“CINTA YANG MEMOTIVASI PERUBAHAN” (SERI PAHIT MANISNYA KEHIDUPAN DALAM SECANGKIR KOPI BAGIAN 12)
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pesona gadis muda di Kota Serambi Mekah nenyinarkan keindahan fisik dan aura “inner beauty” cahayanya tak mampu ditolak oleh Darel, layaknya vitamin kehidupan yang membangkitkan semangat hidupnya. Semangat hidup untuk berubah dan bangkit pada kehidupan yang lebih baik, karena ada semacam perasaan tidak sepadan untuk mendekati Sang Gadis dalam kondisi kehidupannya saat itu. Perasaan tidak sepadan ini dapat dikatakan semacam “rendah diri” untuk menyatakan cintanya karena terdapat sekat social yang berbeda status social dan ekonominya, oleh karena itu berjuta pertimbangan yang mengkristal dalam perasaan keraguan “apakah ia berani dan pantas untuk menjadi kekasih sang gadis tersebut”.
Disinilah bermula “pergelutan” perasaan Darel terhadap lawan jenisnya yang menurut beberapa kajian psikologis pada usia remaja ini secara umum terdapat libido “seksual” yang begitu besar dan mesti diarahkan ke hal-hal yang positif, mengarahkan energy libido seksual kearah yang positif dengan jalan mensublimasi energi sek (ketertarikan dengan lawan jenis) kepada kegiatan lain sebagai penyalurannya, baik itu kegiatan fisik seperti olah raga, termasuk kegiatan berfikir dan mengkaji ilmu keagamaan. Energy yang besar saat muda inilah bukan berarti ia meniadakan ketertarikan kepada lawan jenisnya, akan tetapi ketertarikan itu justeru dijadikan motivasi untuk belajar segala yang diyakininya dapat merubah kehidupan sosialnya saat itu dalam menggapai dan menatap masa depan.
Dengan demikian ada semacam perasaan “rendah diri” ini sesungguhnya bisa bernilai positif kalau kemudian hal tersebut memacu dirinya untuk berubah. Akibatnya sadar atau tidak sosok Remaja Sekolahan Darel berubah wujud kepada sikap kegigihan dalam belajar, membaca banyak buku, aktif berdiskusi dan menanyakan kepada guru, bahkan beberapa orang tua yang dianggapnya berilmu ia jadikan guru di luar guru sekolahnya, akibatnya tidak Heran Darel tumbuh menjadi seorang remaja yang dikenal pintar dan cerdas dikalangan teman-temannya dan nilai komulatif pelajarannyapun selalu menduduki ranking pertama di kelasnya.
Darel sendiri merasa iq nya biasa-biasa saja, namun kesadaran bahwa iq nya biasa itulah yang kemudian menjadi dasar strategi dalam belajar, ada istilah yang selalu dikenangnya dalam bejalar, yaitu “be yours self” atau “kenalilah dirimu sendiri”, maka saat ia mengenali tingkat iq nya sebenarnya rata-rata saja, maka ia harus berusaha keras untuk belajar dan membaca lebih rajin dan sering, artinya saat ia mengetahui hanya dengan sekali membaca ia belum mampu mencerna dan mengingat hasil bacaannya, maka ia kemudian mengulang-ngulang materi yang dicanya tersebut, sampai kemudian ia bisa memahami dan mengingatnya. Tak Heran sepertinya ia mampu melahap pelajaran dengan mudah, tapi sesungguhnya teman-temannya tidak tahu bahwa hampir setiap malam dan subuh dini hari ia belajar, hal ini tentu berbeda dengan kebanyakan teman-temannya yang banyak bermain ketimbang belajar, dan baru belajar saat mau menghadapi ujian, sehingga mereka merasa tidak siap kalau menghadapi ujian pelajaran tersebut.
Saat-saat ujian mata pelajaran sekolah, semua teman-temannya sibuk belajar atau bahkan sampai begadang, tapi berbeda dengan Darel yang sudah belajar setiap hari menjadi “habit” atau kebiasaannya, maka ia terlihat santai aja dalam menghadapi ujian sekolah itu, baik untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan. Kondisi inilah yang menjadikan Darel menjadi sosok rebutan teman-temannya bertanya dan menculiknya saat belajar bersama menjelang ujian tersebut, termasuk kemungkinan kalau bisa duduknya di atur berdekatan dengan Darel.
Sejak memiliki cap atau label “pintar” inilah Darel mulai muncul keberaniannya menunjukan eksistensi diri sebagai sosok remaja putera yang patut diperhitungkan oleh teman-temannya yang lain saat berebut simpati gadis-gadis sekolah yang menjadi bintang di sekolahnya itu. Pernah suatu hari Guru Bahasa Inggrisnya setelah berdiskusi dan mengerjakan tugas kelasnya berucap sambal berkelakar didepan kelas “Hayoo para siswi siapa yang tidak tertarik dengan Darel “, “andaikan aku punya anak perempuan, aku akan jodohkan dengan Darel ini” yang membuat Darel tersipu malu dihadapan teman-temannya.
Begitulah Darel yang secara perlahan tumbuh kepercayaan dirinya untuk mendekati sang Gadis pujaan yang menjadi bintang disekolahnya, tentu setiap dengan caranya sendiri sendiri dalam melakukan “pendekatan” ada dengan modal dan atau memamerkan symbol kekayaan pada gadis ini, namun dalam hati Darel, aku justeru bermodal kuat akan membawa symbol kebahagiaan untuk masa depan. Darel mau merubah pendapat bahwa “remaja itu adalah kemiskinan masa kini dan perjudian nasib dimasa depan”, menjadi remaja itu potensi yang berproses saat kini dan meraih kesuksesan dimasa depan”. Sedangkan mereka yang mendekati (Pedekati) dengan symbol kekayaan itu sebenarnya tak lebih dari hasil dari kekayaan orang tuanya yang bukan dari hasil perjuangannya sendiri, oleh karena itu kalau ditanya siapa kamu, maka ia menjawab aku adalah anak …. Yang tentu membanggakan staus social orang tuanya, sedangkan Darel berprinsip aku adalah aku dalam menggapai dan meraih apa yang dimilikinya dan lihatlah aku apa adanya. Hal ini tentu bukan berarti Darel malu dengan status social orang tuanya, akan tetapi lebih menunjukan bahwa yang patut dibanggakan itu adalah hasil perjuangan sendiri, bukan membanggakan hasil yang bukan dari hasil perjuangannya sendiri.
Dengan kondisi kesadaran di atas Darel tahu betul dirinya mulai diperhitungkan secara terbatas oleh gadis yang berfikir tidak materialistis, oleh karena itu terdapat perbedaan dengan kawan-kawannya yang hight class seperti Hendra yang ngepop dan negtop lewat penampilannya yang parlente. Hidup dijaman glamour dan hedonis membuat parameter kesuksesan dan gengsi hidup seseorang diukur dengan materi, dan penghormatan orangpun diukur dari kemewahan rumahnya, merek mobil yang dipakainya, brand sepatu dan pakaiannya, yang awal-awalnya menjadikan Darel berfikir seribu kali saat mau maju ikut bersaing mendapatkan simpati dari para gadis yang menjadi bintang sekolah.
Sudah menjadi hukum alam, ditengah tengah persaingan memamerkan symbol-simbol kekayaan tersebut, terdapat juga sebagian kecil adanya Kelompok gadis bintang yang berfikir tidak materialistic di sekolah tersebut. Dan kelompok inilah yang menyukai dan bersimpati pada Darel yang sangat sederhana, penampilan “kolot” tapi enak diajak bicara, bisa membangkitkan semangat serta pandai memilih kata yang mendamaikan hati dalam pergaulan, dan mereka inilah semacam memberi sinyal ketertarikannya pada Darel, oleh karena itu sebenarnya Darelpun termasuk yang di idolakan oleh sebagian Gadis disekolahnya.
Aneh memang ditengah-tengah posisinya yang disenangi sebagian gadis cantik itupun masih terdapat keraguan untuk mendekati dan menyatakan cintanya pada gadis yang telah meruntuhkan hatinya tersebut, lantas siapakah sebenarnya sosok gadis yang meruntuhkan hati Darel dimasa lalunya ini ? … (Bersambung)