesalahan pemilihan cara ataupun waktu penyampaian, dapat menjadi sumber kesalah pahaman dan membuat rusuh. Hakekatnya tak akan pernah ada memberi yang indah jika tidak diikuti oleh menerima yang indah. Memberi menerima, menjadi indah jika didasari oleh hubungan tulus ikhlas.

Bukanlah itu berarti bahwa menerima setara dengan memberi dan bukan hanya memberi tetapi menerimapun wajib dilatihkan supaya terbiasa menyikapi setiap pemberian secara tulus. Kehidupan diwarnai sikap menerima secara tulus, merupakan keseharian tenang, tentram dan damai karena terlepasnya semua kepemilikan, tak ada yang bakal hilang serta membuat sedih dan kecewa.

Kebiasaan menerima kenyataan, membuat kehidupan tidak berharap sempurna, tidak berharap punya milik, tak berharap dipahami, tak berharap terkenal, bahkan tak berharap hanya untuk sekedar dikenal. Karena tak berharap maka tidak akan kecewa.

Kebiasaan menerima secara tulus membuat silaturahmi dijaga bahkan tidak harus dengan bertemu, Silaturahmi membuatnya, mudah dipahami dan jika sudah begitu, tidak punya kebutuhan untuk dikenal karena sudah lebih dari itu. Silaturahmi menyediakan semua waktu untuk instrospeksi, tak harus menunggu hening karena hatinya bisa ditenangkan dalam kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun. Sikap itu, membawa kehidupan selalu berada dalam rahmat, nikmat, karunia dan lindungan Tuhan YME.

Ketulusan penerimaan adalah kemampuan menikmati takdir diri dan tadir setiap orang sehingga tidak memerlukann sempurna untuk menjadi bahagia. Ketulusan penerimaan akan menggeser aksi kompetisi menjadi kolaborasi hingga kecewa sirna dalam bahagia. Harinya dipenuhi semangat karena semua hari berisi peluang dan peluang terdekat adalah hari ini. Selalu bisa menikmati peluk mesra nan lembut dan hangat lingkungannya dengan penuh syukur.

Menikmati takdir juga berarti tidak berharap melakukan hal hebat karena cuma butuh yang biasa dan bahkan tidak hendak masuk sorga karena telah merasakan hingga jadi percaya bahwa penerimaan tulus itulah sorga, rahmat dari yang kuasa.

Menerima yang indah adalah menerima yang membuat pemberinya bahagia dan bukankah pemberi kehidupan ini adalah Tuhan, penentu takdir kehidupan. Itu berarti bahwa jika sikap menerima terbiasa dihidupnya maka Tuhan selalu tersenyum untuknya. Adakah bahagia yang lebih tinggi dari melihat senyuman Sang Pencipta pemilik surga.

Banjarmasin
28122022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini