CINTA DI ERA METAVERSE (SERI OPINI IBG DHARMA PUTRA)

CINTA DI ERA METAVERSE
Oleh : IBG Dharma Putra

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Dunia digital adalah metaverse, yang sangat menyilaukan kehidupan, secara bebas dapat dimaknai sebagai melamun, menuju ke alam mimpi, nyata dalam fana dan tentu saja bisa tampak seperti keinginan walau sulit diketahui hakekat kebenarannya. Sebuah dunia yang mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, harus dihadapi karena memang sudah berada di depan mata kita.

Bagi generasi digital, beradaptasi secara fisik dengan berbagai sarana prasarana digital bukanlah masalah yang terlalu sulit tetapi tidak demikian halnya dengan generasi yang lahir sebelum peralatan canggih itu tercipta. Kenyataan tersebut, terlihat jelas pada saat kedua generasi harus berhadapan dengan salah satu sarana terpopuler di era meraverse yaitu gadget. Anak kelas tiga sekolah dasar akan bisa dengan mudah menjalankan semua vitur yang ada di gadgetnya hanya dalam hitungan jam, sementara kakeknya harus belajar berbulan bulan dengan menyisakan beberapa vitur tak tergunakan sampai si kakek meninggal dunia.

Adaptasi dalam penggunaan sarana digital, sangat mungkin berbeda, tetapi mungkin tak seperti itu halnya jika dilihat dari kewaspadaan terhadap dampak buruknya. Dampak buruk munculnya fenomena paska kebenaran yang semakin mewarnai zaman seharusnya dilawan dengan meluaskan literasi, terutama membaca. Dan naga naganya, kegiatan itu telah terpinggirkan karena waktu dihabiskan bermain game. Kondisi yang jika dibiarkan akan menyudutkan manusia di pojok ring kekalahan telaknya.

Tulisan ini, tak ingin ngomong tentang potensi kekalahan dan kehancuran masa depan, tapi memilih untuk tetap bahagia, untuk tetap bisa saling mencinta di era metaverse yang sangat misterius ini. Untuk saling mencinta maka cinta harus didudukkan pada era ini. Konsep cinta dibumikan di alam lamunan agar ujungnya tetap mengarah pada membahagiakan yang nyata, lahir batin serta dunia akhirat. Saya sarankan berhenti membacanya, bagi yang tak percaya lamunan cinta.

Sejarah cinta dialam nyata, dimulai dengan perjumpaan, bisa spontan, bisa direkayasa, bisa karena berbagai macam alasan, baik yang logis maupun yang tidak masuk akal sampai akhirnya menyatu sehidup semati dalam harmoni kasih yang berkeadilan. Bahagia dalam kebenaran Tuhan. Pentahapan sistematiknya dapat diringkas sebagai berikut,
1. Berjumpa dan saling mengenal. 2. Perasaan nikmat, nyaman kalau sedang bersama disertai keasyikan jika sedang melakukan kegiatan bersama. 3. Muncul ketulusan, keikhlasan serta kerelaan berkorban pada satu dengan yang lain yang berujung pada timbulnya saling kasih dan menyayangi dengan penuh kepedulian.
4. Menyusul saling percaya yang menimbulkan kepasrahan dengan kepedulian tanpa curiga dan kecemburuan dalam mengikuti takdir. Semua prasangka buruk, iri hati, dengki, dendam mulai hilang dari kehidupan kebersamaan mereka. 5. Penyatuan diri karena sadar sumbernya sama, kesadaran sebagai belahan jiwa sehingga timbul keadilan bersikap serta sangat melayani.

Marilah membawa kenyataan yang berbau lamunan diatas ke era alam lamunan yang sebenarnya benarnya, yang disebut sebagai era metaverse, dalam perjumpaan online dengan semua emoticon yang belum mungkin mengungkap rasa yang sesungguhnya. Risiko kebohongan menyertai persuaan itu, sehingga sejarah percintaan itu, wajib dibekali dengan kewaspadaan maha tinggi, yang akan didapat melalui pembiasaan keterbukaan komunikasi didalam keluarga inti. Marilah membuat komunikasi yang menyejukkan, mencerahkan dalam keluarga, dengan guyonan ringan yang tidak menghakimi.

Berlanjut pada keasyikan melamun bersama, yang mungkin akan menjerumuskan karena tidak terjaminnya kebenaran identitas digital. Dalam kondisi begini, komunikasi yang sudah terbuka akan lebih mudah mengarah kepada pendampingan orang tua bagi keasyikan anak anaknya. Buatlah anak merasa lebih senang didampingi karena memang terbukti lebih mengasyikkan dan jangan lupa, menanamkan prinsip, ragu ragu sebaiknya kembali.

Ditahap tahap selanjutnya, dilakukan prinsip yang sama, kewaspadaan, pendampingan, keterbukaan, wajib dilakukan dengan amat halus, sehingga tidak terasa sebagai sebuah intervensi, yang menyinggung eksistensi kemanusiaan dari anggota keluarga yang sedang bercinta. Jika semuanya berjalan baik, sampai tibanya saat persuaan yang lebih nyata, maka perjalanan cinta itu, berpotensi untuk berakhir bahagia.

Dengan catatan akhir bahwa misteri cinta itu sangat mirip lamunan dan akan jadi semakin misterius, jika dilamunkan di era lamunan, sehingga disarankan untuk tidak sungguh sungguh dipercaya, karena nyatanya hanya berupa lamunan di era lamunan dari orang yang suka melamun. Dan lamunan ini, saya akhiri saja.

Banjarmasin
23062022.

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini