CONSCIOUSNESS: Kesadaran
“Consciousness merupakan konsepsi kesadaran diri seseorang dalam menempatkan dirinya, sesuai dengan kapasitasnya. Seseorang yang memiliki consciousness yang baik, tidak akan memiliki keinginan untuk meraih segalanya, tetapi menerima “ketentuan” yang dianugerahkan kepadanya”.
Tjipto Sumadi
SCNEWS.ID-JAKARTA. Ketika dunia ini diciptakan, keraguan malaikat terhadap perilaku manusia, memang terbukti. Bukankah manusia suka berseteru dan melakukan pertumpahan darah? Ternyata, pertanyaan malaikat itu, saat tulisan ini dibuat, amat terasa. Fakta dan relasi dari pertanyaan malaikat itu, terbukti melalui peristiwa yang terjadi di belahan Eropa Timur. Iya tepat…, peperangan antara Rusia dengan Ukraina. Ketika tulisan ini diluncurkan, peperangan itu sudah melaju di hari ke 152. Untuk melihat dahsyatnya pertumpahan darah tersebut, setiap saat dapat disaksikan di media sosial yang beredar secara luas di masyarakat.
Di manakah letak relasi antara persitiwa perang Rusia vs Ukraina dengan judul tulisan di atas? Secara definitif, consciousness atau kesadaran dimaknai sebagai suatu pemahaman seseorang terhadap apa yang terjadi di sekitar kehidupannya dan ia mengerti pula pada posisi apa dirinya berada. Meskipun konsepsi consciousness sempat menjadi perdebatan di awal abad 20, namun seiring berjalannya waktu, consciousness menjadi konsepsi yang menarik. Para penganut behaviorisme menganggap fenomena perkembangan kajian terhadap consciousness menjadi penting dan strategis di abad ini.
Consciousness merupakan konsepsi kesadaran diri seseorang dalam menempatkan dirinya, sesuai dengan kapasitasnya. Seseorang yang memiliki consciousness yang baik, tidak akan memiliki keinginan untuk meraih segalanya, tetapi menerima “ketentuan” yang dianugerahkan kepadanya. Sebaliknya, seseorang dengan sense of consciousness yang mapan, akan menolak ketidak-adilan yang terjadi di sekitarnya. Seseorang yang memiliki consciousness tinggi, adalah bagian dari tipe masyarakat descriptive – analytic (menurut Monte Palmer: dalam Dilemmas of Political Underdevelopment Countries) atau tipe High Mass Consumption (kata W.W. Rostow; dalam The Stages of Economic Growth) atau seseorang yang telah memasuki puncaknya dari teori Abraham Maslow, Self-Actualization, (dalam teori hirarkies kebutuhan manusia) atau bahkan seseorang yang telah memasuki kategori Personal Integrity menurut Erik Erikson (dalam Stages of Development Psychology).
Dengan demikian, andai…. sekali lagi andai, di antara para pemimpin Ukraina dan Rusia lebih mengutamakan consciousness sebagai negarawan, dan bukan mengedepankan sense of egoism masing-masing, maka kecil kemungkinan perang akan terjadi. But it happens… jadi kita hanya dapat berdoa, semoga perang itu segera usai dan dunia kembali menjadi damai.
Dalam perspektif religi, consciousness dapat dimaknai sebagai optimalisasi kompetensi diri dalam memanfaatkan kondisi yang ada terhadap situasi yang terjadi. Dalam hadits diuraikan: jagalah lima keadaan yang terbaik sebelum datang lima ketidaknyamanan yang tidak diinginkan. Kelima keadaan itu adalah masa Muda sebelum Tua, selagi Kaya sebelum Miskin, saat Luang sebelum Sempit, kondisi Sehat sebelum Sakit menggerogoti, dan kala Hidup sebelum datangnya Kematian.
Sesungguhnya Consciousness ada pada setiap insan ciptaan Tuhan. Consciousness akan terlihat pada pribadi yang matang, pribadi yang tak tergoyahkan oleh godaan, pribadi yang mampu menempatkan diri dalam situasi yang pas, dan pribadi yang menjadi fokus keteladanan bagi lingkungannya.
Semoga Bermanfaat.
*) Mahasiswa Teladan Nasional 1987
*) Dosen Universitas Negeri Jakarta
Tulisan hari ini menginspirasi diri bahwa kesadaran dan kepedulian kita atau saya dapat kita Terima dan laksanakan dg berdasar kemampuan dan kebutuhan kita sehingga kita dapat menikmati apa yg ada pada diri saya, mensyukurinya dan manfaat buat sekelilingnya, saya percaya kebahagiann itu terwujud dan keluarnya aura baik yg menyegarkan sekitarnya. Trmks Pak Cip untuk artikelnya hari ini.