SCNEWS – Tak terasa bulan suci ramadhan yang telah kita jalani, segera akan pergi meninggalkan kita. Apakah amal ibadah kita di bulan penuh berkah tahun ini sudah maksimal ? Atau justru kita telah menyia-nyiakan kesempatan untuk bertaubat, memperbanyak amal kebaikan di bulan yang dimana pahalanya berlipat-lipat ganda ini ? Semoga kita bisa memaksimalkan ibadah dan amal kebaikan lainnya di sisa bulan suci ramadhan ini dan dapat di pertemukan kembali dengan ramadhan tahun depan.
Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa, bulan penuh rahmat dan ampunan. Kita dilatih fisik dan hati, dibersihkan, diingatkan agar lebih sabar, lebih peka terhadap sekitar, ‘tepo seliro’ dan memperluas toleransi.Hikmah untuk diri selama masa pelatihan di kawah chandra dimuka nya bulan ramadhan adalah menjadikan jiwa dan pribadi yg lebih baik. Ini hanya berlaku bagi orang-orang yang memahami dan sungguh-sungguh memaknai ramadhan.
Agar proses pelatihan ibadah ini sempurna, maka kita harus “mengosongkan gelas” kehidupan kita. Ada banyak warna yg telah dijalani yang mengisi “gelas kita”. Banyak salah dosa selama perjalanan, karena manusia memang tempatnya salah. Maka membasuh dan mengosongkan gelas selama ramadhan menjadi jalan terbaik, dengan memohon ampunan pada Sang Maha Pengampun.
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”
Setelah memohon pengampunan, ramadhan juga menjadi latihan untuk terus menguatkan keimanan kita. Karena kualitas iman seseorang terkadang naik turun dan tidak konstan, terlebih jika dirundung musibah maupun kenikmatan. Adakalanya iman seseorang akan naik jika ditimpa musibah atau bencana namun terkadang banyak yang lemah. Demikian juga jika mendapat kenikmatan atau anugerah. Ada yang semakin bertambah imannya karena rasa syukur, namun tidak sedikit yang lupa. Karena itu untuk menjaga keimanan, kita meminta kekuatan pada Sang Maha, yang mampu membolak-balikan hati.
Manusia itu lemah, dan kekuatannya hanya akan terjaga jika selalu tersambung atau terkoneksi dengan Allah. Apa yang menjadi simbol kekuatan, kedigdayaan manusia di bumi ini, akan menjadi tidak berarti, saat Allah menunjukkan kuasaNya. Berbagai cobaan, ujian yang mendera, jika tidak kita jaga hati dan iman kita, maka yang terjadi kita akan terpuruk, terus menerus mengutuki yang terjadi.
Pandemi saat ini yang telah kita alami lebih dari setahun, membuktikan banyak hal. Semua terdampak, tidak membedakan status sosial, usia dan apapun yang menjadi pembeda selama ini, bahkan mereka yang berkelebihan secara materi, harus melakukan pola hidup sama dengan yang lainnya. Semua tidak berdaya untuk melawannya, semua patuh dan tunduk pada takdir yang ada.
Ramadhan akan usai, semoga apa yang telah terlatih selama ini, bisa memberikan kekuatan baru. Mungkin saja kita tetap dalam keadaan yang sama, tetapi dengan hikmah yang telah dicapai selama ramadhan, semoga bisa memberikan semangat berbeda dalam menjalankan kehidupan selanjutnya. Pastinya, kita tetap setiap saat menggantungkan harapan pada Allah, untuk menjaga keimanan kita, dan tidak meninggalkan kita saat kita di titik terlemah.
Ya Allah kuatkanlah iman kami Karena dengan kekuatan iman itulah kami bertahan Kami tidak bertahahan karena fisik kami yang kuat Kami tidak mampu bertahan karena uang kami yang banyak Kami bertahan dalam satu ujian jika iman kami kuat kepada Engkau Ya Allah Kuatkanlah iman kami Ya Allah Terutaman ketika kita merasa lemah, sendiri dan tidak berdaya Saat itulah dekap kami dengan kasih sayangMu Ya Allah Dekap kami dengan kasih sayangMu, sebagaimana Engkau mendekap Rasulullah SAW Pegang kami erat Ya Allah Ketika kami akan terjatuh Janganlah Engkau tinggalkan kami di saat-saat kami paling lemah Janganlah Engkau tinggalkan kami di saat kami gamang dan bingung Temani kami Ya Allah Beri kami petunjuk Ya Allah Genggamlah hati kami ketika dalam keadaan rapuh Ketika kami dalam keadaan galau Ketika kami dalam keadaan lemah (USTADZ HANAN ATTAKI)