BERSIH DAN RAPI
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! suasana menjelang bulan Ramadhan sangat terasa, terlebi saat pertengahan bulan syaban yang baru lewat, umumnya masyarakat Muslim di Banua Kalimantan Selatan melakukan puasa sunat yang disebut Puasa Nisfu Syaban, disamping itu di smart phone kita juga diberbagai flatform aplikasi bermunculan ucapan permintaan maaf dalam rangka menghadapi bulan Ramadhan tersebut. Seiring dengan hal tersebut, terdapat tradisi “bersih-bersih” rumah, pekarangan, tempat ibadah dan sejumlah persiapan lainnya seperti menutup warung makan atau tidak berjualan makanan lagi yang semuanya ditujukan untuk menyambut bulan Ramadan dimana kita akan melaksanakan ibadah Puasa. Suasana seperti inilah, yang menginspirasi saya untuk menceritakan tentang “bersih dan rapi” menjelang Ramadhan.
Kegiatan bersih-bersih mempunyai makna yang dalam, manakala dikaitkan dengan kebersihan diri kita sebagai manusia, ia tidak sekedar kegiatan membersihkan diri secara fisik, melainkan juga membersihkan seluruh bekerjanya fungsi fisik tersebut, yang selanjutnya merambah kepada kebersihan fikiran dan hati. Oleh karena itu kegiatan bersih-bersih disamping sebagai kegiatan persiapan, ia juga sebagai bagian dari perencanan kegiatan ibadah pada bulan ramadhan nantinya.
Membersihakn fisik diri dan lingkungan relatif mudah untuk dilakukan, karena hasilnya akan terlihat jelas dan menjadikannya tertata rapi serta indah, tinggal bagaimana kita membiasakan untuk hidup bersih dan rapi sebagai suatu kebiasaan dalam hidup keseharian kita. Saya sangat suka berada pada tempat yang bersih dan rapi, karena itu kalau sedang berada pada tempat bersih dan rapi ini akan membawa suasana yang nyaman pada diri, sehingga sebaliknya akan membuat fikiran kusut kalau sedang berada pada tempat yang korot dan tidak tertata. Dari sinilah kemudian ada kebiasaan saya yang otomatis “bergerak” untuk membersihkan dan atau merapikan keadaan-keadaan yang berantakan, seperti merapikan kursi saat selesai meeting, membersihkan dan menata perabotan dan kendaraan, memungut sampah yang dibuang sembarangan, merapikan tanaman dan lain-lain. Ada semacam keasyikan bagi diri saya, walaupun terkadang sebagian orang menaggapinya “krang pantas’ saya lakukan sendiri, lantaran bisa saja memerintah orang lain untuk melakukan hal tersebut.
Membersihkan fungsi fisik bagi diri saya terasa lebih berat, karena yang aktivitasnya bukan yang psikal, melainkan “menahan dan mengarahkan” fungsi fisik kepada hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti menahan dan mengarahkan bicara, memandang, mendengar dan bergerak pada sesuatu yang “halal” atau membawa kebaikan dalam hidup. Bukankan ini sangat sulit, terlebih kondisi sosial kita yang sering memancing untuk kita “bebas” mengeluarkan kata, meliarkan pandangn, memuaskan pendengaran dan bergerak pada tempat-tempat yang membawa pada maksiat. Oleh karena itu menjelang ramadhan ini membersihkan fungsi fisik bernilai strategis agar siap memasuksi bulan puasa agar nantinya puasa kita nanti menjadi bernilai atau tidak sia-sia.
Membersihkan fikiran adalah phase berikutnya yang juga harus kita lakukan menjelang bulan Ramadhan ini, karena fikiran ini sangat mempengaruhi kehidupan keseharian kita, bermula dari fikiran inilah kita melakukan sejumlah aktiviats atau perbuatan ataupun merespon berbagai kejadian dalam kehidupan. Oleh karena itu kejernihan fikiran akan menentukan kualitas kehidupan kita, baik dari sisi kebahagiaan dan kedamaian, akan tetapi juga dari sisi keselamatan kehidupan kita sendiri. Akivitas membersihkan fikiran sesungguhnya mengisi fikiran dengan hal-hal yang bersifat positif, yang terakselari dengan kita mengeliminir fikiran-fikiran negatif, oleh karena itu secara rational, fikiran positif akan tumbuh pada saat kita mampu mengenyamping sisi negatif saat menghadapi kondisi apapun dalam kehidupan, dalam kerangka inilah fikiran akan dibawa kepada pengambilan “hikmah” atas suatu peristewa yang terjadi. Kemampuan mengambil hikmah adalah proses berfikir positif untuk mendapatkan hasil yang positif, serta mampu melihat dan menalar yang poisitif, ketimbang menyesali keksesalan aspek negatif pada suatu peristewa yang sudah terjadi. Bulan Ramadhan akan terasa “manis” saat fikiran kita bersih atau jernih.
Selanjutnya yang banyak menjadi sorotan ahli hikmah adalam “kebersihan hati”, sebagai suatu isue sentral dalam kehidupan, seperti yang sering disebutkan, kalau fikiran sebagai Panglima, maka hati sesungguhnya adalah Raja. Oleh karena itu posisinya menjadi menjadi sangat sentral terlebih ialah yang akan menyambungkan pada kebersihan ruh untuk bisa tidaknya menerima “cahaya” Rabb dalam kehidupan kita sebagai tempat dariNya kita berada dan kepadaNya kita akan kembali. Insyaallah akan kita tulis tersendiri untuk kebersihan hati ini.
Sahabat ! bersih dan rapi pada fisik, fungsi fisik dan fikiran saja akan membawa perencanaan yang berkualitas pada Ramadhan yang akan kita masuki, semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk memasukinya.
Salam secangkir kopi seribusatu inspirasi.