COVID: Single Attack Multi-effect (Dedikasi Buat Sahabat yang Pergi dan Tak Kembali)

COVID: Single Attack Multi-effect

(Dedikasi Buat Sahabat yang Pergi dan Tak Kembali)

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pandemik ini? Pertama, kita semua harus selalu waspada dan bersiaga setiap saat untuk melawan virus ini. Caranya dengan meningkatkan kekebalan tubuh menjaga kesehatan dan kebersihan, serta melakukan protokol kesehatan. Bukan Pengabaian. Kedua, berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, seraya memohon agar kita dijauhkan dari kejamnya virus yang menjadi pandemik. Caranya, berserah diri kepada Allah swt., seraya bermohon; Allaahumma inni’audzubika minal baroshi wal junuuni, wal judzaanmi wa syai il asyqoom; Ya Allah… aku berlindung kepadaMu dari penyakit yang merusak kulit, merusak pikiran, merusak persendian, dan keburukan dari segala penyakit yang menular. Semoga kita semua sehat selalu dan dalam perlindungan Allah swt., Tuhan Yang Mahakuasa. Wallahu’alam

Oleh Tjipto Sumadi*

SCNEWS.ID-JAKARTA. Tulisan ini didedikasikan untuk semua sahabat, sejawat dosen dan guru, serta segenap insan yang pernah mengalami ‘kejamnya’ Covid-19 dan merenggut jiwanya. Melihat kejamnya, dapat dinyatakan bahwa Covid bukanlah sahabat. Oleh karena itu, rasanya tidak bijak ungkapan yang menyatakan bahwa kita perlu “bersahabat dengan Covid”. Jika tidak dapat melawan Covid, sebaiknya kita tidak bersahabat dengannya. Menurut Penyitas (orang yang pernah terpapar Covid-19), justru Covid menyebar dari orang terdekat, orang tepercaya dan orang yang ada di sekitar kita. Serangan Covid yang menjadi pandemik ini telah mengakibatkan kerugian dan kengerian di banyak segi kehidupan, maka layak disebut sebagai serangan tunggal berakibat pada banyak hal (Single attack multieffect).

Tulisan ini, tidak bermaksud membahas substansi dan bentuk Covid, apalagi mengkaji covid secara akademik, sebab penulis tidak memiliki kompetensi di bidang ini. Tulisan ini hanya akan menyampaikan ungkapan kesedihan, betapa kejamnya virus ini. Virus ini menyerang tanpa pandang bulu, siapapun, kapanpun, dan di manapun dapat dengan mudah terpapar. Solusi pencegahannya hanya dengan menerapkan cara hidup bersih. Agama mengajarkannya, annadzofatu minal iman.  Tentu dengan terus-menerus menerapkan protokol kesehatan 3M, bahkan 5M dalam kehidupan sehari-hari. 5M itu adalah (1) memakai masker, (2) mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, (3) menjaga jarak, (4) menjauhi kerumunan, dan (5) membatasi mobilitas dan interaksi.

Bersyukur sejumlah sahabat yang terpapar Covid-19 dapat selamat dan kembali beraktivitas bersama, namun dari informasi yang beredar begitu banyak yang tidak kembali, bahkan satu sejawat kami pergi dan tak kembali. Semoga kepergian almarhum menjadi pelajaran buat kita, dan almarhum ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya.

Salah seorang tokoh dunia yang baru-baru ini terpapar covid dan tidak kembali adalah Antonio Viera Monteiro. Monteiro adalah seorang Presiden Direktur Bank Portugal merupakan salah seorang yang menjadi korban kekejaman covid. Monteiro adalah seorang milyarder yang memiliki segalanya, kaya raya, sehat, sejahtera, dan hidup tanpa kekurangan, Monteiro adalah satu dari tokoh mapan yang dapat dikategorikan bagian dari The high mass consumption, namun covid tidak memandang itu semua. Ini tergambarkan dari pernyataan putrinya yang menyentuh; “Kami keluarga kaya raya, tapi ayahku meninggal seorang diri, sulit bernafas seperti tercekik karena mencari sesuatu yang gratis dan tanpa biaya, yaitu udara. Sementara itu, harta yang dikumpulkannya ternyata tidak dapat membantunya, bahkan ditinggalkannya begitu saja”.

Peristiwa yang dialami Monteiro tentu bukanlah kejadian satu-satunya di dunia, karena jutaan lainnya pun mengalami hal serupa. Pandemi Corona-19 tengah mengubah perilaku manusia, terlepas dari mana ia berasal. Faktanya, dunia telah kehilangan banyak nyawa, dari orang yang tidak dikenal hingga tetangga, bahkan sangat mungkin saudara kita. Melihat dan mendengar pemandangan ini, tentu hanya ada satu hal yang dapat kita lakukan, berdoa dan mendoakan. Berdoa agar kita terselamatkan dari kejamnya pandemik, dan mendoakan agar semua yang telah berpulang karena pandemik dimuliakan pada kehidupan selanjutnya.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pandemik ini? Pertama, kita semua harus selalu waspada dan bersiaga setiap saat untuk melawan virus ini. Caranya dengan meningkatkan kekebalan tubuh menjaga kesehatan dan kebersihan, serta melakukan protokol kesehatan. Bukan Pengabaian. Kedua, berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, seraya memohon agar kita dijauhkan dari kejamnya virus yang menjadi pandemik. Caranya, berserah diri kepada Allah swt., seraya bermohon; Allaahumma inni’audzubika minal baroshi wal junuuni, wal judzaanmi wa syai il asyqoom; Ya Allah… aku berlindung kepada-Mu dari penyakit yang merusak kulit, merusak pikiran, merusak persendian, dan keburukan dari segala penyakit yang menular. Semoga kita semua sehat selalu dan dalam perlindungan Allah swt., Tuhan Yang Mahakuasa. Wallahu’alam.

Semoga bermanfaat.

Salam Wisdom Indonesia.

*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987

    Dosen Universitas Negeri Jakata

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini