HUNDANG BAPADAH RATIK (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

HUNDANG BAPADAH RATIK
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Saya bukan orang banjar, walaupun beristrikan perempuan cantik suku banjar dan selama umur hidup, lebih banyak berdomisili di Kalimantan Selatan. Saya menulis ini, untuk mencubit serta membuat tersenyum dua sahabat yang secara pribadi, saya kategorikan sebagai Budayawan Banjar, Prof. Mujiburrahman dan Prov. Nurkholis Majid.

Hundang adalah sebutan udang dalam bahasa banjar sedang ratik adalah sebuah kata dalam bahasa banjar, yang berarti barang sisa atau sisa proses, dapat berupa sampah, potongan bahan atau benda yang sudah tidak berguna lagi. Ratik berada pada strata sosial terbawah, grass root, tak disadari kegunaannya jika tidak ada paradoks eksistensi dalam kalimat filosofis suku banjar, yaitu HUNDANG BAPADAH RATIK,

Hundang berhasil memunculkan ratik dari persembunyian misteriusnya, karena dibalik kehinaan ditemukan makna, jika mengacu pada proses maka secara substantif, ratik merefleksi sebuah nilai sekaligus simbol bahwa ratik dapat berupa awal sempurna, menjadi tua dan tetap akan berakhir, sekaligus bisa menjadi cermin pengingat bahwa kewajiban kehidupan, adalah berpikir, berkata dan bertindak baik dan benar.

Hundang yang sangat nikmat dan bernilai tinggi serta mahal harganya, dengan semua bangga yang melekat pada dirinya, harus menyadari bahwa suatu saat akan berakhir tidak berguna bahkan dibuang dari sisi kehidupan. Sebuah alarm alami, mengajarkan laku rendah hati karena tak ada kemuliaan abadi, sekaligus berarti bahwa kesombongan merupakan ironi pembawa kehinaan dan kekuasaan sewenang wenang potensial berdampak sisa keburukan yang tak berguna.

Ratik bukan hanya sisa benda tapi sisa makna.
Hundang yang mengaku ratik bukan sekedar kerendah hatian tapi sebuah pengakuan bahwa yang sempurna bisa kehilangan arti sehingga wajib dikelola dengan hati hati dan mawas diri. Jangan terlalu bangga karena dunia setiap saat bisa membuatmu menjadi ratik.

Ratik mempunyai guratan nasib sebagai objek penderita, diperlakukan rendah dan terabaikan, hingga menjadi kuat dan hilang status anxiety nya, tak cemas lagi akan status dirinya. Tidak ingin dipuja ataupun dipuji, diutamakan, duduk di depan, didahulukan dan diperhatikan.

Dilakoninya hidup dengan tegar,dengan menulis kalimat singkat, SESEKALI TERLIHAT TIDAK BERARTI TERLIBAT, KARENA INFO TIDAK AKAN MEMBUAT KEPO, DISAAT INFORMASI TAK LAGI DISERTAI KUASA EKSEKUSI, tentunya sambil tertawa sendiri sebab geli dalam hati.

Banjarmasin
13072025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini