TELEVISI KITA
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sekarang ini, memilih dan memilah acara di televisi bukan perkara mudah. Ada berbagai acara bahkan berupa berita dan informasi, tapi disampaikan serupa, emosional, diselingi berbagai kuis, info gosip, sinetron. Ceramah agamapun lebih menonjolkan sensasinya, tak jarang menghadirkan nara sumber tak berlatar pendidikan keagamaan. Pokoknya populer.
Nonton TV bisa membuat gamang, karena terasakan jarak antara sandiwara dan yang kenyataan semakin tipis sehingga sandiwara semakin sulit dibedakan dengan kenyataan keseharian. Mungkin itulah yang disebut sebagai dunia panggung sandiwara.
Tontonan yang bukan tuntunan dihadirkan di tengah masyarakat tanpa malu demi sebuah keuntungan finansial belaka, banyak tampilan tak layak ditiru bahkan dipopulerkan olah para pesohor. Yang menyimpang ditoleransi, mulai sedikit menjadi bukit dan ujungnya akhirnya, seolah terkenal tak berbeda dengan tercemar.
Dalam dunia panggung sandiwara, perbedaan baik buruk dan salah benar, seolah menjadi semakin tak nyata, entah mendekat ataukah menjauh. Kegamangan membuat kesenjangan tersebut, tidak pernah terjelaskan tuntas serta tetap pada kondisi yang membuat binggung.
Dalam dunia panggung sandiwara, tersedia berbagai godaan canggih, tidak saja secara visual, auditory ataupun kinestetik tetapi juga kombinasi sempurna dari keseluruhan aspek tersebut. Bara godaan yang tersajikan secara vulgar dan nyata, membuat pemirsa semakin permisif pada prilaku tak normatif.
Kehidupan mengalami ketidak jelasan acuan sehingga muncul beraneka ragam opini yang saling bersilangan. Persilangan personal atau kelompok yang membuat gaduh dan sangat tidak produktif. Kegaduhan sebagai alarm publik, merapuhnya persatuan dan kesatuan yang wajib segera disikapi oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta atau masyarakat.
Ketidak jelasan acuan bukan tidak mungkin berpengaruh pada seluruh sendi kehidupan sehingga curang menjadi keseharian. Pemain curang menjadi kelucuan buntu tak selesaikan dan wasit curang hanya menimbulkan gerutu berkepanjangan, hampa tanpa jawab yang pasti. Arogansi dan kemunafikan meraja lela.
Kondisi itu membawa saya pada pernyataan unik, bahwa jalan keluar kegamangan adalah memasukinya lebih dalam sampai diketahui yang sesungguhnya terjadi. Mungkin berarti, dibiarkan tetap terjadi sampai terselesaikan oleh seleksi alam dan waktu. Dunia memang mempunyai seleksi alam untuk kembali menuju stabil equilibriumnya, namun sering berdarah, menyakitkan dan sangat tidak manusiawi.
Banjarmasin
03032024