
AYAHANDA
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Ayahanda seorang yang sangat pendiam dan ibunda adalah juru bicaranya, juru bicara yang setia dan takut kehilangannya, sehingga akan menyampaikan pesan kata demi kata, seperti yang dikehendaki ayahanda.
Diamnya bak Nyepi, merayakan setiap bahagia keluarganya dengan diam, bukan hanya tidak bicara tapi juga tak bertindak jika tak berguna, hemat yang sederhana tak sedikitpun ada pelit didalamnya, karena nyata untuk yang berguna bagi semua anandanya, ayahanda akan berani keluarkan berapapun juga.
Diam adalah penyelarasan diri terhadap alam, dengan membiarkannya tanpa paksaan atau perlawanan, sehingga akhirnya menjadi solusi karena dapat menciptakan ruang peredaman emosi, sekaligus pencegah eskalasi sehingga konflik selesai sendiri.
Dengan diam, kelelahan akibat rutinitas kendali nafsu, tak diperlukan lagi dan energi yang ada bisa digunakan untuk melayani sesama maupun lingkungan, agar tercipta harmoni, yang damai dan sejahtera. Baginya, hakekat hidup adalah saling melayani.
Melayani adalah membuat rasa menyenangkan berada dalam ketentuan alam, artinya harmonis dalam kebenaran dan kebaikan. Terselip pesan amat penting, bahwa tujuan kehidupan adalah bahagia. Untuk bahagia selayaknya mempunyai kejernihan hati dan jiwa, yang bisa didapat kan perlahan dengan diam.
Baginya diam adalah momentum kontemplasi sekaligus introspeksi dan penjernihan jiwa agar semua terlihat jelas, terang dan seksama. Obat sangat ampuh bagi nurani, karena membantu mengamati gerakan halus alam semesta secara lebih seksama, menumbuhkan ketenangan dan kejujuran diri, sehingga segala resolusi secara perlahan muncul di hidupnya.
Amatan pada gerak halus alam semesta adalah proses belajar paripurna, bukan hanya tentang baik dan benar tapi juga dari hikmah buruk dan kesalahan sehingga bisa mewaspadai manusia karena manusia bisa menjadi binatang terjahat sekaligus paling berbahaya di dunia. Waspada bukan berarti bercuriga.
Jika sudah punya kewaspadaan tanpa curiga, mulailah boleh tidak diam, berbicara sekaligus bercengkerama dengan godaan dunia, masuk dalam pusaran intinya, secara sengaja, dengan berbekal kendali diri, hingga tidak larut dalam nikmatnya, tetapi tidak dibuat mabuk olehnya. Berkomunikasi untuk diimunisasi sampai timbul kebal diri.
Jika muncul kebal diri, godaan tak ada lagi dan hanya ada kehendak diri, berpotensi mengikuti suara hati dengan mandiri berserah pada nurani dan tidak pada opini. Tak ada gunanya dihargai, apalagi hanya oleh penjahat semata, sehingga hendaknya tetap pada dirimu saja, pada prinsip, nilai hidupmu.
Kebal diri dan ketetapan nurani, memunculkan potensi damai dan bahagia. Ayahanda adalah Nyepi dan ibunda adalah tafsir yang membuat jadi punya arti, tidak hanya menjadi tontonan sepi untuk uang semata, seperti yang tercuriga terjadi di hari belakangan ini.
Banjarmasin
30032025