KALSEL ECONOMIC OUTLOOK 2021

SCNews – Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan (Kalsel) di triwulan III 2020 yang terkontraksi sebesar 4,68 persen (yoy), lebih dalam dari triwulan II 2020 yang kontraksi 2,63 persen. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Amanlison Sembiring dalam perbincangan yang ditayangkan di Duta Televisi pada tanggal 13 Januari 2021, bersama Trilaksito Singgih H, Senior VP Bank Mandiri Regional CEO Kalimantan.

Pada kesempatan tersebut disampaikan kerjasama dan koordinasi antar semua pihak sangat diperlukan untuk mendukung perbaikan ekonomi di 2021. Perekonomian global yang secara bertahap mulai membaik harus memicu semangat optimisme pemulihan ekonomi di Kalsel. Disampaikan, BI Kalsel mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui stimulus kebijakan moneter yang akan dilanjutkan di tahun 2021 antara lain melalui stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar tetap dijaga. Suku bunga juga  akan dijaga tetap rendah, sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat dan melanjutkan pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN Tahun Anggaran (TA) 2021 sebagai pembeli siaga atau non-competitive bidder dan kebijakan makroprudensial yang juga tetap akan akomodatif pada 2021.

Selain itu, pihak BI terus mengakselerasi implementasi ‘Blueprin’t Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, mempercepat pendalaman pasar uang sesuai ‘Blueprint’ Pendalaman Pasar Uang (BPPU) 2025, serta terus mendukung pengembangan ekonomi-keuangan Syariah dan UMKM, dan terus aktif dalam berbagai forum internasional dari sisi kebijakan internasional.

BI juga akan terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, yang terkoordinasi erat dengan Pemerintah dan KSSK, dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Perekonomian domestik yang perlahan membaik dikatakannya harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperkuat sinergi membangun optimisme oleh semua pihak baik Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lembaga atau instansi vertikal, perbankan dan berbagai pihak lainnya guna mendorong pemulihan ekonomi

BI menegaskan pihaknya tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021, pada kisaran 4,8 – 5,8 persen, di tengah kebijakan PPKM (penerapan pembatasan kegiatan masyarakat) yang diberlakukan di awal tahun ini untuk wilayah Jawa dan Bali. Dan untuk Kalsel, ada kabar baik dengan mulai meningkatnya harga jual komoditas batubara dan CPO di Pasar Global. Ini sangat mempengaruhi kondisi makro secara umum. Ekspor di bulan Desember 2020 mencatat kenaikan tertinggi sejak 2013 mencapai US$16,5 miliar atau tumbuh 14,6 persen (yoy).

Terkait diterapkannya PPKM atau PSBB yang terbatas, BI mengakui mobilitas masyarakat terganggu dengan adanya pembatasan sehingga berpengaruh pada konsumsi. Kendati demikian, konsumsi masyarakat tetap naik meskipun kenaikannya lebih rendah dari harapan. Penerapan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 diharapkan dapat mendukung peningkatan aktivitas ekonomi seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Di sisi lain percepatan realisasi anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta berbagai stimulus yang dikeluarkan diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat.

Sementara restrukturisasi dan penjaminan kredit serta akselerasi ekonomi keuangan digital diharapkan dapat mendukung pemberdayaan UMKM di tengah pandemi. Dan Bank Mandiri selaku salah satu Bank Swasta Nasional, terus mendorong agar geliat UMKM terus bertumbuh di tengah kondisi pandemi ini. Optimistis pemulihan ekonomi nasional pada 2021 dapat terwujud dengan penguatan sinergi melalui satu prasyarat dan lima strategi. Satu prasyarat tersebut adalah vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19.

Lima strategi respons kebijakan yaitu :

  • Pembukaan sektor produktif dan aman,
  • Percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran),
  • Peningkatan kredit dari sisi permintaan dan
  • Penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial,
  • Digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM.

Dalam situasi krisis seperti ini kita harus bergerak cepat dan tepat. Harus membuang ego sektoral, egosentrisme lembaga, dan jangan membangun tembok tinggi-tinggi berlindung di balik otoritas masing-masing, karena semua harus berbagi beban, bertanggung jawab untuk urusan bangsa dan negara ini agar negara kita mampu bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi baru di tingkat regional dan global. Banyak pekerjaan rumah yang masih perlu diselesaikan seperti membludaknya pengangguran dan angkatan kerja baru yang membutuhkan lapangan pekerjaan.

Sebagai pelengkap referensi, berikut adalah beberapa poin penting terkait kondisi persebaran Covid-19 dalam hubungan dengan proyeksi ekonomi tahun 2021 :

  • Tren persebaran Covid-19 dibeberapa negara mulai mengindikasi ke arah penurunan, sehingga hal ini menumbuhkan optimisme pemulihan ekonomi akan dimulai tahun 2021 meskipun berakhirnya pandemi ini sulit dipastikan. Tentunya pemulihan ini di dukung dengan berbagai stimulus ekonomi melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Pemulihan ini diharapkan juga akan terjadi di Indonesia seiring dengan membaiknya perekonomian global.
  • Struktur pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada permintaan domestik menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara yang lebih rendah terkena ancaman resesi global. Dengan demikian, pemulihan pertumbuhan untuk kembali pada level pra-Covid akan lebih cepat. Melihat tren pertumbuhan periode 2015-2019 yang berada pada keseimbangan baru yaitu 5,03 persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan dapat kembali pada kisaran 4,9-5,1 persen ditahun 2021.
  • Tren inflasi sepanjang tahun 2018-2019 berada di kisaran angka yang rendah yaitu 2,9 persen. Di kuartal I 2020, inflasi tetap bertahan dikisaran yang rendah, maka diperkirakan tren ini akan terus berlanjut hingga 2021. Diperkirakan inflasi tahun 2021 dapat kembali terjaga di kisaran rendah dan stabil. Meskipun demikian, inflasi yang terus rendah perlu diwaspadai adanya penurunan pemintaan, sehingga kebijakan perlu merespon perkembangan tersebut.
  • Kinerja perdagangan yang surplus pada kuartal 1 ditengah wabah pendemi Covid-19 membawa optimisme ketahanan eksternal yang baik di tahun 2021. Atas kondisi tersebut neraca berjalan terhadap PDB pada tahun 2021 dapat dijaga kisaran rendah.
  • Nilai tukar rupiah fluktuatif di masa pandemi dan bergerak menguat hingga Mei 2020. Diperkiarakan di tahun 2021 kembali menguat, didukung faktor fundamental yang terjaga, terutama dikarenakan inflasi terjaga rendah dan membaiknya neraca perdagangan
  • Kebijakan moneter yang akomodatif perlu berlanjut di tahun 2021 sebagai langkah awal dalam meningkatkan kembali gairah perekonomian. Melalui kebijakan moneter ini diharapkan pertumbuhan ekonomi yang baik, stabilitas harga yang terjaga serta keseimbangan neraca pembayaran yang positif dapat tercapai di tahun 2021
  • Kebijakan fiskal 2021 yang disusun harus memperkuat daya tahan ekonomi nasional yang mampu mengatasi berbagai risiko yang muncul sekaligus melindungi ekonomi negara dari gejolak dan ketidakpastian ekonomi global, termasuk akibat bencana non alam seperti merebaknya virus corona.
  • Tahun 2021 harus menjadi momentum dalam melaksanakan pemulihan sosial ekonomi danmeningkatkan fundamental ekonomi melalui reformasi kebijakan fiskal maupun moneternya

Banjarmasin, 9 Februari 2021

Selengkapnya silahkan klik link di bawah ini :

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini