SC-NEWS.ID-dutatv.com- Banjarmasin. Tidak ada satu definisi yang tunggal dalam menafsirkan atau memandang suatu apapun dalam kehidupan ini, kecuali kalau kita bicara tentang KETUHANAN, oleh karena itu sepanjang menilai sesuatu benda, fakta dan gejala dalam kehidupan kita ini, maka akan terjadi pemaknaan yang berbeda.
Prinsip “Oposisi binary” menunjukan adanya suatu keberagaman memaknai sesuatu, artinya ada variable yang dimaknai sebagai objek dan variable yang memaknai (subjek), hubungan antara yang memaknai dan yang dimaknai ini terdapat hubungan yang relative atau hubungan yang tidak pasti.
Adanya keberduaan atau lebih pemaknaan dari suatu objek yang dimaknai ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang berbeda, pengetahuan, pemahaman dan penghayatan yang berbeda, atau pengalaman kehidupan yang berbeda dari setiap orang, termasuk tujuan atau niat yang berbeda saat memberikan makna tersebut.
Jangankan hal-hal yang kita anggap serius, sebuah senyuman saja, kita bisa memaknainya berbeda, ada yang memaknai senyum itu sebagai isyarat orang simpatik kepadanya, ada yang memaknai jatuh cinta, ada yang memaknai sebagai keakraban, ada yang memaknai sinis dan seterusnya. Sekali lagi tergantung kondisi objektif dan perspektif orang yang memaknai senyuman tersebut.
Sebuah kondisi yang logis manakala dipasangkan kata “sangka” pada kondisi yang diciptakan oleh relativisme “binary” pada sebuah makna yang menyangkut suatu peristewa yang terjadi pada orang lain dan atau yang kita alami sendiri, apakah itu kita pandang bermakna kebaikan sebagai sangka baik atau sebaliknya bermakna buruk sebagai sangka buruk.
Suatu peristewa yang terjadi itu sendiri pada dasarnya berada pada posisi “netral” yang bisa disangkakan baik dan juga bisa disangkakan buruk. Oleh karena itu kemana sangka itu di arahkan, maka kesanalah yang akan menentukan apakah bersifat baik atau sebaliknya buruk.
Sesederhana itu sebenarnya kedua kutub sangka baik dan sangka buruk itu ini berpadu padan dalam sebuah pertarungan dalam diri kita. Tidaklah berlebihan kalau diumpamakan anda mempunyai dua ekor ayam jago yang berwarna putih dan yang berwarna hitam, lantas kemudian kedua ayam ini bertarung, lantas ayam jago yang mana yang akan menang dalam sebuah pertarungan itu.
Pertanyaan ayam jago yang mana yang akan menang, jawabannya dikembalikan pada sang pemilik ayam jago tersebut, yaitu ayam jago mana yang dikasih makan dan dipelihara dengan baik oleh sang pemilik ayam tersebut. Artinya dalam pertarungan sangka baik dan sangka buruk dalam diri kita akan terus terjadi, dan uniknya mana yang akan menang tergantung mana yang kita kasih “gizi” pada kedua kekuatan itu.
Dengan demikian apakah sangka baik atau sangka buruk yang sering menjadi pilhan anda dalam melihat, menilai atau memaknai suatu fakta, peristewa dan atau kejadian yang menimpa anda atau orang lain, adalah tergantung mana yang anda pelihara dalam diri anda.
Adalah bijak kalau kita memelihara sangka baik, dengan cara melihat sisi substansial atau sisi dalam dari sebuah fenomena tersebut, sehingga anda bisa memahami apa yang sesungguhnya terjadi agar tidak sekedar memasang sangka pada fenomena tersebut.
Secara spiritual, sangka baik kepada Yang Maha Kuasa adalah kunci mendapatkan kebahagiaan dan khusnul khotimah dalam kehidupan, karena kita ini adalah hamba yang berserah total kepadaNya.
Dalam renungan akhir tahun 2020 dan tahun baru 2021 ini, sangka baik terhadap pandemic covid 19 ini termasuk kunci meraih kenormalan yang lebih baik (better normal), karena semua dan pasti ada hikmahnya.
Salam Wisdom Spritual.