
DITABRAK, BUKAN MENABRAK
Oleh: Robensjah Sjachran
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Bersyukur tiada henti. Itulah yang bisa saya lakukan ketika hari itu, Rabu, 11 Januari 2023, mendapat kabar anak sulung kami telah diangkat sebagai Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Pemasaran. Bagi saya, itu menjadi kebanggaan tersendiri karena Prof. Ananda Sabil Hussein, SE, M.Com, Ph.D dalam usia 39 tahun telah meraih jabatan fungsional tertinggi di kampus, dan lebih bangga lagi karena kini ada urang banua yang jadi guru besar di salah satu perguruan tinggi bergengsi, Universitas Brawijaya (UB) Malang. Sebenarnya tak begitu mengagetkan kecepatannya meraih capaian puncak dalam dunia pendidikan, karena S1nya di UB ditempuh hanya 3 tahun 2 bulan, S2 di Wollongong University, NSW, Australia diselesaikan tidak lebih dari 18 bulan, dan saat usia 26 tahun studi S3 di Lincoln University Canterbury, New Zealand dituntaskan 3,5 tahun. Untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan sebagai guru besar, publikasi tulisan di jurnal internasional yang terindeks oleh Scopus dapat dimuatnya hingga 4 karya ilmiah dalam setahun. Saat ini ia menjadi Kaprodi S3 Manajemen FEB-UB Kampus Jakarta.
Lalu apa hubungannya antara capaian guru besar tadi dengan judul tulisan ini ? Sebenarnya saya hanya sekadar ingin bertutur mengenang dukanya saat Sabil, anak kami tadi, menempuh studi doktoralnya di Christchurch, salah satu kota di pulau selatan New Zealand nun jauh di sana yang berjarak 11 jam naik pesawat tanpa henti dari Singapura dengan peristiwa yang menimpanya di sana hampir 10 tahun lalu.
Seingat saya, saat itu di Banjarmasin pukul 17.00 Wita, atau di Christchurch pukul 23.00, hari Rabu, 6 Februari 2013. Karena masih sore, ketika telpon rumah berdering, santai saya angkat, ternyata suara Sabil (anaknya panggil pak Abink). Suaranya agak serius dan terasa menahan marah, namun terbata-bata. “Mobilku ditabrak moge, ini aku di Christchurch Hospital; Ditha (isteri) & Alia (anak) sudah diantar pulang ke rumah oleh teman, kakiku retak dan di dahi sedikit berdarah kena pecahan kaca. Namun bapak gak usah khawatir, aku dirawat dengan baik, tidak perlu dioperasi. Besok pagi bapak akan aku telpon lagi & akan cerita detil kejadiannya”. Aku langsung terhenyak, sesaat tak bisa berpikir, apalagi berkata. Ketika saya tanya bagaimana keadaan pengendara dan pembonceng, dia hanya jawab tidak tahu, tampaknya si pengendara mabuk. Nada bicaranya ada kemarahan. Berikut adalah kisahnya & berita koran lokal The Star Christchurch, kisah nyata.
Satu atau dua minggu sebelum final test, keluarga Hussein nggak ke mana-mana karena sibuk belajar untuk mempertahankan disertasi. Maka, 3 hari sesudah selesai mempertahankan disertasi, pada Rabu, 6 Februari, lepas zuhur Sabil ajak keluarga ke Chipmunk Playland & Cafe di Christchurch, 30 km dari Kota Lincoln, kampus dan tempat tinggal mereka. Pulangnya sekitar pukul 4 sore waktu setempat, ketika akan masuk melewati salah satu tikungan di jalan Birchs Road, dekat persimpangan Leadleys Road, Desa Prebbleton, kurang dari 10 km Kota Lincoln, tiba-tiba saja dari arah depan dengan sangat kencang moge Harley Davidson (HD) melewati batas garis pemisah jalan dan berada di jalur Nissan Sunny buatan tahun 2004, mobilnya pak Abink.
Dalam sepersekian detik HD itu menabrak sisi kanan Nissan Sunny. Dapat dibayangkan bagaimana cepatnya HD itu dan bagaimana kerasnya tumbukan itu, hingga as roda depan kanan Nissan Sunny patah, bannya terpisah dari badan mobil, dan mobil berputar 180 derajat. Pengendara HD dan yang dibonceng terlempar hingga 20 meter. Sontak lalu lintas terhenti.
Untungnya keluarga pak Abink semua pake safety belt & Nissan Sunny bekas yang 3 tahun sebelumnya dibeli dengan harga hanya NZD 6.000 (Rp 40 juta di kurs saat itu) kedua airbagsnya bekerja sempurna. Dalam keadaan mobil berasap, Ditha cepat bereaksi, segera keluar mobil dan menarik Alia yang duduk di belakang sembari teriak supaya pak Abink segera keluar. Pak Abink yang lagi bengong, shock & kesakitan pada kaki kanan & tangan kanan segera mencoba membuka pintu, tapi macet. Tersadar, segera pak Abink merangkak keluar melalui pintu kiri Sunny (di New Zealand setir kanan seperti di Aussie & negara kita). Muka dan hidungnya (luka kecil) berdarah terkena pecahan kaca, berjalan pincang. Seorang ibu lansia, pengendara mobil yg tepat berada di belakang Nissan Sunny, omong dengan Ditha & pak Abink: “Don’t worry …..anda benar kok karena saya melihat dia mengambil jalan kita. Anda ditabrak, bukan menabrak”.
Para pengendara mobil di belakang kendaraan yang bertabrakan itu segera menolong & menelpon petugas. Tidak lama datang mobil damkar, polisi, ambulan, dan helikopter. Pengendara HD yang luka parah dibawa helikopter, dan keluarga pak Abink naik ambulan, semuanya dibawa ke RS Christchurch. Belakangan diketahui yang dibonceng, bernama Leonie Maria Hirawani, 44, tewas (The Star Christchurch: Name released in Prebbleton fatality. Thursday, 7 February 2013 – 3:05pm Canterbury. Police have released the name of a woman who died in a motor vehicle crash near Prebbleton yesterday [Wednesday 6 February]), dan si pengendara HD kaki kanannya diamputasi, tangan kanan patah. Alhamdulillah Ditha & Alia selamat tanpa ada luka dan boleh pulang malam itu juga, hanya pak Abink kaki kanan sekitar mata kakinya retak, harus bermalam di RS. Kakinya kemudian digips.
Berita terakhir dari koran lokal, polisi sedang menunggu hasil tes darah untuk menentukan apakah alkohol yang menjadi faktor penyebab kecelakaan itu.
Ya Allah, telah engkau lindungi anak-anak & cucu kami dari mara bahaya. Terima kasih ya Allah, berkat kehendakMu keluarga Hussein selamat. Ya Allah, berikan yang terbaik untuk yang meninggal, segera sembuhkan pak Abink & si pengendara HD itu dari sakitnya.
Namun demikian banyak pertanyaan menggelayut dalam benak saya untuk peristiwa itu: Berapa laju moge HD ketika menabrak ? Siapa yang salah dalam tabrakan itu dan apa faktor penyebab kecelakaan ? Siapa yang tanggung biaya pengobatan ? Adakah ganti rugi atas kecelakaan ? Aman saja kah Sabil dan keluarga, mengingat yang hilang nyawa dalam eksiden itu orang lokal ? Dan…akhirnya bagaimana sikap polisi yang menangani tabrakan itu ? Bila ada ruang dalam kolom ini….insya Allah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan disampaikan.
Dari bincang-bincang saya dengan pak Abink pagi keesokan harinya, dia berpesan untuk disampaikan kepada keluarga dan hadai taulan: 1. Sebaiknya sebelum jalan/keluar rumah, tunaikan shalat, berdoa semoga terhindar dari segala mara bahaya; 2. Walau tidak nyaman, selama dalam kendaraan, apalagi ke luar kota, pakailah safety belt, baik duduk di muka maupun di belakang. Ben