DEMONSTRASI DOSEN DAN MEMPERJUANGKAN HAK (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

DEMONSTRASI DOSEN DAN MEMPERJUANGKAN HAK

Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pada minggu ini ada diskusi yang menarik yang dilontarkan oleh dr.Muhamad Isa tentang “Pantaskan Dosen Menuntut Tukin” yang menyoroti adanya demontrasi kelompok Dosen yang memperjuangkan hak Tunjangan Kinerja yang belum diberlakukan di Kementrian atau Instansinya. Tentu berbagai tanggapan muncul karena di Group SKSI (Secangkir Kopi Seribu Inspirasi) terdapat para Dosen, baik itu yang berstatus aktif PNS dengan NIDN maupun yang aktif non PNS dengan NIDK.

Pada awalnya saya memberikan komentar bahwa “Kondisi Dosen kita sangat beragam, apalagi dilihat dari sisi keilmuan, ekonomi dan kearifannya. Perguruan Tinggi dibawah Kemenag sudah menerapkan Tukin, sementara dibawah Dikti (Kemendikbud) belum menerapkannya. Ada dosen yang mempunyai penghasilan diluar dari gaji Dosen, baik itu sebagai peneliti ataupun juga sebagai profesional, dan juga “berusaha” baik itu jasa ataupun dunia usaha. Ada yang niatnya semata mengabdi, ada juga yang niatnya adanya penghargaan. Terlepas dari semua itu adanya perjuangan kolega dosen yang demo, bisa saja kita maknai sebagai upaya mencari keadilan atas penghasilan sebagai PNS”.

Komentar saya dilandasi oleh pengalaman menjadi dosen PNS dari tahun 1998 sd 2017 (Pensiun Dini), yang kalau diperhatikan  dari sisi penghasilan menjadi dosen saat itu “relatif” kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun dalam posisi saya saat itu lebih beruntung dikarenakan menjalani profesi tambahan sebagai konsultan hukum di Perusahaan yang pendapatannya  lebih tinggi dari pendapatan gaji Dosen PNS jabatan fungsional Lektor Kepala. Dan saat beban dosen bertambah dengan berbagai peraturan yang sifatnya kewajiban administratif dan penentuan beban kerja dosen (BKD), maka saya memilih untuk Pensiun sebagai PNS dan tetap menjalani profesi sebagai Dosen dengan status Luar Biasa (sekarang disebut Dosen dengan NIDK) dan secara ekonomi hidup dari profesi Konsultan Hukum di perusahaan.

Dari pengalaman ini, saya sangat memahami kalau adaya demonstrasi menuntut pemberlakuan ketentuan TUKIN itu pada Dosen di KEMENDIKTI yang mendedikasikan dirinya untuk seutuhnya menjadi seorang Dosen, lantaran tuntutan profesional dan kebutuhan hidup dan keluarganya sekarang ini.

Dalam kerangka melihat  masalah “demonstrasi” itu dari sisi wisdom, maka saya juga berkomentar dengan sebuah cerita yang terjadi antara Imam Malik dengan Imam Syafi’i, yaitu :

Bagi  Dosen yang tidak ikut demonstrasi, maka ia harus sungguh-sungguh mengajar dan mengabdikan dirinya untuk ilmu dengan ikhlas, dapat bersandar pada Pendapatnya Imam Malik, yang mengatakan “bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah. Ia dapat datang tanpa sebab dan manusia cukup bertawakkal dengan benar, lalu Allah akan memberinya rezeki”. Jadi “Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya”.

Pendapat Imam Malik ini didasarkan pada Hadist yang mengatakan bahwa “Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benarnya tawakkal niscaya Allah akan berikan rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad).

Bagi Kolega Dosen yang berusaha untuk mendapatkan Hak Tukinnya (termasuk dengan Demo) bisa bersandar pada pendapatnya Imam Syafi’i (Murid dari Imam Malik), Beliau mengatakan “seandainya burung tersebut tidak keluar dari sangkar niscaya ia tidak akan mendapat rezeki. Baginya, untuk mendapat rezeki, dibutuhkan usaha dan kerja keras. Bukan datang sendiri, tapi harus dicari atau diperjuangkan.

Kedua pendapat ini ternyata secara empiris dalam riwayat tersebut mendapat pembenaran dengan peristewa berikut :

“suatu saat, Imam Syafi’i berjalan-jalan, ia melihat sekelompok orang tengah memanen buah anggur. Imam Syafi’i dengan inisiatif sendiri kemudian memberikan bantuan untuk memetic buah anggur tersebut. Ia kemudian dikasih buah anggur oleh pemilik kebun yang panen buah anggur tersebut.
Sementara disaat lain Imam Malik memberikan pengajaran atau pengajian pada murid-muridnya di Pondok Imam Syafi’I kemudian mendatangi Imam Malik sambal membawakan anggur, dan berkata Wahai Guru senadainya aku tadi tidak membantu mereka memetic buah anggur, maka aku tidak mendapatkan anggur ini. Imam malik kemudian berkata, aku hari ini sungguh sunggu mengajar dipengajian ini sambil membayangkan memakan buah anggur di hari yang panas, eh ternyata aku dapat juga buah anggur karena engkau bawakan, jadi aku yang mengajar ilmu juga dapat menikmati buah anggur”

Dari cerita wisdom ini, maka bagi saya untuk kolega dosen teruslah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas dan sambil juga melakukan perjuangan untuk menuntut hak yang menjadi haknya.

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini