SPORT PARK (SERI SECANGKIR KOPI SERIBUSATU INSPIRASI)

SPORT PARK 

Oleh :

Syaifudin

SCNEWS.ID-Banjarmasin. Sahabat ! kualitas apa yang menjadi objek pembicaraan sehingga pembicaraan itu menarik atau tidak bagi kita, tentu sangat tergantung objek pembicaraan apa yang kita sukai atau senangi, namun dalam pendekatan wisdom objek pembicaraan diklasifikasikan kedalam beberapa tingkatan, yaitu pembicaraan dengan objek : a. tentang orang, b. tentang peristiwa, dan c. tentang gagasan. Konon membicarakan tentang gagasan adalah level yang nilainya lebih utama karena akan melahirkan sebuah inspirasi. Begitulah saat dalam sebuah perjalanan wisata ke Sydney dan Canbera saya ketemu dengan sahabat muda Alex Handrian yang mendampingi kami di kedua kota tersebut dan ternyata sahabat muda ini adalah seorang pegiat olah raga sepak bola di Australia berlisensi C dengan klub yang bernama Lakemba, dan akhirnya pembicaraan sepanjang perjalanan kami diskusi tentang gagasan Sport Tourism, Sport Park, dan Foot Ball camp yang katanya lagi  trend di dunia olah raga dan wisata yang oleh sahabat muda ini dikatakan sudah menjadi “lifestyle” masyarakat sekarang ini.

Cerita bermula dari kondisi para Imigran yang datang ke Australia yang kedatangannya akibat dari korban peperangan atau korban regim kekuasaan di negaranya, sehingga saat masuk dan tinggal di Australia sangat sulit beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan masyarakat Australia, seperti kesulitan komunikasi yang tidak bisa berbahasa inggris dan budaya serta keterampilan yang dimilikinya, maka jadilah para imigran ini menjadi kelompok yang bermasalah yang sering menimbulkan problem sosial di masyarakatnya.

Dari kondisi ini kemudian muncul gagasan membina mereka dalam bidang olah raga sepak bola, dengan asumsi “semua orang bisa menendang bola” atau bermain bola dan dalam sepak bola punya aturan dan bahasa lisan atau isyarat yang bersifat universal, sehingga semua bisa dimengerti oleh mereka. Hasilnya anak-anak kaum migran ini kemudian dapat beradaptasi dan bergaul di masyarakat lewat sarana pendidikan atau latihan sepak bola ini, selanjutnya jadilah ia berprestasi serta disiplin dalam hidup sebagaimana kedisiplinan yang diajarkan dalam latihan sepak bola tersebut, yang pada akhirnya berdampak pada kehidupan pribadi yaitu memiliki prestasi dibidang olah raga sepak bola.

Keberhasilan merubah anak anak kaum migran menjadi anak-anak yang bermental positif inilah kemudian oleh Pemerintah setempat dan stake holder disana diakui bahwa pendidikan dengan metode yang seperti ini dinilai berhasil dan kemudian mendapatkan perhatian dan bantuan pendanaan.

Pada episode pembicaraan yang masih satu tema besar dengan sepak bola ini, maka berkembanglah klub-klub amatir dari berbagai tingkatan usia, dengan sarana latihan yang dimiliki dan atau yang dapat dipergunakan oleh mereka, yang akhirnya menjadi satu sub sistem dalam mencetak kader kader atau bibit bibit pemain bola di ajang-ajang Klub Amatir dan Profesional.

Selanjutnya terciptalah suatu ekosistem sepak bola dari berbagai klub amatir dan berbagai tingkatan usia serta klub-klub besar profesional, dan yang menarik justeru jarang menjadi pusat perhatian kita adalah klub-klub amatir dengan berbagai kelompok usia ini yang ternyata mereka juga memerlukan sarana dan prasarana latihan serta kunjungan keberbagai tempat sampai lintas negara untuk liburan sekaligus berlatih.

Dari sinilah muncul istilah sport tourism sebagai kegiatan parawisata dibidang olah raga, yang secara spesifik berbeda denga kegiatan wisata umunya, yaitu mereka ini pada saat wisata tetap akan melakukan latihan dan bertanding ditempat tujuan wisata yang mereka tuju dan datangi tersebut.

Dengan karakteristik seperti ini, maka tempat-tempat yang menjadi prioritas dikunjungi sebagai destinasi mereka adalah tempat yang mempunyai lapangan olah raga dan sekaligus penginapan serta sarana prasarana lain yang sesuai dengan kebutuhan olah raga seperti pengelolaan giji makanan, kesehatan dan asuransi dan angkutan yang bersifat “all service” dalam satu paket, termasuk juga keberadaan  lawan tanding mereka ditempat wisata tersebut, yang biasanya adalah klub lokal.

Sahabat ! di banua kita Kalimantan Selatan belum ada tempat yang seperti ini, yang mereka sebut “sport park”, maka saya langsung mengkaitkan dengan Kiram Park yang sudah ada, akan tetapi kiram park lebih kepada destinasi wisata alam dan kuliner serta tempat acara dan outbond, oleh karena itu di akhir September tadi saya undang secara khusus sahabat muda dari Australia ini berkunjung ke Kiram park, sekaligus diskusi lebih detil tentang sport tourism ini.

Terdapat kondisi objektif tentang posisi Kal-Sel sebagai gerbang ibukota dan telah dimulainya pembangunan camp latihan sepak bola bantuan FIFA di IKN, serta Rencana Pemerintah Kota Banjarbaru membangun stadiun sepak bola berstandar atau berskala Internasional, sera Gelanggang Olah Raga Paman Birin yang sedang dibangun di Komplek Pemerintahan Provinsi Kal-Sel, maka keberadaan Sport Park akan menjadi kebutuhan dan sekaligus akan menjadi bagian dari ekosistem sepak bola khususnya dan olah raga pada umumnya.

Hasil dari kunjungan sahabat muda ini ke Kiram Park menyimpulkan sangat layak salah satu bagian Kiram Park didesain ulang menjadi Sport Park apalagi tempat olah raga motor trail sudah tersedia, dan tinggal melengkapi berbagai fasilitas sebagai destinasi sport park yang saya sebutkan di atas, sahabat muda ini berjanji kalau di Kal-Sel sudah ada sport park maka akan dapat dijadikan agenda klub-klub Australia untuk berkunjung dengan konsep sport tourism tersebut.

Sahabat ! gagasan sport park sesungguhnya peluang bisnis dan sekaligus pembinaan olah raga khususnya sepakbola yang dikekola secara modern, karena di sport park akan ada pelatih berlisensi dan lawan tanding berskala nasional dan internasional, kemudian akan di ciptakan liga liga kelompok usia yang secara berjenjang akan meningkatkan karir pemain untuk menuju puncak prestasinya di liga profesional.

Bayangan saya kalau  disetiap kabupaten/kota memiliki klub bola dari usia dini, maka Banua kita sudah punya 13 klub yang terdisi dari berbagai kelompok usia dari 8, 10, 12, 14, 16, 19, 23 tahun serta senior dan akan dibuatkan Liganya dan akan dididik dan dilatih secara profesional di Sport Park, kemudian akan ada lawan tanding dengan kelompok usia muda dari Barito Putra dan Klub Regional dan Nasional serta Internasional, maka masa depan prestasi oleh raga sepak bola banua kita akan berkembang pesat.

Ekosistem olahraga khususnya sepak bola akan terbentuk dan akan menjadikan Kiram Park sebagai tujuan wisata sport park sekaligus olah raga lainnya dari tujuan prestasi hingga sekedar rekreasi untuk menyehatkan badan ditempat Tepi Puncak Pegunungan Meratus sebagai bagian dari Geo Park Meratus.

Salam secangkir kopi seribusatu inspirasi.

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini