“DURI DALAM DURI”
“Akal jahat sebagai perumpamaan duri dalam duri ini sesungguhnya perwujudan nafsu yang tak terkendali, nafsu kekuasaan, nafsu harta dan nafsu seksual, yang terbungkus dari “nafsu kesombongan” sebagai personifikasi “iblis” atau sisi “jahat” yang ada dalam diri kita. Oleh karena itulah saat akal kita gunakan untuk kebaikan, sesungguhnya akal itu menjadi anugerah Allah pada kita untuk mempertahankan peradaban kehidupan manusia yang beradab, akan tetapi saat akal itu kita gunakan untuk “menyerang” manusia lain, atau makhluk Allah lainnya, maka yang ada adalah perilaku “mengakali” yang membuat kehidupan orang dan makhluk lain menjadi susah. Dan berarti maka saat itulah ada duri dalam duri pada akal kita”.
DUTATV.COM – SCNEWS.ID. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, tidak habis-habisnya saat saya memperhatikan tanaman disekitar halaman rumah yang memang sengaja ditanam dalam pot dan tentu ada juga tanaman yang tumbuh liar atau tidak saya tanam pada pot dan pada sisa tanah yang masih tersisa. Sebagai suatu kebiasaan saat saya melihat satu demi satu tanaman untuk melihat kondisinya apa perlu di siram atau dibersihkan saya berdialog dengan tanaman ini, ada yang terkadang bergumam dalam hati dan ada pula saya sapa dengan salam dan menanyakan apa kabarnya, pokoknya tanaman ini saya perlakukan layaknya seperti saudara semakhluk sebagai sama-sama ciptaan Allah.
Sahabat ! Kali ini perhatian saya tertuju pada tanaman kaktus, yang ditanam dibeberapa pot kecil, dan kali ini sangat menarik perhatian saya terhadap tanaman kaktus ini, yaitu mata saya tertuju pada durinya yang menyelimuti tubuhnya (batang pohon) yang lantas saya bertanya kenapa di seluruh badan tanaman kamu ini tumbuh duri ? dari sinilah kemudian refleksi ini bermulai.
Sahabat ! tanaman kaktus seolah menjawab bahwa duri yang menyelimutinya tersebut adalah sebagai “pelindung” dirinya kalau ada yang mau memperlakukannya atau menyentuhnya, dan tidak jarang pada saat saya membersihkan rumput liar atau memecah induk pohon dan anak pohonnya untuk menanam ke pot lain, saya terkena duri ini yang reflek membuat kita terkejut dan melepas pegangan kita pada pohon kaktus tersebut. Saya juga teringat bagaimana tanaman bunga mawar yang pernah saya tanam juga ada durinya, sehingga ada pepatah “tak ada mawar yang tak berduri” atau “hati-hati memetik mawar karena bisa terkena durinya”, yang berarti duri pada bunga mawar ini juga sesungguhnya untuk mempertahankan dirinya terhadap gangguan dari siapapun yang mau memetik bunganya.
Sahabat ! kalau saya teruskan cerita adanya duri pada tanaman, lalu kemudian ada duri pada buah ada duri dalam kulit binatang yang memang terlihat kasat mata sebagai duri, maka saya hanya bisa menyebutkan suatu kesimpulan semua itu adalah dalam rangka melindungi dirinya dari serangan atau gangguan yang ditujukan pada dirinya. Oleh karena itu duri disini lebih kepada aspek perlindungan alamiah terhadap gangguan dalam kehidupannya.
Sahabat ! begitu kita memaknai duri sebagai perlindungan alamiah, maka perhatikan pada semua makhluk ciptaan Allah ini, semua mempunyai pelindung diri alamiah, seperti ular dengan “bisa”nya, kura-kura dengan “tempurungnya”, bunglon dengan “kemampuan berubah warnanya”, Singa dengan “ taring dan auman suaranya”, Gajah dengan “belalainya”, dan seterusnya.
Sahabat ! lantas bagaimana dengan perlindungan diri alamiah manusia ?, saya tertegun sebentar untuk memikirkannya yang akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa perlindungan diri alamiah manusia justeru terletak pada “akal” nya.
Sahabat ! sungguh luar biasa Allah memberikan perlindungan diri alamiah pada manusia ini yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah lainnya, karena dengan akal inilah manusia mampu berfikir untuk membuat perangkat atau alat untuk mempertahankan hidupnya, lihatlah bagaimana manusia dengan akalnya menciptakan sesuatu untuk berlindung dari kedinginan, dari kepanasan, dari serangan makhluk lainnya, dari kelaparan, dari kebodohan, dari berbagai penyakit dan seterusnya.
Sahabat ! sampai pada konsep akal sebagai perlindungan diri alamiah tersebut, maka saya persamakan akal ini dengan duri yang ada pada tanaman, seperti tanaman kaktus saya tersebut, namun ternyata dalam diri manusia saya menemukan sisi lain yang sangat “dahsyat”, yaitu ada duri lagi dalam duri itu. Duri dalam duri manusia itu semua ada pada semua diri yang disebut manusia, karena dalam akalnya ada akal yang digunakan bukan untuk pertanahan diri saja, tetapi untuk menyerang pihak lain sebagai perwujukan yang kita sebut “akal jahat”.
Sahabat ! akal jahat sebagai perumpamaan duri dalam duri ini sesungguhnya perwujudan nafsu yang tak terkendali, nafsu kekuasaan, nafsu harta dan nafsu seksual, yang terbungkus dari “nafsu kesombongan” sebagai personifikasi “iblis” atau sisi “jahat” yang ada dalam diri kita tersebut. Oleh karena itulah saat akal kita gunakan untuk kebaikan, sesungguhnya akal itu menjadi anugerah Allah pada kita untuk mempertahankan peradaban kehidupan manusia yang beradab, akan tetapi saat akal itu kita gunakan untuk “menyerang” manusia lain, atau makhluk Allah lainnya, maka yang ada adalah perilaku “mengakali” yang membuat kehidupan orang dan makhluk lain menjadi susah. Dan berarti maka saat itulah ada duri dalam duri pada akal kita.
Kita berlindung dari Allah dari akal dalam akal yang merusak kehidupan ini, dan saat puasa inilah kita diajarkan untuk mengendalikan duri dalam duri akal kita tersebut.
Salam Secangkir Kopi Seribu Inspirasi.