DEWASA
“Dewasa tak melulu kisi kisi, berisi kotak kotak hitam putih tetapi dipenuhi oleh warna warni ceria yang wajib dinikmati bahagia”
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Dewasa seharusnya cukup tua, karena untuk menjadi dewasa, dilalui sekaligus mengalami berbagai pergulatan fase kehidupan, dimulai dari fase anal dan falik di usia dini sampai bisa menerima apapun keadaan dirinya dikemudian harinya. Secara lebih ekstrim dikatakan bahwa dewasa jika sudah berani mentertawakan dan bahkan menghina dirinya sendiri.
Kedewasaan, setidaknya dapat diraih, setelah melalui proses identifikasi, sosialisasi maupun intimasi secara berkesinambungan dan pada ujungnya bisa mengenal, menerima sekaligus menguasai perasaannya sehingga mempunyai kemampuan menghubungkan diri, melakukan komunikasi ataupun bekerja sama dengan sesamanya, sebagai modal mendapatkan kompetensi, serta selanjutnya, berkembang lebih jauh, memperluas relasi sosial di dalam pergaulan di masyarakatnya.
Identifikasi ataupun sosialisasi ditenggarai berbeda antara lelaki dan perempuan. Pada lelaki, identifikasi mendahului sosialisasi, sehingga lelaki cendrung punya kriteria untuk perempuan yang diajaknya berintimasi,Tidak demikian halnya dengan para perempuan, karena sosialisasi lebih dulu dari identifikasi dirinya maka perempuan cendrung berintimasi dengan lelaki yang sudah dekat atau paling dulu mendekati serta dekat dengannya. Kondisi seperti itu, yang memberi jawab pada fenomena perempuan yang bisa terpaku pada lelaki cinta pertamanya atau perempuan yang mendambakan lelaki yang mempunyai sifat mirip ayahnya.
Kedewasaan juga ditandai oleh keberanian menghadapi risiko, keberanian menerimanya sebagai kenyataan serta tak menghindarinya tetapi berupaya mengurangi dampaknya atau menghitung cermat semua kemungkinannya, untuk diselesaikan sendiri ataupun dialihkan pada pihak lain. Orang dewasa menghadapi semua persoalan kehidupan tanpa disertai goyah kehilangan arah, sehingga bisa tetap konsisten dijalan dan tujuan hidupnya.
Pada dasarnya dewasa mempunyai berbagai kriteria wajib dipenuhi. Orang dewasa akan sesuai dengan semua kriteria tetapi tetap ada pengecualian ( fkeksibel ) sehingga tak boleh ada penghakiman terhadap kedewasaan jika ciri atau kewajiban orang dewasa terlanggar, apalagi jika terjadinya sesaat saja. Menjadikan kesenjangan terhadap kriteria sebagai dasar menarik simpulan ketidak dewasaan adalah ketidak dewasaan itu sendiri.
Sebagai contoh diungkapkan bahwa ciri dari dewasa adalah bisa mengendalikan emosinya dan hal tersebut bukan berarti, kedewasaan tak boleh marah dan marah boleh dihakimi sebagai ketidak dewasaan, karena marah yang genuin, dengan pemihakan pada benar, dan bertujuan untuk memperbaiki, membina dan mengembalikan pada kondisi yang benar adalah marahnya orang dewasa.
Dewasa dapat berarti bisa membedakan baik buruk, ataupun benar salah dan bukan berarti jika ada yang bersalah berarti tidak dewasa, karena salah dan khilaf adalah sifat manusia. Kesalahan yang dilakukannya, disertai dengan pemintaan maaf tanpa malu malu, diapresiasi secara mandiri agar tidak terulang dan tanpa perlu menyalahkan orang lain adalah dewasa yang sebenar benarnya. Kedewasaan sangat nenghindari menyalahkan orang, menghakimi dan meminta perlakuan khusus bagi dirinya.
Orang dewasa akan mampu menjalin pola hubungan dewasa, yaitu sebuah hubungan yang berlandaskan pada sikap percaya dan saling menghormati, sebagai bentuk komitmen untuk mencintai pasangan tanpa syarat, tidak peduli sesulit apapun rintangan yang dihadapi. Hal tersebut berarti, bahwa orang dewasa punya kecendrungan mengetahui dan mampu
memahami ketidak sempurnaan pasangan dan selalu menghindari pikiran berlebihan.
Orang dewasa pada umumnya sangat cerdas dalam berkomunikasi tetapi bukan berarti adanya miskomunikasi merupakan pertanda ketidak dewasaan. Kecerdasan itu menjadi pertanda bahwa dewasa itu berisi kesadaran perasaan, mampu mengekspresikan perasaan secara tepat, mempunyai emphaty sehingga bisa merasakan perasaan orang lain sehingga bisa berkomunikasi serta berkolaborasi.
Dewasa tak melulu kisi kisi, berisi kotak kotak hitam putih tetapi dipenuhi oleh warna warni ceria yang wajib dinikmati bahagia. Andai kata Gus Dur masih ada, dan ditanyakan padanya tentang dewasa, maka dewasa akan menjadi sangat plural disertai toleran. Gus Dur pun akan menerima setiap pengertian dewasa dari kita semua serta sekaligus akan dihargainya, tetapi bukan berarti Gus Dur akan menirunya, sama seperti itu. Gus Dur akan tetap menjadi Gus Dur, bersama dengan kedewasaannya, sambil belalu dan berkata sangat santai, Gitu Aja Kok Repot.
Banjarmasin
07122022