Jerusalem adalah sepenggal tanah suci yang dimuliakan oleh segenap umat manusia beragama, jadi bisa berziarah ke tempat ini merupakan karunia Illahi robbi yang wajib disyukuri. Perjalanan spiritual merupakan perjalanan memperteguh keimanan, sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Anfal; (salah satu indikator) orang beriman adalah, apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya, dan bila dibacakan ayat Allah kepada mereka, maka bertambahlah keimanannya (Al Alfal; 2). Berzirah ke tempat suci situs peninggalan perjuangan para rasul Allah adalah perjalanan melihat tanda-tanda kebesaran Allah swt., maka melihat peninggalan jejak para rasul dapat meneguhkan keyakinan dan keimanan kita. Wallahu‘alam.
Oleh Tjipto Sumadi*
Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya’bana wa balighna Ramadhana.
Tidak ada sejengkal tanah pun di muka bumi ini, yang menjadi perebutan abadi oleh umat yang mensucikan tempat itu, yaitu Palestina, khususnya Jerusalem dengan Masjid Al Aqsha, Dome of The Rock (Qubbat al Sakhrah; Kubah Emas), dan sejumlah tempat di sekitarnya, yang disucikan oleh penganut tiga agama samawi itu. Tempat suci itu, terbagi menjadi tiga bagian yang digunakan untuk mengagungkan Sang Pencipta; Masjid Al Aqsho, Tembok Rapatapan, dan Gereja Makam Kudus. Ketiganya berada di dalam satu kompleks Masjid Al Aqsho.
Tulisan ini tidak akan menyajikan keagungan Masjid Al Aqsho secara lengkap, namun hanya menyampaikan secara terbatas, sepandangan dan sepengalaman penulis. Tulisan ini pun dibuat dalam rangka menyambut bulan Rajab. Itu sebabnya, tulisan ini dibuka dengan doa Rajab. Rajab adalah bulan pertanda keagungan dalam ajaran Islam. Di bulan inilah terjadi peristiwa luar biasa, yang diabadikan pada ayat pertama surat Al Isra’.
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat” (Al Isra’: 1).
Peristiwa Isra dan Mi’raj juga dimaknai sebagai ‘penghiburan’ untuk Rasul, karena beberapa waktu sebelumnya didera duka oleh sepeninggalan orang-orang tercinta di sekeliling beliau.
Tulisan bagian pertama ini, tidak membahas batu pijakan Rasul saat menuju Sidratul Munthaha, karena itu akan disinggung pada tulisan bagian kedua. Tulisan ini bercerita tentang pengalaman penulis memasuki kompleks Masjid Al Aqsho “Awal”, yang dibangun dan menjadi peninggalan Nabi Sulaiman. Lokasi masjid ini tidak terlihat jika kita berada pada pelataran Masjid Al Aqsha yang sekarang. Sebab, bagian masjid ini berada di sisi bawah bangunan masjid yang saat ini digunakan untuk menunaikan sholat berjamaah. Jika kita berada di antara Dome of The Rock (Qubbat al Sakhrah), dengan Masjid Al Aqso dan menghadap ke arah masjid, maka posisi situs peninggalan Nabi Sulaiman berada di bagian kiri jauh dari masjid. Di salah satu sudut masjid (yang sekarang digunakan untuk sholat berjamaah), terdapat pintu dan anak tangga menurun, lalu lorong menurun, dan terus menurun lalu berbelok, sesaat kemudian akan menemukan sebuah altar dan dua tiang besar dan menjulang tinggi. Menurut petugas yang merawat situs ini, altar dan kedua tiang ini merupakan karya Nabi Sulaiman, dan beliau pun wafat di antara kedua tiang tersebut. Masya Allah sebuah pemandangan yang luar biasa dan membuat merinding bulu di sekujur tubuh. Betapa tidak, ini adalah kali pertama melihat situs peninggalan Nabi Sulaiman, dan mungkin ini adalah kali yang terakhir, meskipun ini bukan ziarah pertama ke masjid yang diagungkan semua umat beragama di dunia ini.
Curiosity penulis pun terus bergejolak ingin tahu, seketika menanyakan, mengapa ada semacam lubang melingkar yang ditutup dengan bongkahan semen? Dengan tenang penjaga situs membuka dan memberitahukan, bahwa lubang itu adalah jalan pintas yang dibangun oleh kelompok orang tertentu untuk menuju tempat ini melalui sisi lain dari bangunan masjid tua karya Nabi Sulaiman. Lubang ini pernah diissuekan sebagai upaya untuk merobohkan Masjid Al Aqsho, tapi sesungguhnya lubang ini dibuat sebagai lorong jalan pintas untuk menuju tempat suci situs Nabi Sulaiman, itu sebabnya sekarang ditutup dan dijeruji.
Hikmah apa yang bisa dipetik dari tulisan ini, pertama Jerusalem adalah sepenggal tanah suci yang dimuliakan oleh segenap umat manusia beragama, jadi bisa berziarah ke tempat ini merupakan karunia Illahi robbi yang wajib disyukuri. Kedua, perjalanan spiritual merupakan perjalanan memperteguh keimanan, sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Anfal; (salah satu indikator) orang beriman adalah, apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya, dan bila dibacakan ayat Allah kepada mereka, maka bertambahlah keimanannya (Al Alfal; 2). Berzirah ke tempat suci situs peninggalan perjuangan para rasul Allah adalah perjalanan melihat tanda-tanda kebesaran Allah swt., maka melihat peninggalan jejak para rasul dapat meneguhkan keyakinan dan keimanan kita. Wallahu‘alam.
Semoga bermanfaat.
Salam Wisdom Indonesia
*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987
Dosen Universitas Negeri Jakarta
Keagungan Tuhan yg luar biasa. Amiin.