DIAM (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

DIAM
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Diam memiliki arti beragam, pengertian umum adalah tidak bersuara atau tidak menanggapi. Diam yang bijaksana adalah diam cerdas, diam yang menghasilkan amatan paripurna seksama, sehingga fakta tampak nyata dan lengkap serta dapat menghasilkan peta masalah disertai jalan keluarnya secara lengkap.

Diam merupakan salah satu pilihan menghadapi resistensi terhadap cara memandang masalah dari sudut berbeda ataupun melihat pertanyaan yang tak ditanyakan. Menjelaskan cara melihat dari sudut berbeda tidak mudah karena masih dianggap keliaran pikiran dan belum diterima sebagai cara menutup blank spot penyelesaian masalah.

Diam semacam itu, masih belum disadari akibat baiknya, antara lain menjauhi keinginan memuji berlebihan, prilaku menjilat, menghindari patuh dogmatis, mencari muka. Diam seperti itu, tidak sama dengan bisu karena merupakan pilihan atau keputusan sedangkan bisu adalah siksaan karena keterpaksaan.

Diam seperti ini, membangunkan kreativitas dan bukan berarti tak peduli aturan penyelesaian ala sekolahan, tetapi mengikuti prosesnya secara dinamis, dimulai dari kepatuhan normatif pada standarisasi, sampai berkemampuan modifikasi dan pada ujungnya, membuahkan kreatifitas dan inovasi.

Diam seperti ini, pada akhirnya menciptakan daya tanggap ing sasmito, tanggap yaitu cepat paham, sasmito berarti pertanda. Secara bebas diartikan, orang yang bisa membaca pertanda, kode alam dan bisa tahu sebelum peristiwanya.

Tanggap ing sasmito, bisa menjawab dengan benar sebelum ditanya dan itu berarti menjawab lebih cepat dibanding kecepatan jawaban mbah google. Google yang hebat dan telah dijadikan rujukan banyak orang dan baru bisa menjawab setelah ditanya kalah jauh dengan kemampuan tanggap ing sasmito.

Kemampuan yang perlu dipelajari, dipahami dan dimilik, dengan diam, membiarkan dialog dalam keheningan, sehingga jelas didengar serta tidak disamarkan oleh bisingnya deru. Dengan begitu, jawabnya terdengar sampai menembus kalbu.

Bulan Suci Ramadhan, berbarengan hadirnya dengan keheningan nyepi dan pencerahan paskah, adakah momentum untuk mejangkau diam. Keprihatinan sunyi yang menghantar jiwa pada fitrahnya, sehingga susah menjadi berkah. Sekaligus sebagai pertanda berhak merayakan kemenangan. Teriring ucapan, SELAMAT IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

Banjarmasin,
24032024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini