AKU FISIK
“…diperlukan kesadaran yang kuat untuk memperhatikan aku fisik ini, ia layaknya satu satunya rumah bagi jiwa yang dititipkan atau diamanahkan Allah kepada kita untuk menjaganya, “rusaknya” rumah jiwa kita ini langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi “aku fikiran” dan “aku rohani” kita. Karena itulah kalau mau dengan tenang meningkat tangga menuju ke Cahaya Allah, maka bereskanlah dulu fisik kita agar sedapat mungkin tidak mengganggu dalam kita beribadah menuju Cahaya Illahi tersebut”.
Oleh : Syaifudin
SCNEWS,ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, ada kiriman sahabat kita Mas Tjioto Sumadi yang menggelitik fikiran saya, berupa ajakan untuk berolah raga menjaga kebugaran tubuh dengan memakai RUMUS 5/7 x 30. Jujur saya belum mengerti apa yang dimaksudkan dengan rumus tersebut, oleh karena itu saya tanyakan apa maksud dan penjelasan atas rumus itu. Beliau kemudian menjelaskan sebagai berikut “5 hari dalam 7 hari (seminggu) cukup dengan 30 menit saja, karena kesehatan jantung bukan bergantung pada keluarganya keringat dari tubuh, tetapi kesehatan jantung membutuhkan pergerakan tubuh aktivitas movement, sekurangnya 30 menit tanpa henti 5 hari dalam seminggu. Ini resume dari hasil konsultasi dengan 7 dokter”.
Dari penjelasan tersebut, barulah saya mengerti ternyata 5/7×30 tersebut adalah lima hari dalam satu minggu kita berolahraga dengan masing-masing durasi 30 menit. Suatu rumus sederhana tapi memerlukan kedisplinan kita untuk mewujudkannya, leh karena itu saya bertekad untuk memulai dan mengerjakannya. Namun ternyata fikiran dan perenungan saya terus mencari alasan yang kuat untuk menjustifikasi program olah raga dengan rumus tersebut, karena sebelumnya saya sudah menulis “aku fisik dan aku fikiran”.
Sahabat ! rumus ini sudah bisa dipastikan akan merujuk pada aku fisik, karena namanya juga olah raga, yang diolah adalah raga atau fisik, sehingga pertanyaan seberapa banyak waktu kita untuk memperhatikan aspek fisik kit aini dalam keseharian kehidupan patut menjadi pertanyaan, bukankah seluruh gerak memfungsikan fungsi fisik yang terwujud pada indera melihat, mendengar, meraba (bergerak), merasa dan mencium semuanya tertuju pada fisik, sehingga sesungguhnya fisik kita mesti dijaga.
Urgensi menjaga fisik dalam pandangan fisik yang utuh (holistic) berlanjut juga kepada asupan makanan yang ditujukan untuk menumbuhkan dan menjaga Kesehatan fisik, oleh karena “daya fisik” sangat ditentukan oleh “makanan” yang mencukup untuk tetap sehat tumbuhnya, maka perhatian terhadap gerak fisik juga wajib diiringi dengan jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang kita makan sesuai dengan usia perkembangan fisik kita. Dalam konteks inilah kita sadar betul, saat usia fisik sudah menua, maka metabolism tubuh sudah berubah, yang menyebabkan control terhadap jenis, jumlah dan kualitas sebagai keniscayaan, ada banyak “penyakit” sudah muncul pada usia tua karena kita kurang bisa mengontrolnya, maklum saat ekonomi membaik, maunya makan enak-enak he he he.
Pengetahuan atau pemahaman kita akan pentingnya dan manfaatnya olah raga yang rutin dan pentingnya menjaga asupan makanan yang sesuai dengan kadar ideal tubuh kita insyaallah sudah banyak kita pahami, namun yang menjadi masalah adalah implementasinya atau mewujudkannya dalam kenyataan, seperti juga layaknya aliran filsafat eksistensiaisme yang mengatakan segala sesuatu hanya akan mempunyai makna ataui mamfaat dalam kehidupan pada saat kita mewujudkannya dalam realitas, karena yang dilihat dan dipandang orang adalah realitas, bukan esinsenya, bahkan dikatakan yang di tanyakan oleh Allah nantinya di akhirat adalah bukan seberapa banyak pengetahuan kita, namun seberapa banyak pengamalannya.
Beranjak dari itulah diperlukan kesadaran yang kuat untuk memperhatikan aku fisik ini, ia layaknya satu satunya rumah bagi jiwa yang dititipkan atau diamanahkan kepada kita untuk menjaganya, “rusaknya” rumah jiwa kita ini langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi “aku fikiran” dan “aku rohani” kita. Karena itu kalau mau dengan tenang meningkat tangga menuju ke Cahaya Allah, maka bereskanlah dulu fisik kita agar sedapat mungkin tidak mengganggu kita dalam beribadah menuju Cahaya Ilahi tersebut.
Salam secangkir kopi seribu inspirasi.