PEMBACA KEBENARAN (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

PEMBACA KEBENARAN
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Keyakinan bahwa kebenaran pasti menang, tidak membuat mudah untuk berbuat benar dan mematuhi kebenaran. Mungkin karena tibanya kemenangan tidak jelas waktunya, bisa singkat bisa juga sangat lama. Di film bioskop yang benar meraih kebenaran hanya dalam 2 jam saja, di buku cerita bisa berhari hari tergantung kecepatan membaca sampai tamat.

Dalam kehidupan sehari hari, tidak jarang sebuah kebenaran baru terbukti benar, setelah pejuangnya meninggal dunia, setelah pejuang mengalami kehidupan tak nyaman sepanjang hidupnya, bahkan bukan tak mungkin, pada saat meninggal masih diremehkan, dikucilkan dan dijadikan musuh bersama. Berada di jalan yang benar, acapkali merupakan pilihan tragis dan komedis.

Tidak banyak orang yang berani benar secara terang terangan karena sebelum terbuktikan, setiap kebenaran akan diuji sebelum dipuji dan si pembawa kebenaran akan mengalami duka nestapa bagai di neraka sebelum diterima di sorga. Kebenaran harus benar benar diyakini untuk menghilangkan segala alasan ketakutan dimaksud dan hal itu hanya bisa terjadi pada pembaca kebenaran.

Pembaca kebenaran, membaca kitab suci untuk cermin diri, bukan untuk dipahami agar bisa menilai dan menghakimi orang lain. Dengan demikian, pembaca kebenaran akan berubah menjadi benar, makin benar, menjadi beruntung dan berani berada bersama benar. Keberanian Tanpa risiko karena tak membuat orang lain merasa terganggu, bahkan merasa terbantu.

Secara tidak langsung, adanya perubahan karakter pada pembaca kebenaran, sesuai dengan pendapat para cerdik pandai maupun ulama, bahwa mempelajari kitab suci, dapat membuat orang berbudi luhur, meningkatkan spiritualitas, menjadi lebih waspada dalam berpikir, bersikap, berkata atau bertindak sehingga tak berakibat buruk bagi kehidupan

Memahami kitab suci potensial meningkatkan ahlak, memperkaya religi dengan spiritualitas serta mengisi agama dengan Tuhan. Dengan demikian menjadi masuk akal, jika pembaca kitab, mendapat bekal spontanitas instingtif, untuk berada di jalan kebenaran. Merekalah yang sebenar benarnya dapat dikatagorikan sebagai calon penghuni surga.

Kenalilah para pembaca kitab model seperti itu, seorang pembaca kebenaran, membaca kitab bukan hanya dengan mata visualnya saja tetapi dengan mata hatinya, berbekal seluruh jiwanya. Membuka diri dengan lapang dada, pikiran terbuka sehingga kalbunya jadi sewarna dan searoma dengan isi kitab sucinya.

Dalam keseharian, para pembaca kebenaran akan terlihat bersikap egaliter plural, toleran, berpendapat sejuk, tidak nyinyir dan tentunya, bukan pembuat rusuh dan keonaran, apalagi kejahatan dan kezaliman. Pembaca kebenaran akan terhindarkan dari kehidupan dramatis.

Sesungguhnya kondisi paling dramatis akan terjadi jika baru tersadarkan dan mengetahui tujuan hidupnya, sesaat sebelum mati.

Banjarmasin
22122022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini