DOA UNTUK IBU (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

DOA UNTUK IBU

(Bagian 3 Catatan Perjalanan Ibadah Umroh 2022)

“… renungkan, resapkan dan rasakanlah apa yang sudah kita perbuat untuk ibu kita orang tua kita, sebandingkankah kita memperlakukannya sebagaimana pengorbanan yang sudah diberikannya kepada kita…”

Oleh : Syaifudin

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, pada tulisan yang ketiga ini dari catatan perjalanan umroh bersama Afi Tour (via Afi Tour Banjarmasin) dengan pembimbing ustadz Ahmad Bani Hasyim ijinkan saya menceritakan Pengalaman Spritual setelah kami tawaf menjalankan Umroh Pertama. Sebagaimana manasik Umroh setelah mengambil miqad,  memakai ihram dan sholat sunnah serta niat umroh, maka kami memasuki Mesjidil Haram untuk melakukan tawaf di Baitullah, dan sehabis menyelesaikan tujuh putaran tawaf, masing-masing  melakukan sholat sunnah tawaf kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh ustadz Bani, doa inilah yang menyentuh Nurani, hati dan qalbu kami dan menginspirasi saya untuk menuliskannya.

“Surga itu terletak di bawah kaki Ibu” (“Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat”) begitulah kefahaman kita yang sudah sangat mashur walaupun terdapat perdebatan apakah ini hadist atau bukan, namun dilihat dari isensinya, hal ini terkait kewajiban bakti kita kepada orang tua (Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik atau mulia. QS.Al-Isra : 23). Disamping itu terdapat keistemewaan seorang ibu dalam ajaran agama Islam (Bahwasannya ia (Mu’awiyah bin Jahimah) datang kepada Nabi saw., lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?”, “Iya” “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya”).

Demikianlah saat doa diucapkan untuk kedua orang tua kita, baik yang masih hidup dalam keadaan sehat, atau sedang sakit atau sudah meninggal dunia, maka kita bukan saja secara normative terikat pada kewajiban bakti kepada orang tua kita, akan tetapi juga semua proses kelahiran dan keberadaan kita didunia ini terdapat peran dan perngorbanannya mereka yang sangat besar, karena dengan perantaraan merekalah kita terlahir menjalani takdir dan anugerah kehidupan.

Renungkan, resapkan dan rasakanlah bagaimana payah dan susahnya saat ia mengandung kita selama 9 bulan, menjaga kita agar tetap berada dalam kandungannya, memakan asupan makanan agar kita tetap bisa kenyang dalam perutnya, payah menanggung berat beban kita saat berjalan, mengelus parutnya saat kita bergerak dan menginjak-nginjak dalam rahimnya, sampai saat melahirkan betapa ia merasakan sakit yang luar biasa sampai berdarah-darah… Begitulah segala pengorbanannya saat mengandung dan melahirkan itu justeru disambutnya dengan senyum dan tangis kebahagiaan saat mengetahui kita lahir dengan selamat, karena yang ia fikirkan bukan dirinya tapi kita anaknya.

Pada phase berikutnya kita dipelihara dari bayi setiap hari dimandikan, diberikan air susunya, memakaninya, dielus dan dijaganya dan dipeliharanya sampai tak mengenal lagi istirahat sekedar untuk tiurpun kita ganggu, seterusnya kita diasuh dari mulai bisa melihat, merayap, merangkak, berbicara, berduduk, berjalan hingga kita balita, anak-anak, remaja dan kemudian dewasa. Bukankah tak terhitung bagaimana pengorbanan yang dilakukannya untuk kita anaknya, untuk kita buah hatinya, untuk kita darah daging curahan kasih sayangnya…

Lantas sekarang ia sudah tua, semakin tua, atau sudah tiada sementara kita barangkali sudah dewasa dan sukses dalam kehidupan, sekolah lebih tinggi darinya, pekerjaan lebih baik darinya, uang lebih banyak darinya, ilmu dan pengetahuan mungkin kita merasa lebih hebat darinya, atau bahkan agama kita merasa lebih alim darinya atau kita berbeda “faham” aliran ajaran agama… Namun  apakah semua itu menjadikan kita semakin dekat dengannya atau semakin jauh, atau bahkan kita mengabaikan masa tuanya, membuat ia menangis karena perilaku kita, membuat ia tak tidur memikirkan kita yang sudah dewasa ini, sakit hatinya lantaran kita acuhkan dan seterusnya…namun demikian sepahit apapun atau bahkan se”kasar” apapun kita kepadanya ia tetap berdoa untuk kita.

Sahabat ! renungkan, resapkan dan rasakanlah apa yang sudah kita perbuat untuk ibu kita orang tua kita, sebandingkankah kita memperlakukannya sebagaimana pengorbanan yang sudah diberikannya kepada kita. Ya Allah ampuni segala dosanya, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami, ampuni kami yang lalai membahagiakannya dan tak mampu untuk membalas jasanya, bimbing kami untuk selalu bisa berbakti padanya dan selalu berdoa memohonkan ampunan untuknya, ia sangat pantas mendapatkan surgaMu dan menjadi pintu surga bagi kami, karena dialah ibu yang melahirkan, membesarkan dan memelihara kami dengan penuh kasih sayang. Jauhkan kami dari perilaku yang menyakiti hatinya. Amin….

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini