DREAMS (SERI CATATAN TJIPTO SUMADI)

DREAMS: Mimpi

“Jadi, mimpi yang terjadi pada manusia, boleh jadi sebagai pertanda apa yang bakal terjadi dalam kehidupan seseorang. Boleh jadi pula sebagai ilustrasi pekerjaan yang belum selesai, dan boleh jadi juga sebagai ekspektasi yang ingin diwujudkan”.

Oleh Tjipto Sumadi*

SCNEWS.ID-JAKARTA. Sebagian orang di sekitar kita, masih banyak yang mempertanyakan, mengapa seseorang bermimpi? dan apakah mimpi dapat menjadi kenyataan? Boleh jadi mimpi hanyalah buah tidur yang dapat mendorong gairah tertentu atau bahkan menjadi pertanda untuk sesuatu yang akan terjadi di esok hari?

Jika ditinjau dari konsepsi ilmu pengetahuan, maka menurut Sigmund Freud, bahwa mimpi merupakan efek dari keinginan, buah pikiran, dan dorongan untuk meraih sesuatu yang terekspresikan di waktu tidur. Peristiwa ini terjadi tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan. Keinginan, buah pikiran, dan dorongan untuk melakukan sesuatu itu terepresentasikan saat seseorang merasa letih dan tertidur. Pandangan Freud ini lebih jelas dapat dilihat pada The Interpretation of Dreams, yang menyatakan bahwa mimpi adalah “pemenuhan” keinginan yang terpendam.

Sementara itu, Allan Hobson dan Robert Mc Clarley menyatakan bahwa saat seseorang tidur nyenyak; emosi, sensasi, dan memori-nya tetap aktif, namun demikian, semua itu terjadi di luar kendalinya. Aktivitas sehari-hari yang terkait dengan emosi, sensasi, dan memori yang dialami seseorang ini terbawa dan hadir dalam pikirannya di saat tidur, dan terilustrasikan melalui mimpi. Jadi dapat dikatakan bahwa mimpi adalah interpretasi subyektif seseorang melalui sinyal yang dihasilkan oleh otak selama tidur. Secara teoretik dapat disimpulkan bahwa mimpi adalah gambaran, kesan, narasi, dan keinginan, serta motivasi yang terekspresikan dalam tidur seseorang.

Dalam perspektif religi, mimpi dikategorikan ke dalam tiga macam. Pertama, Mimpi sebagai kabar baik yang disampaikan oleh Tuhan kepada hamba-Nya. Itu sebabnya; banyak orang yang mengatakan “apa yang saya alami saat ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan”.  Kedua, mimpi sebagai “sisa” pekerjaan di siang hari yang belum selesai dikerjakan, sehingga sesuatu itu terbawa dalam mimpi. Ketiga, mimpi buruk yang datang karena pengaruh dari lingkungan yang tidak baik, itu sebabnya, sebelum tidur, seseorang disarankan untuk berdoa dan memohon perlindungan-Nya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dinyatakan bahwa jika anda bermimpi sesuatu yang tidak menyenangkan, hendaklah jangan diceritakan kepada siapa pun, tetapi bangunlah dari tidur, lalu dirikanlah shalat, sebagai jembatan penghubung taqorrub ilallah.

Jadi, mimpi yang terjadi pada manusia, boleh jadi sebagai pertanda apa yang bakal terjadi dalam kehidupan seseorang. Boleh jadi pula sebagai ilustrasi pekerjaan yang belum selesai, dan boleh jadi juga sebagai ekspektasi yang ingin diwujudkan.

Berbeda dengan mimpi dalam arti “visi” dan “cita-cita”. Dalam hidupnya, setiap orang memiliki “mimpi” yang dimaknai sebagai pandangan atau perspektif hidup yang ingin diraih. Jenis “mimpi” ini merupakan cita-cita yang dapat direnungkan, direncanakan, diperjuangkan, dan diwujudkan untuk kehidupan di masa depan.

Wallahu ‘alam bishawab, semoga bermanfaat.

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini